BESTPROFIT FUTURES MALANG (21/9) - Pemerintah sedang mengebut
penyelesaian Peraturan Presiden (Perpres) tentang pembangunan kilang di
Indonesia. Pemerintah menjanjikan pembangunan proyek strategis ini akan
menguntungkan investor dengan berbagai insentif.
Deputi Bidang
Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Kemenko Perekonomian, Montty Giriana mengungkapkan, proses perampungan
Perpres terus dilakukan, sehingga dijanjikan tuntas dalam pekan depan.
"Sebetulnya
semua sudah setuju, tinggal legal draft-nya saja. Minggu depan
mudah-mudahan selesai," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com,
Jakarta, Senin (21/9/2015).
Dalam Perpres pembangunan kilang,
Montty bilang, pemerintah akan memberikan ragam insentif atau jaminan
bagi investor yang berkomitmen membangun kilang pengolahan minyak di
Tanah Air.
"Di Perpres ini nanti akan diberikan insentif atau
jaminan. Intinya siapapun yang investasi di kilang tidak akan rugi.
Perpres juga akan mengatur skema pembangunan kilang," ucapnya.
Dia
menambahkan, penerbitan Perpres pembangunan kilang baru dan
pengembangan kilang eksisting akan diikuti dengan Peraturan Menteri yang
mengatur tentang aturan pembelian produk kilang. Dalam hal ini, PT
Pertamina (Persero) yang akan membeli produk kilang tersebut.
"Nanti
sudah ditugaskan ke Pertamina untuk membeli produk kilang jika kilang
dibangun badan usaha, skema kerjasama pemerintah dan swasta atau
lainnya," tegas Montty.
Terpisah, Ekonom Danareksa Research
Institute, Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, pembangunan kilang sangat
mendesak untuk Indonesia karena bisa memberikan nilai tambah di dalam
negeri, apalagi jika kilang dibangun oleh perusahaan lokal.
"Kalau
soal insentif, berpegangan pada internal rate of return (IRR) saja,
berapa sih. Diberikan tax holiday yang sesuai, tapi jangan dikasih juga
untung terlalu besar sampai 50 persen. Yang penting insentif bisa
menarik buat investor," saran Purbaya.
Direktur Pembinaan Usaha
Hilir Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM), Setyorini Tri Hutami sebelumnya
menjelaskan, dalam perpres tersebut akan mengatur skema pembangunan
kilang.
"Di Perpres itu nanti akan mengatur akan pembangunan
kilang dengan berbagai mekanisme. Bisa kerjasama antara Badan Usaha
(KPBU), bisa badan usaha swasta, bisa Pertamina, bisa dengan APBN," kata
Setyorini.
Rini menambahkan, dalam Perpres tersebut juga
mengatur insetif yang akan diberikan bagi pihak yang berminat membangun
kilang. Insetif tersebut berupa tax holiday, pembebasan Pajak Penambahan
Nilai (PPN) dan bea masuk.
"Kalau insentif dan lain-lainnya belum final. Kalau skemanya itu pembebasan PPN dan bea masuk itu umum," ungkapnya. (Fik/Ndw)
Sumber : Liputan6
Sunday, 20 September 2015
Gerak IHSG Berpeluang Variasi di Awal Pekan
BESTPROFIT FUTURES MALANG ( 21/9) - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bervariasi secara teknikal pada perdagangan saham Senin pekan ini.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada menuturkan laju IHSG sempat di atas area target support 4.300-4.315 dan mampu melampaui target resistance 4.385-4.405 meski di tutup di bawah target itu pada perdagangan saham Jumat pekan lalu. Hal itu menunjukkan kalau laju IHSG terlihat masih konsolidasi sehingga IHSG rentan terjadi pembalikan arah jika tidak didukung sentimen positif.
"IHSG diharapkan dapat bertahan di zona positifnya saat ini agar tidak berubah menjadi tren melemah. IHSG akan berada di rentang support 4.348-4.365 dan resistance 4.408-4.428 pada perdagangan saham Senin pekan ini," ujar Reza dalam ulasannya, Senin (21/9/2015).
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan IHSG rawan koreksi seiring indeks saham Dow Jones bergerak negatif pada akhir pekan lalu. Hal itu lantaran ketidakpastian bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang menunda kenaikan suku bunga.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 289,95 atau 1,74 persen ke 16.384,79, indeks S&P 500 kehilangan 32,12 poin atau 1,61 persen ke 1.958,08 dan indeks Nasdaq Composite turun 66,72 poin atau 1,36 persen menjadi 4.827,23 pada Jumat waktu setempat.
"Sentimen The Fed telah menekan indeks saham Dow Jones pada akhir pekan lalu. Sentimen ini akan memukul bursa saham Asia termasuk Indonesia," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com.
Ia mengatakan, IHSG akan bergerak di kisaran support 4.343-4.360 dan resistance 4.398-4.407 pada awal pekan ini. "Bila IHSG berada di support 4.290 maka sentimennya kurang baik," kata Satrio.
Ia menambahkan, sentimen The Fed juga masih akan menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ada kemungkinan rupiah bergerak di kisaran 14.400-14.600. "Masih sentimen global menekan IHSG dan rupiah. Saat ini memang situasinya terlambat untuk memperbaiki keadaan, tetapi diharapkan paket kebijakan ekonomi dapat membantu," ujar Satrio.
Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi memprediksikan IHSG masih bergerak variasi dengan kecenderungan tertekan. IHSG akan bergerak di kisaran 4.300-4.420 di awal pekan ini.
Untuk perdagangan saham di awal pekan ini, Reza memilih sejumlah saham yang dapat dicermati pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).
Sedangkan Satrio memilih merekomendasikan untuk melepas sejumlah saham terutama sektor saham bank dan konstruksi.
Pada perdagangan saham Jumat 18 September 2015, IHSG naik tipis 1,9 poin (0,04 persen) ke level 4.380,32. Indeks saham LQ45 melemah tipis 0,08 persen ke level 740,37. Berdasarkan data RTI, investor asing masih melakukan aksi jual. Tercatat investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 500 miliar. (Ahm/Gdn)
Sumber : Liputan6
Kepala Riset PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada menuturkan laju IHSG sempat di atas area target support 4.300-4.315 dan mampu melampaui target resistance 4.385-4.405 meski di tutup di bawah target itu pada perdagangan saham Jumat pekan lalu. Hal itu menunjukkan kalau laju IHSG terlihat masih konsolidasi sehingga IHSG rentan terjadi pembalikan arah jika tidak didukung sentimen positif.
"IHSG diharapkan dapat bertahan di zona positifnya saat ini agar tidak berubah menjadi tren melemah. IHSG akan berada di rentang support 4.348-4.365 dan resistance 4.408-4.428 pada perdagangan saham Senin pekan ini," ujar Reza dalam ulasannya, Senin (21/9/2015).
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan IHSG rawan koreksi seiring indeks saham Dow Jones bergerak negatif pada akhir pekan lalu. Hal itu lantaran ketidakpastian bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang menunda kenaikan suku bunga.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 289,95 atau 1,74 persen ke 16.384,79, indeks S&P 500 kehilangan 32,12 poin atau 1,61 persen ke 1.958,08 dan indeks Nasdaq Composite turun 66,72 poin atau 1,36 persen menjadi 4.827,23 pada Jumat waktu setempat.
"Sentimen The Fed telah menekan indeks saham Dow Jones pada akhir pekan lalu. Sentimen ini akan memukul bursa saham Asia termasuk Indonesia," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com.
Ia mengatakan, IHSG akan bergerak di kisaran support 4.343-4.360 dan resistance 4.398-4.407 pada awal pekan ini. "Bila IHSG berada di support 4.290 maka sentimennya kurang baik," kata Satrio.
Ia menambahkan, sentimen The Fed juga masih akan menekan laju nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ada kemungkinan rupiah bergerak di kisaran 14.400-14.600. "Masih sentimen global menekan IHSG dan rupiah. Saat ini memang situasinya terlambat untuk memperbaiki keadaan, tetapi diharapkan paket kebijakan ekonomi dapat membantu," ujar Satrio.
Sementara itu, Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi memprediksikan IHSG masih bergerak variasi dengan kecenderungan tertekan. IHSG akan bergerak di kisaran 4.300-4.420 di awal pekan ini.
Untuk perdagangan saham di awal pekan ini, Reza memilih sejumlah saham yang dapat dicermati pelaku pasar. Saham-saham itu antara lain PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).
Sedangkan Satrio memilih merekomendasikan untuk melepas sejumlah saham terutama sektor saham bank dan konstruksi.
Pada perdagangan saham Jumat 18 September 2015, IHSG naik tipis 1,9 poin (0,04 persen) ke level 4.380,32. Indeks saham LQ45 melemah tipis 0,08 persen ke level 740,37. Berdasarkan data RTI, investor asing masih melakukan aksi jual. Tercatat investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 500 miliar. (Ahm/Gdn)
Sumber : Liputan6
Euro Memperpanjang Penurunan Pekan Lalu
BESTPROFIT FUTURES MALANG (21/9) - Euro
memperpanjang penurunan dari hari Jumat pekan lalu, terbesar dalam tiga
minggu terakhir, karena para pedagang mengantisipasi Pejabat Bank
Sentral Eropa akan terus menandai kesiapan untuk melakukan pelonggaran
kebijakan moneter di tengah risiko pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat
serta inflasi.
Euro
pada hari Jumat turun karena Benoit Coeure, anggota Dewan Eksekutif
ECB, menekankan bahwa lintasan kebijakan AS dan Eropa akan "tetap sangat
berbeda," bahkan setelah Federal Reserve menahan diri untuk
meningkatkan suku bunga pada pekan lalu. Koleganya Ewald Nowotny dan
Peter Praet dijadwalkan untuk berbicara pada hari Senin. Penurunan Euro
mungkin akan terbatas setelah Alexis Tsipras kembali berkuasa di Yunani
menyusul kemenangan pemilu, mempertahankan jadwal reformasi negara
tersebut berada di trek sebelum kajian internasional yang jatuh tempo
pada akhir tahun ini.
Mata
uang umum tersebut berada di level $ 1,1296 pada pukul 08:11 pagi di
Singapura setelah pada Jumat turun 1,2% ke level $ 1,1298. Euro sedikit
berubah terhadap yen di level 135,52 yen. Sementara dolar mmencapai
119,96 yen dari 119,98. Pasar saham Jepang ditutup untuk liburan
nasional pada hari Senin sampai Rabu.
Sementara
The Fed pada hari Kamis menahan diri, Ketua Janet Yellen mengatakan
kebanyakan pejabat masih mengharapkan untuk mengetatkan biaya pinjaman
pada tahun ini untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade.
