Monday, 24 March 2025

Bestprofit | Emas Turun di Bawah $3.010 karena Tarif dan Imbal Hasil AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (25/3) – Harga emas terus mengalami penurunan dalam tiga hari perdagangan berturut-turut, tertekan oleh meningkatnya sentimen positif di pasar global dan penguatan dolar AS. Saat penulisan artikel ini, XAU/USD diperdagangkan pada angka $3.002, turun 0,67%. Penurunan harga emas ini terjadi setelah adanya berita yang mengindikasikan bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berencana untuk menargetkan tarif timbal balik pada beberapa mitra dagang AS, bukan pada sebagian besar negara mitra dagang lainnya.

Dolar AS dan Imbal Hasil Obligasi Dorong Penurunan Emas

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga emas adalah kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS, khususnya obligasi Treasury 10 tahun, yang melonjak delapan basis poin menjadi 4,331%. Imbal hasil yang lebih tinggi memberikan daya tarik lebih besar bagi investor untuk beralih ke instrumen obligasi dibandingkan dengan emas, yang tidak memberikan imbal hasil.

Selain itu, penguatan dolar AS turut memperburuk tekanan terhadap harga emas. Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, naik 0,20% menjadi 104,35. Kenaikan ini menjadikan harga emas yang diperdagangkan dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, menurunkan permintaan terhadap logam mulia ini.

Perbaikan Sentimen Pasar dan Fokus pada Tarif Timpal Balik

Sentimen pasar yang membaik akibat berita dari pemerintah AS semakin memperburuk prospek harga emas. Wall Street bergerak dengan suasana positif, menunjukkan tanda-tanda kenaikan, meskipun kenaikan tersebut sebagian besar didorong oleh data ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan. Kenaikan ini juga dipicu oleh pengumuman terbaru bahwa pemerintahan AS akan memfokuskan penerapan tarif timbal balik hanya pada beberapa negara mitra dagang tertentu, yang dikenal dengan sebutan “Dirty 15”. Langkah ini bertentangan dengan kebijakan sebelumnya yang lebih luas, yang berfokus pada pemberian tarif kepada hampir seluruh negara mitra dagang utama.

Menurut data yang diperoleh oleh The Wall Street Journal, AS memiliki defisit perdagangan barang yang signifikan dengan sejumlah negara, termasuk Tiongkok, Uni Eropa, Meksiko, Vietnam, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Kanada, India, Thailand, Swiss, Malaysia, Indonesia, Kamboja, dan Afrika Selatan. Meskipun langkah ini bertujuan untuk memperbaiki defisit perdagangan, hal tersebut juga menciptakan ketidakpastian di pasar, yang pada gilirannya berpotensi mempengaruhi harga emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Data Ekonomi dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Dalam beberapa hari terakhir, data ekonomi AS juga menunjukkan campuran yang cukup menarik, yang berpotensi memengaruhi harga emas. S&P Global melaporkan Flash PMI untuk sektor manufaktur dan jasa di AS, dengan hasil yang beragam. Aktivitas manufaktur mengalami kontraksi, turun dari 52,7 menjadi 49,8, menunjukkan penurunan dalam sektor ini. Namun, sektor jasa justru menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan PMI Jasa Global S&P melonjak dari 51,0 menjadi 54,3, melampaui ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 50,8.

Perbedaan ini mencerminkan pelemahan yang sedang berlangsung di sektor industri, yang dipengaruhi oleh tarif dan kekhawatiran akan harga yang lebih tinggi. Kenaikan biaya yang lebih tinggi, baik dari sisi bahan baku maupun tenaga kerja, menjadi faktor penting yang membebani sektor manufaktur di AS. Sebaliknya, sektor jasa yang lebih tahan terhadap tekanan ini menunjukkan momentum yang lebih kuat dan dapat mendukung perekonomian secara keseluruhan.

Pandangan The Fed dan Proyeksi Suku Bunga

Ketidakpastian pasar dan sentimen negatif terhadap sektor industri semakin diperburuk dengan komentar terbaru dari Raphael Bostic, Presiden Federal Reserve Atlanta. Bostic menyatakan bahwa ia hanya mendukung satu kali pemotongan suku bunga pada tahun ini, dan ia tidak mengharapkan inflasi kembali ke target yang diinginkan hingga sekitar tahun 2027. Ini memberikan gambaran bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar atau pelonggaran suku bunga yang tajam tidak akan terjadi dalam waktu dekat, yang dapat menjaga tingkat imbal hasil obligasi tetap tinggi.

Pasar uang juga memperkirakan bahwa ada peluang 62,5% untuk pelonggaran suku bunga oleh The Fed pada tahun 2025, berdasarkan data dari Prime Market Terminal. Ini menunjukkan bahwa pasar memandang ada kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut, meskipun secara keseluruhan, kebijakan Fed cenderung lebih hawkish dalam mengatasi inflasi yang masih tinggi.

Imbal Hasil Riil AS dan Dampaknya pada Harga Emas

Salah satu faktor yang mempengaruhi harga emas secara langsung adalah imbal hasil riil, yang mencerminkan tingkat pengembalian yang disesuaikan dengan inflasi. Imbal hasil riil dari sekuritas terlindungi inflasi Treasury (TIPS) 10 tahun AS naik hampir dua basis poin menjadi 1,980%. Kenaikan imbal hasil riil ini juga memperburuk tekanan pada harga emas, karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil seperti halnya obligasi. Dengan imbal hasil riil yang lebih tinggi, investor cenderung memilih instrumen yang memberikan pengembalian lebih besar, mengurangi daya tarik emas.

Masa Depan Harga Emas: Prospek dan Tantangan

Melihat ke depan, prospek harga emas tetap dipengaruhi oleh sejumlah faktor makroekonomi yang saling berinteraksi. Sementara harga emas telah menunjukkan kenaikan lebih dari 13% dalam setahun terakhir, penurunan harga dalam beberapa hari terakhir menunjukkan betapa sensitifnya logam mulia ini terhadap perubahan kebijakan ekonomi dan dinamika pasar global. Penguatan dolar AS, kenaikan imbal hasil obligasi, serta kebijakan suku bunga The Fed akan terus menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas.

Namun, meskipun menghadapi tekanan jangka pendek, harga emas bisa kembali mendapat dukungan apabila ketegangan perdagangan global meningkat atau apabila data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang lebih signifikan. Secara historis, emas sering kali dipandang sebagai aset pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitis, yang dapat memicu permintaan investor.

Secara keseluruhan, pasar emas berada dalam periode yang penuh tantangan, di mana berbagai faktor, mulai dari kebijakan moneter, data ekonomi, hingga sentimen pasar global, saling mempengaruhi. Para investor dan analis akan terus memantau perkembangan ini dengan seksama, karena volatilitas harga emas kemungkinan akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures