BESTPROFIT FUTURES MALANG (11/5) - Telah dilaporkan kemarin (10/5/2015)
bahwa harga konsumen Tiongkok di bulan April mencatat kenaikan
yang masih jauh dari target. Seperti diketahui hingga kini Tiongkok
masih berjuang untuk mencapai target inflasi sebesar 3 persen yang
dipatopk pada tahun 2015 ini. Sayang, hingga saat ini hal tersebut
terlihat masih sulit untuk terpenuhi. Kondisi ini cukup menekan bank
sentral Tiongkok (PBOC) untuk menambah paket stimulus moneter longgar
untuk memacu kenaikan permintaan domestik.
Seperti telah dirilis, inflasi Tiongkok
di bulan April lalu hanya mencatat kenaikan sebesar 1,5 persen dari
tahun sebelumnya dimana pada bulan sebelumnya inflasi tercatat sebesar
1,4 persen (yoy). Sementara itu, sejalan dengan laju inflasi yang
cenderung stagnan, Indeks harga produsen yanng merupakan komponen
pembentuk inflasi justru tercatat turun 4,6 persen, dimana kontraksi
pada IHP ini kian memperpanjang rekor penurunannya.Demi mencapai target inflasi dan kenaikan IHP, PBOC telah memangkas suku bunga acuannya sebanyak dua kali dan juga memangkas Giro Wajib Minimum (GWM) sebanyak dua kali dalam enam bulan terakhir untuk membantu pertumbuhan ekonomi di negaranya. Langkah kebijakan moneter tersbeut diambil PBOC dengan pertimbangan risiko deflasi yang semakin kuat dimana pada kuartal terakhir tahun 2014, inflasi Tiongkok menyentuh laju terlemahnya sejak 2009 silam.
Pada bulan April. harga makanan tercatat
naik 2,7 persen dari tahun sebelumnya, sementara biaya non-makanan naik
0,9 persen. Sedangkan jika dilihat dari bulan sebelumnya harga konsumen
justru mencatat deflasi sebesar 0,2 persen di bulan April. Sedangkan
harga produsen masih tetap melemah karena penurunan di sektor tambang.
Secara keseluruhan harga produsen turun memasuki bulan
ke-38 berturut-turut.
Sumber : Vibiznews