Para
pengamat mengatakan penundaan bisa menambah tekanan pada ECB untuk
memperluas program pelonggaran kuantitatif untuk melawan penguatan euro
dan lemahnya permintaan global.
Euro
telah Naik 3,4% dalam tiga bulan terakhir, menurut Bloomberg
Correlation-Weighted Indexes. Sementara dolar telah Naik 4,1% dan yen
naik 6,7% selama periode itu.
Hedge
fund dan manajer keuangan lainnya meningkatkan taruhan bearish bersih
terhadap euro untuk minggu ketiga pada periode yang berakhir pada
tanggal 15 September menjadi 84,202 terontraksi dari 81,241, menurut
data dari Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka.(frk)
Sumber: Bloomberg
Saham Asia di Zona Merah dalam Kekhawatiran Pertumbuhan Pasca Komentar Fed
BESTPROFIT FUTURES MALANG (21/9) - Saham Asia
turun menyusul jatuhnya saham AS dan pernyataan pejabat Federal Reserve
bahwa kenaikan suku bunga masih diperlukan tahun ini. Sementara itu,
pasar di Jepang ditutup karena hari libur nasional.
MSCI Asia Pacific, tidak termasuk Jepang
Index kehilangan 0,6 persen ke level 410,10 pada pukul 10:01 pagi waktu
Sydney, sebelum pasar di China dan Hong Kong dibuka. Indeks Australia S
& P / ASX 200 turun 0,4 persen dan indeks Kospi Korea Selatan
melemah 1,1 persen. S & P / Indeks NZX 50 Selandia Baru melemah 0,1
persen, sementara Indeks Standard & Poor 500 kehilangan 1,6 persen
pada hari Jumat.
Tiga pembuat kebijakan AS pada akhir
pekan secara terpisah menjelaskan alasan mereka untuk mendukung kenaikan
suku bunga di salah satu dari dua pertemuan Fed yang tersisa di tahun
2015, mengutip penurunan pengangguran dan keuntungan lainnya dalam
perekonomian AS yang harus lebih besar daripada headwinds dari lambatnya
pertumbuhan luar negeri dan bergolaknya pasar keuangan.(sdm)
Sumber: Bloomberg
Thursday, 17 September 2015
Minyak Tertahan di dekat $ 47 Pasca Tingkat Suku Bunga Fed Tidak Berubah
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/9) - Minyak diperdagangkan mendekati level $ 47 per barel setelah Federal Reserve meninggalkan suku bunga tidak berubah.
Berjangka berada di level lebih rendaht di New York setelah naik 5,7 persen pada Rabu dalam penurunan tak terdugastok minyak mentah AS. Dolar turun menyusul bank sentral AS menolak untuk meningkatkan target suku bunga jangka pendek pada pertemuan kebijakan pengaturan di Washington. Melemahnya mata uang AS menggulingkan daya tarik komoditas dalam greenback sebagai penyimpan nilai.
Minyak turun 23 persen dari puncaknya tahun ini pada bulan Juni di tengah berlimpahnya pasokan
global terus-menerus. Persediaan minyak mentah AS tetap sekitar 100
juta barel di atas lima tahun rata musiman setelah data pemerintah hari Rabu menunjukkan penurunan tak terduga pekan lalu.
West Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober tergelincir 25 sen, atau 0,5 persen, untuk menetap di level $ 46,90 per barel di New York Mercantile Exchange. WTI berada di level $ 46,75 sebelum keputusan Fed diumumkan pada 02:00 di Washington.(sdm)
Sumber: Bloomberg
Emas Naik Pasca The Fed Pertahankan Suku Bunga
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/9) - Emas berjangka naik di perdagangan elektronik Kamis ini, setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga utamanya.
Sebelum
pengumuman The Fed, Harga logam mulia tersebut mengalami penurunan,
yang merupakan salah satu yang paling diantisipasi belakangan ini.
Dalam pengumumannya, bank sentral mengisyaratkan kemungkinan kenaikan masih akan terjadi sebelum akhir tahun.
Setelah
pengumuman The Fed, emas untuk pengiriman Desember diperdagangkan pada
level $ 1,127.20 per ons di perdagangan elektronik di Globex. Emas
mengalami kenaikan dari sebelumnya di Comex, di mana harga emas turun
sebesar $ 2 atau 0,2 %, untuk menetap di level $ 1,117 Kamis.
Indeks
dolar AS diperdagangkan melemah tajam setelah berita Fed, memberikan
dukungan untuk emas dalam mata uang dolar di sesi elektronik.
Pada
hari Rabu, harga yang terdaftar di sesi tunggal mengalami gain terbesar
mereka dalam hampir satu bulan terakhir seiring The Fed enggan untuk
menaikan suku bunga di tengah melemahnya tingkat inflasi di AS.
Pada
hari Kamis, data menunjukkan klaim pengangguran mingguan mengalami
penurunan, menunjukan bahwa penguatan dalam pasar tenaga kerja, tetapi
pembangunan perumahan menurun pada bulan Agustus dan indeks manufaktur
Philadelphia Fed bulan September memacu kekhawatiran ekonomi potensial.
