Monday 18 May 2015
Sunday 17 May 2015
Dengan Aplikasi Ini, Anda Harus `Selfie` Dulu Untuk Matikan Alarm
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/5) - Bagi Anda yang mempunyai masalah susah bangun tidur pada pagi hari dan selalu mengandalkan alarm smartphone, kini telah hadir sebuah solusi baru untuk permasalahan tersebut.
Sebuah aplikasi bagi perangkat Android dengan nama `Snap Me Up` merupakan jawaban tepat untuk mengakhiri problema yang selalu melanda ketika mencoba untuk beranjak dari ranjang setiap pagi.
Aplikasi ini `memaksa` Anda untuk mematikan alarm yang berbunyi dengan melakukan `selfie`. Ya, kedengarannya unik dan merupakan sebuah cara bangun tidur yang tidak biasa.
Laman Mashable melansir, aplikasi ini memang didesain khusus bagi orang-orang yang memiliki kesulitan bangun tidur. Oleh karena itu, Snap Me Up didesain untuk orang-orang yang malas bangun, terlebih malas bergerak untuk mematikan alarm agar mereka dapat menggerakan badannya dengan melakukan selfie.
Selfie yang dilakukan pun harus sesuai dengan metode yang diminta agar alarm aplikasi ini dapat mati. Anda harus membuka mata Anda sangat lebar dan menyesuaikan muka Anda di frame selfie yang tersedia pada aplikasi ini agar terdeteksi.
Mekanisme aplikasi ini hampir sama dengan cara kerja alarm default yang ada di smartphone pada umumnya. Anda bisa mengatur alarm reguler dan bahkan timer untuk mengatur waktu tidur Anda. Untuk fitur kamera selfie, terdapat deteksi built-in face yang mencegah Anda untuk mengambil selfie secara sembarangan. Anda juga bisa mengatur selfie dari kamera depan atau belakang.
Untuk Anda yang gemar selfie, jangan khawatir. Karena setelah Anda mematikan alarm, foto-foto selfie Anda akan tersimpan di sebuah album foto berjudul "My Sleepy Snaps" dan bahkan memperlihatkan tanggal dan jam dimana Anda baru bangun dengan muka ngantuk yang dipaksa untuk selfie.
Bagi Anda yang ingin mengubah pola hidup Anda agar rajin bangun lebih pagi, tidak ada salahnya mengunduh aplikasi ini secara gratis di Google Play Store.
Sumber : Liputan6
Sebuah aplikasi bagi perangkat Android dengan nama `Snap Me Up` merupakan jawaban tepat untuk mengakhiri problema yang selalu melanda ketika mencoba untuk beranjak dari ranjang setiap pagi.
Aplikasi ini `memaksa` Anda untuk mematikan alarm yang berbunyi dengan melakukan `selfie`. Ya, kedengarannya unik dan merupakan sebuah cara bangun tidur yang tidak biasa.
Laman Mashable melansir, aplikasi ini memang didesain khusus bagi orang-orang yang memiliki kesulitan bangun tidur. Oleh karena itu, Snap Me Up didesain untuk orang-orang yang malas bangun, terlebih malas bergerak untuk mematikan alarm agar mereka dapat menggerakan badannya dengan melakukan selfie.
Selfie yang dilakukan pun harus sesuai dengan metode yang diminta agar alarm aplikasi ini dapat mati. Anda harus membuka mata Anda sangat lebar dan menyesuaikan muka Anda di frame selfie yang tersedia pada aplikasi ini agar terdeteksi.
Mekanisme aplikasi ini hampir sama dengan cara kerja alarm default yang ada di smartphone pada umumnya. Anda bisa mengatur alarm reguler dan bahkan timer untuk mengatur waktu tidur Anda. Untuk fitur kamera selfie, terdapat deteksi built-in face yang mencegah Anda untuk mengambil selfie secara sembarangan. Anda juga bisa mengatur selfie dari kamera depan atau belakang.
Untuk Anda yang gemar selfie, jangan khawatir. Karena setelah Anda mematikan alarm, foto-foto selfie Anda akan tersimpan di sebuah album foto berjudul "My Sleepy Snaps" dan bahkan memperlihatkan tanggal dan jam dimana Anda baru bangun dengan muka ngantuk yang dipaksa untuk selfie.
Bagi Anda yang ingin mengubah pola hidup Anda agar rajin bangun lebih pagi, tidak ada salahnya mengunduh aplikasi ini secara gratis di Google Play Store.
