Merayakan hari jadinya itu, ia membagi-bagikan uang berupa saham senilai US$ 10 juta setara Rp 131,6 miliar (kurs: Rp 13.158 per dolar AS) ke 8.000 karyawan di Luxottica.
“Saya berterimakasih dengan tulus pada para karyawan Luxoticca di Italia, semua yang merupakan jantung dari kesuksesan Luxottica”, ungkap Del Vecchio dilansir dari abs-cbnnews.com, Senin (25/5/ 2015).
Del Vecchio merupakan orang terkaya kedua di Italia dari uang yang dicetak perusahaannya Luxxotica. Kini perusahaan tersebut memproduksi kacamata untuk merek-merek ternama di seluruh dunia seperti Burberry, Bulgari, Chanel, Coach, DKNY, Dolce & Gabbana, Armani, Prada, Ralph Lauren, Tiffany dan Versace.
Luxottica mencatat rekor keuntungan pata tahun 2014 dan membuka tahun ini dengan mencetak kenaikan laba pada kuartal I 2015 hampir 34 persen berkat pertumbuhan penjualan di Amerika Utara.
“Dengan kado sederhana, saya ingin menunjukkan pentingnya karyawan bagi saya. Saya sungguh merasa kita adalah keluarga, lanjut dia.”
Mayoritas orang terkaya di dunia harus bekerja keras untuk mencapai
tingkat kesuksesan tertingginya. Di antara ratusan miliarder yang hanya
menikmati harta warisan keluarga, banyak orang kaya yang harus banting
tulang untuk mendapatkan seluruh kekayaannya sekarang.
Salah satunya adalah Leonardo Del Vecchio. Menilik kehidupan masa
kanak-kanaknya, tak ada satu orang pun yang akan menyangka, Leonardo
dapat menjadi salah satu orang terkaya dunia sekarang.
Leonardo lahir tanpa ayah dari keluarga tak berada pada Mei 1935 di
Italia. Saat baru berusia 7 tahun, ibu Leonardo mengirimnya ke panti
asuhan Milan lantaran sudah tak punya biaya lagi untuk membesarkannya.
Tapi Leonardo yang kini memiliki harta US$ 20 miliar tak pernah
menyerah begitu saja pada hidupnya. Di usia remaja saat anak lain masih
senang bermain, Leonardo sudah menjadi buruh di perusahaan peralatan di
Milan.
Di sana, dia mulai belajar desain industrial di malam hari setelah
bekerja seharian. Leonardo akhirnya mulai tertarik dengan bingkai
kacamata dan memutuskan pindah ke Agordo, tempat yang fokus pada
industri kacamata.
Enam tahun kemudian, berbekal pengalaman kerja, Leondardo
memutuskan untuk memulai bisnis sendiri. Dengan visi fusturistiknya,
Leonardo berhasil mengambil berbagai keputusan penting yang membuatnya
unggul di bidang tersebut. (Ikr/Ndw)
Sumber : Liputan6