Sunday 20 September 2015

Euro Memperpanjang Penurunan Pekan Lalu

BESTPROFIT FUTURES MALANG (21/9) - Euro memperpanjang penurunan dari hari Jumat pekan lalu, terbesar dalam tiga minggu terakhir, karena para pedagang mengantisipasi Pejabat Bank Sentral Eropa akan terus menandai kesiapan untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter di tengah risiko pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat serta inflasi.
Euro pada hari Jumat turun karena Benoit Coeure, anggota Dewan Eksekutif ECB, menekankan bahwa lintasan kebijakan AS dan Eropa akan "tetap sangat berbeda," bahkan setelah Federal Reserve menahan diri untuk meningkatkan suku bunga pada pekan lalu. Koleganya Ewald Nowotny dan Peter Praet dijadwalkan untuk berbicara pada hari Senin. Penurunan Euro mungkin akan terbatas setelah Alexis Tsipras kembali berkuasa di Yunani menyusul kemenangan pemilu, mempertahankan jadwal reformasi negara tersebut berada di trek sebelum kajian internasional yang jatuh tempo pada akhir tahun ini.
Mata uang umum tersebut berada di level $ 1,1296 pada pukul 08:11 pagi di Singapura setelah pada Jumat turun 1,2% ke level $ 1,1298. Euro sedikit berubah terhadap yen di level 135,52 yen. Sementara dolar mmencapai 119,96 yen dari 119,98. Pasar saham Jepang ditutup untuk liburan nasional pada hari Senin sampai Rabu.
Sementara The Fed pada hari Kamis menahan diri, Ketua Janet Yellen mengatakan kebanyakan pejabat masih mengharapkan untuk mengetatkan biaya pinjaman pada tahun ini untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade.
Para pengamat mengatakan penundaan bisa menambah tekanan pada ECB untuk memperluas program pelonggaran kuantitatif untuk melawan penguatan euro dan lemahnya  permintaan global.
Euro telah Naik 3,4% dalam tiga bulan terakhir, menurut Bloomberg Correlation-Weighted Indexes. Sementara dolar telah Naik 4,1% dan yen naik 6,7% selama periode itu.
Hedge fund dan manajer keuangan lainnya meningkatkan taruhan bearish bersih terhadap euro untuk minggu ketiga pada periode yang berakhir pada tanggal 15 September menjadi 84,202 terontraksi dari 81,241, menurut data dari Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka.(frk)
Sumber: Bloomberg