Logam
lainnya pada Kamis ini beragam menjelang keputusan The Fed. Perak untuk
pengiriman Desember naik 9,9 sen atau 0,7%, ke level $ 14,984 per ons
dan tembaga untuk pengiriman Desember berakhir datar pada level $ 2,452
per pon. Sementara itu, Platinum untuk pengiriman Oktober turun $ 7,30
atau 0,8%, ke level $ 968,40 per ons dan paladium untuk bulan Desember
merosot $ 12,75 atau 2,1%, ke level $ 599,20 per ons. (knc)
Sumber : MarketWatch
Dolar Melemah Setelah The Fed Menahan Kenaikan Suku Bunga
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/9) - Dolar turun ke level 3 pekan terendah pasca Federal Reserve menahan kenaikan suku bunga utamanya.
Bank
sentral AS menolak untuk meningkatkan target kenaikan suku bunga dalam
jangka pendek pada penetapan pertemuan kebijakan di Washington, The Fed
memilih untuk menunda kenaikan di tengah penurunan tingkat inflasi,
ketidakpastian prospek pertumbuhan global dan gejolak pasar keuangan
saat ini.
Indeks
Spot Dollar Bloomberg turun 0,4 % ke level 1,196.46 pada pukul 02:10
siang waktu New York, mencapai level terendahnya sejak 26 Agustus lalu.
Mata uang AS melemah 0,8 % ke level $ 1,1378 per euro. (knc)
Sumber : Bloomberg
Saham AS Berfluktuasi Sebelum Keputusan Tingkat Suku Bunga Fed
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/9) - Saham AS
berfluktuasi mendekati level tertinggi dalam empat minggu, sementara
Treasuries dan dolar sedikit berubah seiring investor berhatu-hati dalam
mengambil langkah sebelum Federal Reserve membuat keputusan tingkat
suku bunga.
Pedagang berjangka hanya melihat
kesempatan 30 persen bahwa pembuat kebijakan akan menaikkan suku bunga
pada hari Kamis, pada saat yang sama 54 dari 113 ekonom yang disurvei
Bloomberg memprediksi beberapa jenis kenaikan. Investor mendapatkan
kembali harapan untuk tingkat suku bunga yang lebih tinggi seiring Cina
mendevaluasi mata uangnya bulan lalu, memicu sell-off di pasar global.
Indeks Standard & Poor 500 naik 0,1
persen pada pukul 00:27 waktu New York dan Eropa Stoxx 600 Index
tergelincir 0,2 persen. Kedua indeks ini ditutup di level yang lebih
tinggi masing-masing dalam dua hari terakhir.
The S & P 500 naik 2,7 persen dalam
lima hari sampai Rabu yang merupakan reli terbesar menjelang keputusan
suku bunga sejak Agustus 2012.
Laporan pada hari Kamis menunjukkan
bahwa ketika pembangunan rumah baru di AS turun pada bulan Agustus, dan
klaim pengangguran turun ke level terendah dalam dua bulan minggu lalu
menggambarkan menguatnya pasar tenaga kerja.(sdm)
Sumber: Bloomberg
Fed Tahan Suku Bunga Tidak Berubah di Kisaran 0-0,25%
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/9) - Pejabat
Federal Reserve menahan tingkat suku bunga tetap di level yang sama,
memilih untuk menunda kenaikan di tengah inflasi yang rendah,
ketidakpastian prospek pertumbuhan global dan gejolak pasar keuangan
baru-baru ini.
"Perkembangan
ekonomi dan keuangan global saat ini mungkin agak menahan kegiatan
ekonomi dan cenderung memberikan tekanan penurunan lebih lanjut pada
inflasi dalam waktu dekat," kata Komite Pasar Terbuka Federal dalam
sebuah pernyataan hari Kamis di Washington.
Dengan
menahan level dana acuan mereka di kisaran nol hingga 0,25 persen,
pembuat kebijakan menunjukkan mereka masih belum yakin inflasi akan
bergerak secara bertahap dan kembali ke target 2 persen mereka, meskipun
laporan menunjukkan keuntungan lanjutan di pasar tenaga kerja.
Pengangguran di bulan Agustus turun menjadi 5,1 persen, yang merupakan
level terendah sejak April 2008.
"Pada
keseimbangan, indikator pasar tenaga kerja menunjukkan bahwa
pemanfaatan sumber daya tenaga kerja berkurang sejak awal tahun ini,"
kata pihak otoritas.
Presiden
Fed Richmond, Jeffrey Lacker memiliki perbedaan pendapat, ia mengatakan
bahwa ia lebih suka untuk menaikkan target suku bunga sebesar 0,25
persentase poin.
Banyak
ekonom khawatir bahwa kerugian di pasar ekuitas China baru-baru ini
merefleksikan kekhawatiran yang lebih signifikan atas prospek
pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut. Melambatnya
permintaan dari China juga telah membantu memicu kemerosotan global
dalam biaya komoditas, menambah tekanan penurunan untuk harga di AS
Inflasi,
yang diukur dengan alat ukur dari Fed, yakni 0,3 persen dalam 12 bulan
hingga Juli dan cukup lama berada di bawah 2 persen selama lebih dari
tiga tahun.(sdm)
Sumber: Bloomberg
Wednesday, 16 September 2015
Saham AS Naik Menyusul Reli di Saham Energi
BESTPROFIT FUTURES MALANG (17/9) - Saham
AS ditutup di level tertinggi dalam hampir empat minggu, dengan ekuitas
terdorong oleh reli di saham energi dan aktivitas kesepakatan di antara
produsen sementara pembuat kebijakan Federal Reserve saat ini berdebat
apakah akan menaikkan suku bunga.