Sumber : Liputan6
Kinerja Ekspor Industri Catat Kenaikan, Kinerja Sahamnya Negatif
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/5) - Hari Jumat (15/5) Indonesia dilaporkan
mengalami penurunan surplus dagang sebesar 59,78 persen dari US$ 1,13
miliar yang tercatat di bulan Maret 2015 menjadi sebesar US$ 454,4 juta
di sepanjang April 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) yang merilis angka
tersebut menjelaskan bahwa berkurangnya surplus terjadi akibat penurunan
ekspor minyak dan gas bumi (migas) akibat pelemahan harga komoditas
tersebut.
Ekspor nonmigas produk industri
pengolahan dilaporkan turun 5,69 persen. Jika dilihat dari kontribusinya
terhadap total ekspor keseluruhan periode Januari-April 2015, industri
pengolahan mengambil bagian terbesar yaitu sebesar 69,83 persen,
sedangkan ekspor produk pertanian hanya tercatat sebesar 3,41 persen,
dan ekspor tambang tercatat sebesar 13,03 persen.
Adapun beberapa komoditi yang termasuk
dalam produk industri pengolahan pada Maret lalu terlihat mix dimana
ekspor mesin/peralatan listrik yang sebelumnya mencatat kenaikan, pada
April lulu mencatat penurunan sebesar 3,72 persen, hingga ekspor
tercatat sebesar US$ 737,8 juta, lalu komponen karet dan barang dari
karet mencatat kenaikan sebesar 10,79 persen menjadi US$ 549,9 juta,
demikian juga dengan alas kaki mencatat kenaikan hingga 21,58 persen
menjadi US$ 416,4 juta dan yang terakhir berbagai produk kimia yang
mencatat kenaikan sebesar 20,91 persen menjadi sebesar US$ 252,8 juta.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat
bahwa ekspor industri pengolahan menunjukkan kenaikan di bulan
April. Bahkan pertumbuhan industri pengolahan non migas kuartal I-2015
juga dilaporkan jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan. Apabila dilihat sejak tahun 2011 hingga
kuartal I-2015 lalu, pertumbuhan industri non migas selalu di atas
pertumbuhan ekonomi. Hanya pada tahun 2013 saja pertumbuhan industri non
migas sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan industri pengolahan non
migas pada 2019 mendatang diprediksi akan mampu mencapai target 8,38
persen. Hal ini karena peningkatan pertumbuhan industri disertai dengan
meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan non migas terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional 2015 sebesar 21,22 persen dan pada
2019 mencapai 24,15 persen.
Adapun cabang industri yang tumbuh
tinggi pada kuartal I-2015 antara lain industri kimia, farmasi dan obat
tradisional sebesar 9,05 persen, industri logam dasar sebesar 8,66
persen, industri makanan dan minuman sebesar 8,16 persen, serta industri
barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik
sebesar 8,14 persen.
Analys Vibiz Research Center
mengemukakan bahwa kinerja saham untuk sektor terkait di Bursa Efek
Indonesia (BEI) untuk tiga bulan ini yaitu sektor industri nampak
menunjukkan kinerja yang negatif dimana indeks saham untuk sektor
MISC-IND menunjukkan penurunan dalam 3 bulan terakhir sebesar 10,89
persen, demikian juga dengan indeks BASIC-IND masih bertahan dengan tren
penurunan dalam 3 bulan terakhir kemarin sebesar 16,91 persen.
Sumber : Vibiznews
Pendapatan Fiskal dan Investasi Tiongkok Meningkat, Upaya Recovery Sedikit Berhasil
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/5) - Seperti diketahui, Bank Sentral China
(PBOC) kembali memangkas suku bunga acuannya pekan lalu untuk pinjaman
sebesar 25 basis poin. Dengan pemangkasan tersebut suku bunga acuan
pinjaman yang ditetapkan oleh PBOC di level 5,1 persen. Pemangkasan suku
bungan yang dilakukan pada Mei 2015 ini adalah yang ke-3 kali nya
terhitung sejak November 2014 lalu.
Pemangkasan suku bunga acuan ini
dilakukan untuk mengantisipasi penurunan pertumbuhan ekonomi di negara
tersebut yang terkontraksi akibat perlambatan ekonomi global. Selama
ini, pertumbuhan ekonomi Tiongkok selalu berada di level 10 persen.
Namun akibat krisis global pertumbuhan ekonomi negara tirai bambu
tersebut turun ke level 7 persen.
