BESTPROFIT FUTURES (26/8) - Menteri
Luar Negeri Amerika John Kerry bertemu dengan Pangeran Saudi Mohammed
bin Salman di Jeddah, Kamis pagi (25/8) untuk membahas, antara lain,
operasi militer Amerika di Suriah.
Menteri
Luar Negeri Amerika John Kerry juga bertemu para diplomat dari Bahrain
dan Dewan Kerjasama Teluk untuk memberi informasi terbaru mengenai
pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan Rusia terkait aksi militer di
Suriah.
Kerry
ingin menggalang dukungan dari negara-negara Teluk lainnya bagi rencana
mengenai Suriah menjelang pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Rusia
Sergei Lavrov, Jumat (26/8) di Jenewa, Swiss.
Dalam
pertemuan dengan Lavrov, kedua pihak akan berupaya mencapai kesepakatan
mengenai kerjasama militer dan berbagi informasi dalam upaya
menaklukkan militan ISIS di Suriah.
Lawatan
Kerry ke Arab Saudi berlangsung sehari setelah Turki melancarkan
ofensif di Suriah untuk menyingkirkan anggota ISIS dari kota Jarablus,
yang dikuasai kelompok jihadis itu sejak 2014. Kota itu terletak di
seberang perbatasan selatan Turki.
Syrian
Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan para
anggota ISIS memberikan Å“perlawanan sangat kecil sebelummelarikan diri
ke desa-desa sekitar ketikadiserang Turki.
Kerry
berbicara dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam
pembicaraan melalui telepon Kamis pagi, sementara sedikitnya 10 tank
Turki lagi melintasi perbatasan ke Suriah untuk bergabung dengan pasukan
yang terlibat dalam serangan awal. Para sumber yang mengetahui
pembicaraan itu mengatakan kedua pejabat tersebut bertekad akan
bersama-sama melanjutkan perjuangan melawan ISIS.
Kerry
mengatakan kepada Cavusoglu bahwa pasukan Kurdi Suriah, yang juga
memerangi militan ISIS di Suriah, telah mulai mundur ke sisi timur
Sungai Eufrat. Turki menuntut agar pasukan Kurdi keluar dari kawasan
perbatasan setelah pemerintah mengirim pasukan guna menyingkirkan kubu
pertahanan ISIS.
Kementerian
Luar Negeri Rusia menyatakan keprihatinan mendalam atas operasi
tersebut, terutama karena Turki menarget pejuang milisi Kurdi.
Kementerian tersebut menyatakan bahwa Turki, dengan menarget militan
ISIS dan Kurdi Suriah, dapat semakin mengobarkan perang saudara di
Suriah, menyebabkan Å“meningkatnya ketegangan antaretnis antara warga
Kurdi dan Arab.
Sumber: voaindonesia