Indeks
Standard & Poor 500 naik 0,9 persen ke level 1,995.12 pada pukul
04:00 pagi waktu New York, atau yang tertinggi sejak 20 Agustus, setelah
saham ini rally 1,3 persen kemarin.
Data
hari ini menunjukkan harga konsumen di Amerika menurun pada bulan
Agustus terkait merosotnya harga energy yang dapat membantu untuk
menjaga tingkat inflasi di bawah target pembuat kebijakan The Fed.
Indeks harga konsumen turun 0,1 %, penurunan pertama sejak Januari lalu.
Yang disebut ukuran inti, potongan di luar biaya bahan bakar dan
makanan biasanya volatile, naik 0,1 % untuk bulan kedua.(sdm)
Sumber: Bloomberg
Di Tengah Ketegangan, Obama akan Sambut Kunjungan Presiden China
BESTPROFIT FUTURES MALANG (17/9) - Presiden China Xi Jinping akan melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya ke Amerika Serikat pekan depan.
Sebuah pernyataan
Gedung Putih, Selasa, mengukuhkan kunjungan itu, yang berlangsung pada
saat ada ketidaksepahaman yang meningkat antara Washington dan Beijing.
Pernyataan itu
mengatakan, Presiden Barack Obama akan menerima kunjungan resmi
kenegaraan Presiden China Xi Jinping di Gedung Putih pada tanggal 25
September 2015.
Masih menurut
pernyataan tersebut, kunjungan bergengsi yang berlangsung setelah
kunjungan Obama ke Beijing November lalu itu akan mencakup acara makan
malam di Gedung Putih yang juga akan dihadiri istri masing-masing
pemimpin kedua negara itu.
Pernyataan Gedung
Putih juga menyebutkan, kunjungan itu menawarkan peluang bagi perluasan
kerjasama Amerika-China dalam isu-isu global, regional, dan bilateral
yang menyangkut kepentingan bersama kedua negara. Kunjungan itu juga,
menurut pernyataan tersebut, memungkinkan Presiden Obama dan Presiden Xi
secara konstruktif membicarakan hal-hal yang tidak mereka sepakati.
Sumber : VOA
Minyak Raih Kenaikan Tertinggi dalam Dua Minggu Pasca Turunnya Persediaan AS
BESTPROFIT FUTURES MALANG (17/9) - Minyak
mendapatkan kenaikan tertinggi bulan ini setelah laporan pemerintah
menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun seiring kilang
meningkatkan tingkat operasi.
Stok
tergelincir 2,1 juta barel pekan lalu, menurut Administrasi Informasi
Energi. Kilang meningkatkan tingkat operasi untuk pertama kalinya sejak
Juli, dan persediaan bahan bakar bensin dan distilat naik. Saham
perusahaan eksplorasi dan produksi minyak mengalami rally, sedangkan
perusahaan penyuling justru jatuh.
Minyak
telah berfluktuasi sejak merosot di bawah $ 40 per barel bulan lalu
seiring kekhawatiran bahwa pertumbuhan China akan melambatkan
volatilitas bahan bakar di pasar.
West
Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober naik $ 2,56, atau 5,7
persen, untuk menetap di level $ 47,15 per barel di New York Mercantile
Exchange. Level itu merupakan penutupan tertinggi dan keuntungan satu
hari terbesar sejak Agustus 31. Volume 42 persen di atas rata-rata
100-hari di pukul 02:55 siang waktu New York.
Brent
untuk pengiriman November naik US $ 2, atau 4,2 persen, untuk
mengakhiri sesi di level $ 49,75 per barel di London berbasis ICE
Futures Europe exchange.(sdm)
Sumber: Bloomberg
Emas Berjangka Naik Seiring Turunnya Harga Konsumen AS Hapus Kekhawatiran
BESTPROFIT FUTURES MALANG (17/9) - Emas
berjangka meraih kenaikan tertinggi naik dalam lebih dari tiga minggu
seiring tanda-tanda pelemahan inflasi AS meredakan kekhawatiran bahwa
Federal Reserve akan menaikkan suku bunga minggu ini.
Harga
yang dibayarkan oleh rumah tangga di Amerika menurun pada bulan Agustus
menyusul murahnya harga bensin membantu menjaga kenaikan di bawah
target pembuat kebijakan Fed, laporan pemerintah menunjukkan Rabu. Emas,
secara historis dianggap sebagai penyimpan nilai menyusul naiknya harga
konsumen, malah memberi manfaat dari keraguan tentang seberapa cepat
inflasi akan kembali ke target Fed yakni 2 persen.
Bank
sentral menyimpulkan pertemuan dua hari pada hari Kamis, dan Fed fund
berjangka menunjukkan kemungkinan 30% dari kenaikan 25 basis poin, turun
dari 32% sebelum rilis data harga konsumen. Probabilitas adalah 62%
pada Desember, berdasarkan data yang dihimpun oleh Bloomberg. Level yang
lebih tinggi mengekang daya tarik emas dengan membuatnya kurang
kompetitif untuk aset yang membayar imbal hasil, seperti obligasi.
Emas
berjangka untuk pengiriman Desember naik 1,5 persen untuk menetap di
level $ 1.119 per ounce pada pukul 1:42 siang waktu New York di Comex.