Dalam upayanya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negaranya, pemerintah Tiongkok tidak hanya memaksimalkan
kebijakan moneter saja, tetapi juga kebijakan fiskalnya. Pasalnya,
belanja fiskal Tiongkok periode April dilaporkan melonjak 33,2 persen
dari tahun sebelumnya, hal ini cukup mencerminkan upaya pemerintah untuk
mendukung perekonomian yang melambat.
Pemerintah telah menetapkan defisit
anggaran yang lebih besar untuk tahun 2015 dalam rangka meningkatkan
pengeluaran dan memacu pertumbuhan ekonomi. Keputusan fiskal yang
pro-aktif ini diambil pemerintah Tiongkok untuk mendukung kebijakan
moneter longgar yang telah diambil oleh PBOC selama ini.
Sebagai informasi, belanja pemerintah di
bulan April tercatat mencapai 1,25 triliun yuan ($
201.570.000.000). Selama empat bulan pertama tahun 2015 ini, belanja
fiskal tercatat naik 26,4 persen dari tahun sebelumnya. Dalam laporan
yang dirilis Departemen Tiongkok tercatat bahwa pengeluaran
fiskal untuk perlindungan lingkungan naik 30,5 persen dari tahun
sebelumnya, sementara belanja transportasi juga melonjak 57,8
persen. Selain itu, pengeluaran untuk jaminan sosial dan tenaga kerja
naik 16 persen dan pengeluaran untuk tunjangan perumahan naik 21,2
persen.
Sementara itu, pendapatan fiskal
tercatat naik 8,2 persen di bulan April dari tahun sebelumnya sedangkan
penerimaan pajak penghasilan dari produsen di bulan April turun 4,5
persen dari tahun sebelumnya, pendapatan dari perusahaan properti turun
11,9 persen, sedangkan penerimaan pajak pertambahan nilai domestik
justru naik 2,4 persen sementara pajak konsumsi naik 22,7 persen.
Tidak hanya belanja fiskal yang
dilaporkan meningkat, tingkat belanja investasi asing langsung (FDI) di
Tiongkok juga dilaporkan meningkat lebih cepat dari yang diharapkan pada
bulan April lalu. FDI Tiongkok dilaporkan meningkat 10,5 persen (yoy)
pada April lalu menjadi sebesar $ 9.600.000.000. Padahal sebelumnya para
ekonom memperkirakan tingkat pertumbuhan melambat 2 persen dari 2,2
persen yang dilaporkan pada bulan Maret. Sedangkan selama Januari-April,
investasi Tiongkok dilaporkan melonjak 36,1 persen dari periode yang
sama tahun lalu menjadi sebesar $ 34.970.000.000.
Dengan meningkatnya jumlah belanja fiskal dan FDI di Tiongkok maka diharapkan pemerintah dapat mengoptimalkan setiap budget dan
dana investasi yang tersedia untuk menjadi penggerak pertumbuhan
ekonomi Tiongkok yang cenderung stagnan bahkan melambat selama beberapa
tahun belakangan. Proyek-proyek infrastruktur yang dinilai dapat menjadi
kontributor terhadap pertumbuhan ekonomi Tiongkok harus segera
diselesaikan secepat mungkin.
Sumber : Vibiznews
Ekspor dan Pariwisata Penyebab Lesunya Ekonomi Hongkong
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/5) - Pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada
kuartal pertama tahun ini menunjukkan tren yang cenderung “mereda” di
tengah kinerja ekspor dan sekt0r pariwisatanya yang melambat. Seperti
diketahui, pertumbuhan ekspor turun menjadi 0,4 persen dari 0,6 persen,
karena faktor eksternal di negara tujuan ekspor yang sedang goyah
perekoomiannya. Penurunan besar terjadi di ekspor jasa perjalanan
dimana pertumbuhan kedatangan wisatawan dan ekspor jasa wisata belanja
menurun tajam.
Produk domestik bruto (PDB) Hongkong
tercatat tumbuh sebesar 2,1 persen (yoy) pada kuartal pertama tahun
lalu setelah berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 2,4 persen di kuartal
sebelumnya.
Laju pertumbuhan Hongkong terus melambat hingga saat ini setelah pada kuartal 3 tahun 2014 lalu sempat mencetak rebound yaitu
sebesar 2,9 persen. Permintaan domestik merupakan salah satu pendorong
utama pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini. Konsumsi swasta tumbuh
3,5 persen per tahun, didukung oleh kondisi pasar tenaga kerja yang
stabil di sepanjang kuartal tersebut. Laju investasi tumbuh 7,3 persen,
dipimpin oleh rebound pada mesin dan peralatan akuisisi.
