BESTPROFIT FUTURES MALANG (28/8) - Saham AS siap untuk lonjakan tajam
dua hari sejak 2009 ditengah reli pasar global dan pertumbuhan ekonomi
yang lebih kuat dari yang diharapkan pada kuartal kedua.
Indeks
Standard & Poor 500 naik 1,9%, sehari setelah ekuitas AS
menghentikan penurunan enam hari yang mengahpus senilai $ 2.2 trilyun
dan mengirim indeks acuan menuju koreksi. Ungkap dovish dari pejabat The
Fed serta membaiknya data ekonomi ditopang sentimen yang telah berubah
bearish passca gejolak global yang dipicu oleh devaluasi mata uang China
memukul Amerika.
S & P 500, di level 1,983.79, yang menuju
kenaikan dua hari dari 6,2%, yang akan menjadi kenaikan back to back
terkuat sejak bull market yang dimulai lebih dari enam tahun yang lalu.
Dow Jones Industrial Average naik 331,71 poin, atau 2%, ke level
16,617.22, juga berada pada jalur terbaik hari ke sejak 2009. Indeks
Nasdaq Composite naik 2,4% pada 12:34 siang di New York.
Perusahaan
bahan material dan energi meningkat tajam karena reboundnya harga
komoditas, dengan minyak mentah naik sebanyak 6%. Produsen tembaga
Freeport-McMoRan Inc melonjak 28% setelah pihaknya meluncurkan rencana
untuk memangkas produksinya. Chesapeake Energy Corp dan Consol Energy
Inc meningkat lebih dari 10%. Netflix Inc reli untuk hari ketiga, naik
7%, dan Apple Inc naik 3%. Tiffany & Co tergelincir ditengah laba
kuartalan yang meleset dari perkiraan analis.
Data hari ini
menunjukkan GDP meningkat 3,7% untuk tingkat tahunan, melebihi semua
perkiraan ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, dan naik dari 2,3% yang
dilaporkan bulan lalu. Kenaikan lebih besar dalam belanja konsumen dan
bisnis menunjukkan ekspansi AS kembali pada jalurnya. Sementara itu
sebuah laporan terpisah menunjukkan pengajuan klaim pengangguran menurun
ke level terendah tiga pekan.
Kontrak untuk membeli rumah yang
sebelumnya dimiliki naik pada bulan Juli untuk keenam kalinya dalam
tujuh bulan terakhir, laporan lain menunjukkan. Kenaikan 0,5% dalam
indeks penjualan rumah tertunda kurang dari kenaikan 1% seperti yang
diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.(yds)
Sumber: Bloomberg