Yang ditandai sebagai kenaikan terbesar sejak 20 Agustus. Perdagangan
berada 14 persen di bawah rata-rata 100 hari, menurut data yang
dikumpulkan oleh Bloomberg.
Perak
untuk pengiriman Desember melonjak 3,9 persen ke level $ 14,885 per
ounce di Comex, kenaikan terbesar dalam empat bulan. Di New York
Mercantile Exchange, platinum berjangka untuk pengiriman Oktober naik
1,8 persen ke level $ 975,70 per ounce, sedangkan paladium untuk
pengiriman Desember naik 1,9 persen ke level $ 611,95.(sdm)
Sumber: Bloomberg
Dollar dan Euro Melemah Pasca Laporan Inflasi Mandek
BESTPROFIT FUTURES MALANG (17/9) - Dolar
dan euro melemah terhadap sebagian besar mata uang pasangan utama
mereka dalam lambannya data baik dari AS maupun zona euro. Harga yang
dibayarkan oleh rumah tangga di Amerika turun 0,1 persen pada Agustus,
penurunan pertama sejak Januari, sementara di blok mata uang Eropa
melambat hampir terhenti.
Presiden
Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan bulan ini bahwa para pejabat
siap untuk memperluas program pembelian aset mereka jika diperlukan,
bahkan saat Federal Reserve memasuki pertemuan dua hari pada hari Rabu
untuk membahas apakah akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya
sejak 2006.
The
Bloomberg Indeks Dollar Spot turun 0,4 persen ke level 1,201.13 pada
pukul 10:09 pagi waktu New York. Jatuh 0,3 persen ke level $ 1,1297
terhadap euro dan sedikit berubah pada 120,45 ¥.(sdm)
Sumber: Bloomberg
Tuesday, 15 September 2015
Komoditi Perkebunan Laku Keras Tapi Ekspor Timah Nyaris Anjlok Hingga 100%
BESTPROFIT FUTURES MALANG (16/9) - Badan Pusat Statistik (BPS) telah
melaporkan kemarin (15/9) bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia
tercatat sebesar US$ 433,8 juta pada Agustus 2015 lalu atau turun jika
dibandingkan dengan perolehan yang tercatat di bulan sebelumnya yaitu
sebesar US$ 1,33 miliar. Angka tersebut merupakan selisih lebih antara
ekspor dan impor, yang masing-masing membukukan nilai masing-masing
sebesar US$ 12,7 miliar dan US$ 12,27 miliar. Secara rinci
kinerja ekspor pada bulan lalu tercatat meningkat 10,79 persen (mom),
sementara impor tumbuh lebih tinggi, yakni mencapai 21,69 persen (mom).
Ekspor nonmigas Agustus 2015 mencapai
US$11,17 miliar, naik 11,23 persen dibanding Juli 2015, sedangkan
dibanding ekspor Agustus 2014 turun 5,99 persen. Peningkatan terbesar
ekspor nonmigas Agustus 2015 terhadap Juli 2015 terjadi pada
perhiasan/permata sebesar US$237,1 juta (121,75 persen), sedangkan
penurunan terbesar terjadi pada timah sebesar US$103,8 juta (99,96
persen). Sedangkan jika menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri
pengolahan periode Januari-Agustus 2015 turun 7,36 persen dibanding
periode yang sama tahun 2014, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun
9,15 persen, sedangkan ekspor hasil pertanian naik 1,77 persen.
Jika kriteria ekspor non migas
dipersempit dalam kriteria HS 2 digit maka nilai ekspor komoditi lainnya
yang juga bukukan peningkatan antara lain kendaraan dan bagiannya
meningkat US$ 147,8 juta atau naik 41,04 persen, mesin dan pesawat
mekanik meningkat US$ 146,3 juta atau naik 37,26 persen. Lalu kopi, teh,
dan rempah-rempah juga meningkat US$ 49 juta atau naik 49,06 persen,
serta karet dan barang dari karet bukukan peningkatan terkecil hanya
sebesar US$ 81,7 juta atau naik 16,75 persen. Sedangkan komoditi HS 2
digit yang mencatat penurunan terbesar adalah ekspor timah yang pada
bulan lalu mencatat penurunan sebesar -US$ 103,8 juta atau turun
-99,96 persen.
Tajamnya penurunan ekspor timah pada
bulan lalu tidak lepas dari intervensi yang dilakukan pemerintah. Pasca
penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 33 Tahun 2015
tentang perubahan Permendag No. 44/2014 tentang Ketentuan Ekspor Timah,
volume perdagangan ekspor timah batangan Indonesia naik pesat. Dengan
revisi Permendag tersebut, maka para eksportir timah diwajibkan memiliki
sertifikat CnC yang bertujuan untuk menjamin ketelusuran asal barang.
Maksudnya ialah asal usul bijih timah yang digunakan untuk bahan baku
timah murni batangan harus CnC, sedangkan untuk timah solder dan barang
lainnya dari timah harus dilengkapi bukti pembelian bahan baku tumah
murni batangan dari bursa timah.
Perlu diketahui, sebelum peraturan ini
resmi diberlakukan, volume ekspor timah pada Mei 2015 lalu misalnya
menunjukkan bahwa volume transaksi perdagangan timah di Bursa Komoditas
dan Derivatif Indonesia (BKDI) berhasil mencapai 6.395 ton, atau
melonjak 35,3% ketimbang April 2015 sebesar 4.725 ton. Lonjakan ekspor
timah pada bulan-bulan lalu disebabkan oleh banyaknya perusahaan yang
memanfaatkan waktu tersisa sebelum efektifnya Permendag Nomor 33/2015.