Meski mencatat perlambatan pada
pertumbuhannya, pemerintah Hongkong menegaskan bahwa pasar tenaga kerja
Hongkong tetap dalam keadaan full employment saat ini, dengan
tingkat pengangguran bulanan rendah hanya sebesar 3,3 persen pada
kuartal pertama tahun ini. Faktor pemicu terbesar yang “merusak”
pertumbuhan kuartal pertama lalu adalah reli dolar AS yang menguat dan
tekanan ekonomi global sehingga menghambat laju ekspor Hongkong.
Namun, masih kuatnya permintaan domestik
tetap menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Pasalnya kondisi pasar tenaga kerja yang positif serta laju pendapatan
yang sesuai cukup memberikan dukungan kepada konsumsi lokal. Pada tahun
ini pemerintah Hongkong masih mempertahankan perkiraan pertumbuhan di
kisaran 1-3 persen, namun perkiraan inflasi untuk tahun ini dipangkas
menjadi 3,2 persen dari 3,5 persen akibat dari melemahnya harga minyak.
Prediksi inflasi inti tahun ini juga diturunkan menjadi 2,7 persen dari 3
persen.
Sumber : Vibiznews
Sektor Yang Sedang Menghancurkan Bisnis Industri di Amerika Serikat
BESTPROFIT FUTURES MALANG (18/5) - Pekan ini tingkat produksi industri
Amerika Serikat (AS) periode April dilaporkan kembali turun
memasuki bulan kelimanya berturut-turut, Penurunan ini dilansir
disebabkan oleh penurunan yang terjadi atas output pertambangan dan
utilitas. Seperti diketahui produksi tambang di AS dilaporkan turun 0,8
persen karena pengeboran minyak dan sumur gas jatuh 14,5 persen,
penurunan ini memasuki bulan keempatnya berturut-turut. Sementara itum
produksi utilitas juga anjlok 1,3 persen, disebabkan oleh
berkurangnya permintaan akibat cuaca yang lebih hangat untuk pemanasan.
Rilis data ini menyambung rilis data
pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal pertama lalu yang juga mengalami
perlambatan, sehingga banyak ekonom yang yakin bahwa pada kuartal kedua
ini ekonomi AS masih akan tertahan laju rebound nya. Seperti
dilaporkan The Fed, tingkat output industri AS turun 0,3 persen di bulan
April setelah di bulan sebelumnya juga mencatat penurunan yang serupa.
Angka pertumbuhan tingkat produksi di
bulan April ini masih belum sesuai dengan prediksi ekonom yang
sebelumnya memperkirakan produksi industri di Negeri Paman Sam ini
minimal dapat mencatat kenaikan tipis sebesar 0,1 persen dari bulan
sebelumnya. Tidak hanya rilis ini saja yang meleset dari prediksi
ekonom, pasalnya rilis data penjualan ritel AS di bulan April pun juga
dilaporkan cukup lemah.
Memasuki kuartal kedua tahun ini
terlihat jelas bagaimana ekonomi negara terkuat di dunia ini kehilangan
momentum pemulihannya setelah pertumbuhan yang melambat tiba-tiba pada
kuartal pertama. Sementara itu tidak jauh berbeda dengan output
industri, output manufaktur AS di bulan April juga tidak berubah setelah
mencatat kenaikan sebesar 0,3 persen yang tercatat di bulan
Maret. Penggunaan kapasitas industri dilaporkan turun menjadi 78,2
persen, terendah sejak Januari tahun lalu, dimana kala itu tercatat
sebesar 78,6 persen.
Sumber : Vibiznews
Thursday 14 May 2015
Dividen MPPA Tidak Sampai 200 Miliar, Laju Sahamnya Jaga Momentum Positif
BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/5) - Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPS) PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) memutuskan untuk membagikan
dividen sebesar Rp 193,9 miliar atau setara Rp 36 per saham. Adapun
besaran dividen ini setara 35% dari perolehan laba bersih perseroan di
sepanjang tahun 2014 sebesar Rp 554 miliar.
Sementara sebagian dana dari laba bersih
atau sebesar Rp 2 miliar disisihkan sebagai dana cadangan standar.
