BESTPROFIT FUTURES (12/8) - Ketika
Putra Mahkota Jepang Naruhito melamar Masako Owada yang enggan
menikahinya, ia berjanji akan melindunginya sepenuh jiwa raga. Namun hal
itu akan semakin sulit dipenuhi jika, seperti yang diperkirakan, Kaisar
Akihito turun tahta, dan perempuan yang selama ini kesulitan
beradaptasi dengan kehidupan kerajaan akan menjadi permaisuri.
Akihito,
82, yang bersama istrinya Michiko telah merebut hati rakyat Jepang
karena upayanya untuk warga miskin dan memulihkan luka akibat Perang
Dunia II di luar negeri, mengindikasikan dalam pidato di televisi hari
Senin (8/8) bahwa ia ingin turun tahta akibat usia lanjut.
Meski
Naruhito, 56, yang dikenal jujur dianggap siap untuk naik tahta dan
telah melakukan lebih banyak tugas resmi, Masako, 52, yang sebelumnya
menolak lamaran Naruhito dua kali dalam masa pacaran panjang yang
diawali hampir 30 tahun lalu, telah kesulitan menjalani hidup sebagai
istri putra mahkota.
Masako,
yang lulus dari Harvard dan dengan berat hati meninggalkan karir
diplomat untuk menikah, telah berjuang menghadapi depresi selama lebih
dari 10 tahun, akibat bergelut dengan aturan dan larangan istana dan
tekanan untuk menghasilkan anak laki-laki.
Putri
mereka, Aiko yang berusia 14 tahun, tidak dapat naik tahta berdasarkan
undang-undang yang mensyaratkan hanya laki-laki yang dapat menjadi
kaisar.
Tahun
2012, Masako, yang menghabiskan masa pertumbuhannya di luar negeri dan
dapat berbicara beberapa bahasa, mengakui ia telah bergulat dengan
penyakit akibat stress untuk waktu yang lama. Ia masih jarang terlihat
di publik.
Naruhito
sendiri bukan keluarga kerajaan biasa, karena telah kuliah di luar
negeri, dan menggambarkan masa dua tahunnya di Oxford University sebagai
salah satu periode paling membahagiakan dalam hidupnya.
Naruhito
dikenal karena pembelaannya yang kukuh terhadap istrinya. Tahun 2004,
ia terlibat perseteruan publik yang langka dengan rumah tangga
kekaisaran, yang bertanggung jawab mengatur aktivitas keluarga kerajaan.
Sumber : VOA