BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/8) - Emas
menyerah sebagian besar keuntungan sebelumnya seiring krisis di pasar
komoditas menghidupkan kembali kekhawatiran deflasi, memotong daya tarik
logam mulia sebagai penyimpan nilai.
Indeks
Bloomberg Komoditi dari 22 komponen mengalami penurunan intraday
terbesar dalam satu bulan terakhir, dipimpin oleh penurunan dalam gandum
dan minyak. Investor membuang bahan baku pasca China secara mengejutkan
pasar dengan mendevaluasi mata uangnya, membuat impor biji-bijian,
energi dan logam lebih mahal. Emas sebelumnya naik seiring langkah China
yang mendorong permintaan untuk aset haven, namun seiring komoditas
memperdalam kerugiannya, emas kupas penguatannya.
Emas
berjangka untuk pengiriman Desember naik 0,3 persen untuk menetap di
level $1,107.70 per ons pukul 13:42 di Comex di New York, pasca
menyentuh level $1,119.10, tertinggi sejak 20 Juli lalu. Volume
transaksi 30 persen lebih tinggi dari moving average 100-hari untuk hari
ini, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg.
Harga
emas telah anjlok sebesar 6,5 persen pada Juli lalu, mencapai level
terendahnya dalam lima tahun terakhir. Petunjuk dari Federal Reserve
bahwa pembuat kebijakan segera mungkin akan menaikkan suku bunga tahun
ini telah meredam permintaan emas karena tidak membayar bunga, tidak
seperti aset bersaing. Logam ini menuju kerugian ketiga berturut-turut
di tengah laju inflasi tahunan yang rendah, penguatan dolar dan ekuitas
AS.
Juga
di Comex, perak berjangka untuk pengiriman September turun 0,1 persen
menjadi $15,284 per ons. Di New York Mercantile Exchange, paladium juga
turun, sementara platinum naik. (izr)
Sumber: Bloomberg