Adapun sisanya sebesar Rp 358 miliar akan ditahan oleh perseroan. Laba
ditahan tersebut guna memperkuat modal kerja bisnis perseroan untuk
ekspansi kedepannya.
Pada tahun lalu MPPA berhasil membukukan
laba bersih sebesar Rp 554,01 miliar atau 24,52% dari periode yang sama
tahun sebelumnya sebesar Rp 444,9 miliar. Kenaikan laba bersih seiring
dengan penjualan di 2014 yang tercatat menjadi Rp 13,59 triliun atau
naik 14,01% dari posisi sebelumnya sebesar Rp 11,92 triliun.
Sementara hingga kuartal I 2015, laba
bersih MPPA melonjak 60 persen menjadi Rp81,583 miliar atau Rp15 per
saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya yang
Rp50,968 miliar atau Rp9 per saham. Kinerja tersebut ditopang oleh
penjualan bersih yang naik menjadi Rp3,34 triliun dari penjualan bersih
tahun sebelumnya yang Rp3,12 triliun dan beban pokok naik jadi Rp2,75
triliun dari Rp2,59 triliun. Adapun untuk Laba bruto meningkat menjadi
Rp597,39 miliar dari laba bruto tahun sebelumnya yang Rp429,91 miliar.
Sementara laba usaha naik jadi Rp97,47 miliar dari laba usaha tahun
sebelumnya Rp68,15 miliar.
Tahun ini, MPPA menganggarkan belanja
modal hingga Rp 800 miliar untuk ekspansi.. Perseroan akan terus
melanjutkan pembangunan baru sejumlah gerai ritelnya. Namun, secara
rutin, perseroan biasanya menganggarkan belanja modal tahunan sekitar
4%-5% dari total pendapatan tahun ini. Adapun, manajemen menargetkan
penjualan 2015 sekitar Rp 16 triliun, atau naik 15% dari tahun lalu.
Maka, belanja modal MPPA tahun ini ada di kisaran Rp 640 miliar hingga
Rp 800 miliar yang akan dipenuhi dari kas internal.
Adapun dana tersebut utamanya akan
digunakan untuk pembangunan gerai baru dan renovasi sejumlah gerai yang
sudah ada. Sepanjang 2015, anak usaha Grup Lippo ini berencana membangun
13 gerai Hypermart baru. Selain itu, perseroan juga akan mendirikan
sekitar lima gerai Foodmart di Jabodetabek dan juga akan digunakan untuk
merenovasi 10 gerai yang sudah ada.
Menilik kabar dari lantai bursa
perdagangan saham pada Rabu (13/5/15) saham MPPA tutup turun 1,5% pada
level 3,930 setelah pada penutupan perdagangan sebelumnya berada pada
level 3,990 dan bergerak dalam kisaran 3,920 – 3,990 dengan volume
perdagangan saham mencapai 1,5 juta lembar saham.
Analyst Vibiz Research Center melihat
sisi indikator teknikal, harga saham MPPA sejak awal bulan Januari
terlihat terus mengalami penguatan tajam namun saat ini dalam upaya
pertahankan tren konsolidasi. Terpantau indikator MA sudah bergerak flat
dan pola Black Marubozu menembus Middle Bolinger Band. Selain itu
indikator Stochastic mulai bergerak ke area jenuh beli setelah
sebelumnya berada pada area tengah.
Sementara indikator Average Directional
Index terpantau bergerak naik didukung oleh +DI yang juga bergerak naik
yang menunjukan pergerakan MPPA dalam potensi pertahankan penguatan
terbatas. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya,
diprediksi laju MPPA masih akan dalam tren sideways dan menunggu
sentimen fundamental yang menggerakan MPPA. Rekomendasai Trading pada
target level resistance di level Rp4500 hingga target support di level
Rp3880.
Sumber : Vibiznews
IMF Pangkas Prospek Ekonomi Korea Selatan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/5) - Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF)
kembali menurunkan prospek pertumbuhan negara-negara ekonomi besar,
setelah menurunkan prospek pertumbuhan negara Amerika Serikat dan
Tiongkok beberapa waktu lalu kini lembaga tersebut menurunkan prospek
pertumbuhan ekonomi Korea Selatan.