Sumber : Vibiznews
Saham AS Berakhir Menguat Jelang Pertemuan The Fed
BESTPROFIT FUTURES MALANG (16/9) - Saham
AS rally, dengan Indeks Standard & Poor 500 ditutup pada level
tertinggi dalam lebih dari 2 minggu terakhir, seiring data penjualan
ritel menunjukkan mengalami peningkatan menjelang Federal Reserve
memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga acuan pada Kamis mendatang.
Indeks
S&P 500 naik 1,3 % ke level 1,978.11 pada pukul 04:00 sore waktu
New York, yang merupakan level tertingginya sejak 28 Agustus lalu.
Sebuah
laporan hari ini menunjukkan penjualan ritel naik untuk bulan kedua
secara berturut-turut, tanda-tanda bahwa konsumen kemungkinan melihat
keadaan volatilitas saat ini di pasar keuangan. Meskipun telah
meningkatnya kepercayaan terhadap gejolak pasar saham dan kekhawatiran
pertumbuhan global, data menunjukkan rumah tangga masih menaruhkan
tabungan mereka dari energi murah untuk bekerja.
Data
lain menunjukkan bahwa sementara meningkatnya tingkat konsumen,
manufaktur yang sedang pulih. Produksi pabrik AS mengalami penurunan
pada bulan Agustus, yang terbesar sejak Januari 2014 terkait melemahnya
penjualan mobil setelah melonjak pada sebulan sebelumnya dan penguatan
dolar menekan permintaan dari pelanggan luar negeri.
Sementara
itu, survei dalam triwulanan kata pejabat ketua eksekutif perusahaan
besar di AS menjadi kurang optimis tentang prospek untuk ekonomi
terbesar di dunia, dengan lebih banyak pemimpin yang berencana untuk
mengurangi pengeluaran modal dan tenaga kerja dalam 6 bulan ke depan.
Indeks Outlook Ekonomi The Business Roundtable CEO turun ke level
terendahnya sejak 2012, menurut hasil yang dihimpun oleh Bloomberg.
(knc)
Sumber : Bloomberg
Minyak naik seiring WTI-Brent Mempersempit Selisih dalam Delapan Bulan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (16/9) - Minyak
naik menyusul perbedaan antara harga patokan AS dan global menyempit ke
level terkecil dalam delapan bulan di tengah meningkatnya pengiriman ke
Laut Utara dan jatuhnya stok di pusat penyimpanan terbesar AS.
Selisih
antara West Texas Intermediate dan Brent ditutup di level $ 2.04,
setidaknya yang terendah sejak Januari. Sinyal penyempitan selisih
memberi tanda bahwa melimpahnya pasokan global sedang bertumbuh,
sementara mungkin ada pengetatan relatif di bagian Stok AS di Cushing,
Oklahoma, titik pengiriman untuk WTI diperdagangkan di New York, turun 1
juta barel pekan lalu di perkiraan Bloomberg.
WTI
untuk pengiriman Oktober naik 59 sen, atau 1,3 persen, untuk menetap di
level $ 44,59 per barel di New York Mercantile Exchange. Volume semua
berjangka yang diperdagangkan adalah 20 persen di atas rata-rata
100-hari pada pukul 04:44 sore waktu New York.
Berjangka
memperpanjang kenaikan setelah American Petroleum Institute melaporkan
pasokan minyak mentah AS turun sebanyak 3,13 juta pekan lalu. Kontrak
diperdagangkan pada level $ 45,15 pada pukul 04:44 sore waktu New York.
Brent
untuk pengiriman Oktober, yang berakhir Selasa, naik 26 sen, atau 0,6
persen, ke level $ 46,63 per barel di London berbasis ICE Futures Europe
exchange.
Sumber: Bloomberg
Emas Stabil Sebelum Keputusan Fed Dengan Volume Perdagangan Terendah dalam 2015
BESTPROFIT FUTURES MALANG (16/9) - Pasar emas stabil sebelum pertemuan Federal Reserve.
Volume
perdagangan adalah sekitar 47 persen di bawah rata-rata 100-hari untuk
kali ini hari, dan Selasa mencatat perdagangan terendah sepanjang tahun,
menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg Comex. Emas berjangka
untuk pengiriman Desember tergelincir 0,5 persen untuk menetap di level $
1,102.60 per ounce pada pukul 1:44 siang waktu New York di Comex.
Sementara
pelaku pasar memprediksi sekitar 28 persen Fed akan menaikkan suku
bunga pasca pertemuan dua hari yang dimulai pada hari Rabu, investor
bisa mendapatkan indikasi jadwal kenaikan di masa mendatang.
Probabilitas peningkatan naik hingga 59 persen pada bulan Desember,
berdasarkan data yang dihimpun oleh Bloomberg berjangka. Suku bunga yang
lebih tinggi mengekang daya tarik emas dengan membuatnya kurang
kompetitif untuk aset yang membayar yield yang, seperti obligasi.
Ayunan
pasar juga berkurang jelang pertemuan the Fed, indeks volatilitas
15-hari jatuh ke level terendah dalam hampir sebulan terakhir hari ini.