Pemberi pinjaman yang berkantor pusat di Washington ini memperkirakan
ekonomi Korea Selatan hanya bertumbuh untuk 3,1 persen tahun ini dan
bukan 3,3 persen seperti yang diproyeksikan pada bulan April lalu. Untuk
tahun 2016, IMF memproyeksikan ekspansi ekonomi hanya 3,5 persen.IMF menurunkan prospek ekonomi negara ini dengan alasan turunnya permintaan domestik yang menahan laju kegiatan ekonomi negara ekonomi terbesar keempat di Asia dan termasuk kelompok 10 negara ekonomi besar dunia ini.Momentum pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang dimulai sejak awal 2013 telah terhenti sejak bulan April 2014 pasca tragedi feri Sewol yang mengurangi sentimen konsumen dan investornya.
IMF melihat prospek ekonomi Korea Selatan sangat bergantung pada keberhasilan pemerintah dalam menanggulangi permintaan domestik yang lamban, penurunan ekspor dan produktivitas yang relatif rendah di sektor jasa. IMF menghargai perubahan moneter, fiskal dan kebijakan lainnya yang baru-baru ini diadopsi oleh pemerintah untuk menghidupkan kembali permintaan domestik.
Dari Korea Selatan sendiri terlihat keseriusan pemerintahnya untuk mereformasi ekonomi disemua sektor negara tersebut termasuk inisiatif untuk mengatasi kekakuan pasar tenaga kerja.Dan pemerintah Korea beralasan kondisi negaranya melemah dipengaruhi kondisi ekonomi mitra dagang utamanya seperti Jepang dan Tiongkok. Dari Jepang, pelemahan yen terus-menerus akan melemahkan ekspor produk industri negara ini.
Sumber : Vibiznews
Film Horor 1990-an The Craft Siap Dibuat Ulang
BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/5) - Generasi yang tumbuh di tahun 1990-an pasti ingat dengan demam film
horor remaja. Salah satu film yang mengawali tren itu adalah The Craft yang rilis 1996. Kini, film yang masuk hitungan cult movie itu siap dibuat ulang alias di-remake.
Dikatakan Hollywood Reporter, Rabu (13/5/2015), cerita The Craft tampaknya kembali menyihir para petinggi Sony.
Studio itu berencana memasang sutradara Leigh Janiak untuk menulis dan menyutradarai versi baru The Craft. Pekerjaan menulis juga akan dibantu Phil Graziadei.
Film aslinya berkisah tentang karakter yang diperankan Robin Turney, yang masuk sekolah Katolik dan berteman dengan tiga murid yang ingin jadi penyihir (diperankan Fairuza Balk, Neve Campbell dan Rachel True).
Tiga siswi itu cuma mendamba jadi penyihir, beda dengan Turney, seorang penyihir tulen. Ketika para siswi ini mencoba menyelesaikan masalah pribadi dengan ilmu sihir, berbagai kejadian buruk melanda. (Ade)
Sumber : Liputan6
Dikatakan Hollywood Reporter, Rabu (13/5/2015), cerita The Craft tampaknya kembali menyihir para petinggi Sony.
Studio itu berencana memasang sutradara Leigh Janiak untuk menulis dan menyutradarai versi baru The Craft. Pekerjaan menulis juga akan dibantu Phil Graziadei.
Film aslinya berkisah tentang karakter yang diperankan Robin Turney, yang masuk sekolah Katolik dan berteman dengan tiga murid yang ingin jadi penyihir (diperankan Fairuza Balk, Neve Campbell dan Rachel True).
Tiga siswi itu cuma mendamba jadi penyihir, beda dengan Turney, seorang penyihir tulen. Ketika para siswi ini mencoba menyelesaikan masalah pribadi dengan ilmu sihir, berbagai kejadian buruk melanda. (Ade)
Sumber : Liputan6
S&P 500 Cetak Rekor Tertinggi
BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/5) - Indeks Standard & Poor 500 yang merupakan salah satu indeks acuan di Wall Street ditutup pada level tertinggi sepanjang sejarah pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta), menghentikan penurunan yang telah terjadi pada tiga sesi perdagangan sebelumnya. Saham-saham teknologi seperti Microsoft Corp dan Apple Inc memimpin reli.
Mengutip Bloomberg, Jumat (15/5/2015), Indeks S&P 500 naik 1,1 persen ke level 2.120,78 pada pukul 16.00 waktu New York, Amerika Serikat (AS). Indeks Nasdaq juga menguat 69,11 poin atau 1,39 persen menjadi 5.050,80. Sedangkan Indeks Dow Jones menguat 191,75 poin atau 1,06 persen menjadi 18.252,24.
"Pasar obligasi telah stabil dan angka klaim pengangguran juga menunjukkan level yang positif. Kedua sentimen tersebut memberikan tenaga bagi indeks sehingga berubah arah ke zona hijau," jelas Analis Senior Columbia Threadneedle Investments, Anwiti Bahuguna.
Sebelumnya memang terjadi goncangan di pasar obligasi dengan adanya penjualan besar-besaran yang dilakukan oleh pelaku pasar sehingga menyerempet ke pasar saham. Salah satu alasan yang membuat pasar obligasi tergoncang adalah langkah pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa.
Indeks S&P 500 membukukan kenaikan untuk pertama kalinya dalam minggu ini. Pada perdagangan sehari sebelumnya, Indeks S&P 500 ditutup di zona merah karena data penjualan ritel berada di bawah estimasi para analis. Selain itu, pelaku pasar juga sedikit khawatir dengan aksi jual yang terjadi di surat utang pemerintah.
Nilai tukar dolar AS jika dilihat secara mingguan berada di jalur penurunan terpanjang sejak Oktober 2013, di tengah tanda-tanda ekonomi AS sedang berjuang untuk mengumpulkan kekuatannya. Pelemahan dolar AS ini semakin meyakinkan investor bahwa rencana kenaikan suku bunga yang akan dilakukan oleh Bank Sentral AS (The Fed) masih belum dilakukan dalam waktu dekat ini.
Pelemahan dolar AS ini juga cukup baik bagi kinerja ekspor impor karena dengan pelemahan dolar AS ekspor lebih kompetitif dan impor kurang menarik bagi konsumen. Ekspor yang kompetitif ini dilihat oleh pelaku pasar akan memberikan dampak yang positif bagi kinerja laba perusahaan-perusahaan AS sehingga bisa berdampak positif bagi indeks di Wall Street.
Sedangkan data mengenai klaim pengangguran berada di bawah angka hasil survei Bloomberg kepada para ekonom. Pemerintah AS mengeluarkan data resmi bahwa klaim pengangguran berada di angka 264 ribu. Sedangkan menurut survei Bloomberg berada di angka 273 ribu. (Gdn/Igw)
Sumber : Liputan6
Mengutip Bloomberg, Jumat (15/5/2015), Indeks S&P 500 naik 1,1 persen ke level 2.120,78 pada pukul 16.00 waktu New York, Amerika Serikat (AS). Indeks Nasdaq juga menguat 69,11 poin atau 1,39 persen menjadi 5.050,80. Sedangkan Indeks Dow Jones menguat 191,75 poin atau 1,06 persen menjadi 18.252,24.
"Pasar obligasi telah stabil dan angka klaim pengangguran juga menunjukkan level yang positif. Kedua sentimen tersebut memberikan tenaga bagi indeks sehingga berubah arah ke zona hijau," jelas Analis Senior Columbia Threadneedle Investments, Anwiti Bahuguna.
Sebelumnya memang terjadi goncangan di pasar obligasi dengan adanya penjualan besar-besaran yang dilakukan oleh pelaku pasar sehingga menyerempet ke pasar saham. Salah satu alasan yang membuat pasar obligasi tergoncang adalah langkah pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Eropa.
Indeks S&P 500 membukukan kenaikan untuk pertama kalinya dalam minggu ini. Pada perdagangan sehari sebelumnya, Indeks S&P 500 ditutup di zona merah karena data penjualan ritel berada di bawah estimasi para analis. Selain itu, pelaku pasar juga sedikit khawatir dengan aksi jual yang terjadi di surat utang pemerintah.
Nilai tukar dolar AS jika dilihat secara mingguan berada di jalur penurunan terpanjang sejak Oktober 2013, di tengah tanda-tanda ekonomi AS sedang berjuang untuk mengumpulkan kekuatannya. Pelemahan dolar AS ini semakin meyakinkan investor bahwa rencana kenaikan suku bunga yang akan dilakukan oleh Bank Sentral AS (The Fed) masih belum dilakukan dalam waktu dekat ini.
Pelemahan dolar AS ini juga cukup baik bagi kinerja ekspor impor karena dengan pelemahan dolar AS ekspor lebih kompetitif dan impor kurang menarik bagi konsumen. Ekspor yang kompetitif ini dilihat oleh pelaku pasar akan memberikan dampak yang positif bagi kinerja laba perusahaan-perusahaan AS sehingga bisa berdampak positif bagi indeks di Wall Street.