Pada hari Senin, harga spot emasm ditransaksikan pada kisaran $6,90,
yang terkecil sejak 14 Juli lalu. (sdm)
Sumber: Bloomberg
Mark Zuckerberg: Facebook Sedang Membuat Tombol "tidak suka"
BESTPROFIT FUTURES MALANG (16/9) - Facebook akhirnya akan memberikan Anda kemampuan untuk "tidak suka" untuk posting-posting yang ada disana.
Mark Zuckerberg mengumumkan pada hari Selasa di sebuah acara di markas Facebook di Menlo Park, California., Bahwa perusahaannya sedang membuat tombol tidak suka untuk diuji di Facebook segera, menurut laporan dari VentureBeat.
"Tidak
setiap saat adalah saat yang baik," kata Zuckerberg. "Jika Anda berbagi
sesuatu yang menyedihkan, seperti krisis pengungsi yang menyentuh Anda
atau anggota keluarga meninggal, hal itu mungkin tidak nyaman untul œsuka pada pos itu. ... Saya pikir sangat penting untuk memberi orang lebih banyak pilihan daripada menekan tombol œsuka. "
Keputusan ini merupakan perubahan hati untuk perusahaan, yang sebelumnya tak pernah menyatakan niat untuk menambahkan opsi œtidak suka.
"Beberapa orang telah meminta tombol œtidak suka
karena mereka ingin mengatakan, 'Hal itu tidak baik," kata Zuckerberg
dalam sebuah wawancara 2014. "Dan itu bukan sesuatu yang kita anggap
baik bagi dunia. Jadi kita tidak akan membangun hal itu. " (sdm)
Sumber: MarketWatch
Monday, 14 September 2015
Pertemuan The Fed Jadi Fokus Investor, Harga Minyak Susut 3%
BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/9) - Harga minyak mentah turun lebih dari tiga persen di awal pekan terseret sentimen harga bensih merosot ditambah kekhawatiran kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh bank sentral AS untuk pertama kalinya sejak 2006.
Harga minyak mentah acuan AS turun 75 sen menjadi US$ 43,88 per barel. Harga minyak mentah Brent melemah US$ 1,58 menjadi US$ 46,56 dibandingkan sesi sebelumnya US$ 46,36.
Pelaku pasar tengah menanti apakah bank sentral AS menaikkan suku bunga pada pertemuan Kamis pekan ini untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan. Analis memperkirakan bila kenaikan suku bunga terjadi maka harga minyak akan jatuh seiring penguatan dolar AS.
Hal itu lantaran penguatan dolar AS membuat permintaan dari negara pengimpor melambat.Selain itu, harga bensin yang reli tajam pada kuartal II telah menyeret harga minyak. Sejumlah pelaku pasar melihat pelemahan yang terjadi pada kontrak terdekat karena musim mengemudi pada musim panas segera berakhir. "
Saya rasa ini mengejutkan banyak orang, dan mereka lengah," ujar Scott Shelton, Analis Komoditas di ICAP, mengutip dari laman Reuters, Selasa (15/9/2015).
Sebelumnya harga minyak mentah berjangka sempat pulih setelah perusahaan intelijen Genscape melaporkan penarikan sekitar 1,8 juta barel pada pekan lalu.Akan tetapi, harga minyak terutama Brent telah turun tajam. Harga minyak Brent dari di atas US$ 117 pada Juni 2014 menjadi di bawah US$ 47 seiring pasokan minyak global berlebih dan kekhawatiran ekonomi China melambat.
"Kami pikir harga minyak cenderung rendah, dan tidak ada sentimen kuat untuk mengangkat harga minyak," kata Kepala Riset BNP Paribas, Harry Tchilinguirian. (Ahm/Gdn)
Sumber : Liputan6
Harga minyak mentah acuan AS turun 75 sen menjadi US$ 43,88 per barel. Harga minyak mentah Brent melemah US$ 1,58 menjadi US$ 46,56 dibandingkan sesi sebelumnya US$ 46,36.
Pelaku pasar tengah menanti apakah bank sentral AS menaikkan suku bunga pada pertemuan Kamis pekan ini untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan. Analis memperkirakan bila kenaikan suku bunga terjadi maka harga minyak akan jatuh seiring penguatan dolar AS.
Hal itu lantaran penguatan dolar AS membuat permintaan dari negara pengimpor melambat.Selain itu, harga bensin yang reli tajam pada kuartal II telah menyeret harga minyak. Sejumlah pelaku pasar melihat pelemahan yang terjadi pada kontrak terdekat karena musim mengemudi pada musim panas segera berakhir. "
Saya rasa ini mengejutkan banyak orang, dan mereka lengah," ujar Scott Shelton, Analis Komoditas di ICAP, mengutip dari laman Reuters, Selasa (15/9/2015).
Sebelumnya harga minyak mentah berjangka sempat pulih setelah perusahaan intelijen Genscape melaporkan penarikan sekitar 1,8 juta barel pada pekan lalu.Akan tetapi, harga minyak terutama Brent telah turun tajam. Harga minyak Brent dari di atas US$ 117 pada Juni 2014 menjadi di bawah US$ 47 seiring pasokan minyak global berlebih dan kekhawatiran ekonomi China melambat.
"Kami pikir harga minyak cenderung rendah, dan tidak ada sentimen kuat untuk mengangkat harga minyak," kata Kepala Riset BNP Paribas, Harry Tchilinguirian. (Ahm/Gdn)
Sumber : Liputan6
Subscribe to:
Posts (Atom)