Sedangkan data mengenai klaim pengangguran berada di bawah angka hasil survei Bloomberg kepada para ekonom. Pemerintah AS mengeluarkan data resmi bahwa klaim pengangguran berada di angka 264 ribu. Sedangkan menurut survei Bloomberg berada di angka 273 ribu. (Gdn/Igw)
Sumber : Liputan6
Demi Penuhi Janji Miliarder Ini Gulirkan Uang Hampir Rp 3 Triliun
BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/5) - Janji adalah utang. Ungkapan itu
tampaknya sangat tepat diberikan pada salah satu miliarder terkaya di
dunia Nick Woodman yang rela mengeluarkan uang hingga US$ 229 juta atau
Rp 2,99 triliun demi memenuhi janjinya (estimasi kurs: Rp 13.055 per
dolar AS).
Melansir laman Sydney Morning Herald, Jumat (14/5/2015), harta pendiri GoPro ini berkurang hingga hampir Rp 3 triliun setelah memenuhi janji yang diberikan sekitar 10 tahun lalu pada kawannya. Woodman mengembalikan 4,7 juta saham pada perusahaan pembuat kamera yang didirikannya tersebut.
Pada 2011, dia sepakat untuk membayar kembali opsi saham perusahaan yang ditawarkan pada Neil Dana, kawan yang belajar bersama di University of California. Dana merupakan karyawan GoPro yang pertama.
Pada fase pengembangan, perusahaan berusia 10 tahun ini, Woodman berjanji akan memberikan Dana 10 persen dari keuntungan yang diterima atas penjualan saham perusahaan. Untuk membatalkan perjanjian ini, GoPro menerbitkan lebih dari 6 juta saham pada Juni 2011 untuk ditawarkan pada Dana.
GoPro juga menerbitkan 270 ribu penawaran saham terbatas enam bulan kemudian. Woodman sepakat untuk mengganti uang yang dikeluarkan Dana saat dia membeli opsi saham yang diterbitkannya.
Dana, pengarah musik GoPro dan merupakan tim spesialis sales, menghabiskan dana US$ 3,6 juta untuk membeli saham tersebut. Saat ini, harga saham US$ 3,6 juta itu telah bernilai US$ 229 juta.
Woodman yang kini memiliki kekayaan US$ 2,3 miliar harus membayar perusahaan senilai US$ 229 juta sesuai dengan apa yang dijanjikannya. Meski hartanya berkurang banyak, Woodman masih menjadi CEO dengan gaji tertinggi di Amerika Serikat.
Juru bicara GoPro Jeff Brown menolak berkomentar atas kabar tersebut. (Sis/Gdn)
Sumber : Liputan6
Melansir laman Sydney Morning Herald, Jumat (14/5/2015), harta pendiri GoPro ini berkurang hingga hampir Rp 3 triliun setelah memenuhi janji yang diberikan sekitar 10 tahun lalu pada kawannya. Woodman mengembalikan 4,7 juta saham pada perusahaan pembuat kamera yang didirikannya tersebut.
Pada 2011, dia sepakat untuk membayar kembali opsi saham perusahaan yang ditawarkan pada Neil Dana, kawan yang belajar bersama di University of California. Dana merupakan karyawan GoPro yang pertama.
Pada fase pengembangan, perusahaan berusia 10 tahun ini, Woodman berjanji akan memberikan Dana 10 persen dari keuntungan yang diterima atas penjualan saham perusahaan. Untuk membatalkan perjanjian ini, GoPro menerbitkan lebih dari 6 juta saham pada Juni 2011 untuk ditawarkan pada Dana.
GoPro juga menerbitkan 270 ribu penawaran saham terbatas enam bulan kemudian. Woodman sepakat untuk mengganti uang yang dikeluarkan Dana saat dia membeli opsi saham yang diterbitkannya.
Dana, pengarah musik GoPro dan merupakan tim spesialis sales, menghabiskan dana US$ 3,6 juta untuk membeli saham tersebut. Saat ini, harga saham US$ 3,6 juta itu telah bernilai US$ 229 juta.
Woodman yang kini memiliki kekayaan US$ 2,3 miliar harus membayar perusahaan senilai US$ 229 juta sesuai dengan apa yang dijanjikannya. Meski hartanya berkurang banyak, Woodman masih menjadi CEO dengan gaji tertinggi di Amerika Serikat.
Juru bicara GoPro Jeff Brown menolak berkomentar atas kabar tersebut. (Sis/Gdn)
Sumber : Liputan6
Wednesday 13 May 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)