Tuesday 20 September 2016

Presiden Filipina akan Bekerja Sama dengan Militer Amerika | PT BESTPROFIT FUTURES

BESTPROFIT FUTURES (21/9) - Penolakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte terhadap bantuan militer Amerika dalam patroli laut yang disengketakan dan dalam memerangi pemberontak Muslim kemungkinan hanyalah ledakan kemarahan, bukan perintah untuk menghentikan kerjasama, karena sebagian besar warga Filipina menyambut bantuan itu meskipun ada kenangan kurang menyenangkan dengan kolonialisme Amerika.
Duterte, presiden berusia 71 tahun yang dikenal dengan pernyataan-pernyataannya yang gegabah dan ketidakpercayaan pribadi terhadap Amerika, pekan lalu mengatakan tidak akan membiarkan pasukan asing membantu dengan patroli perairan yang disengketakan di dekat Laut Cina Selatan, mengabaikan kesepakatan yang dicapai oleh pendahulunya untuk memperoleh bantuan Amerika. China adalah pesaing yang juga mengklaim kawasan laut itu.
Presiden Filipina itu sehari sebelumnya meminta para penasihat militer Amerika untuk meninggalkan Mindanao, sebuah pulau di mana pasukan Filipina memerangi pemberontak Muslim. Tetapi Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay kemudian mengatakan Duterte tidak akan menarik diri dari perjanjian bantuan militer Amerika.
Para analis di Manila mengatakan Duterte mungkin saja berbicara prematur dalam kedua kasus itu.
Kedutaan Besar Amerika di Manila menyebut aliansi Amerika dengan Filipina di antara yang paling œabadi dan penting di Asia Pasifik. œKerja sama ini telah menjadi landasan stabilitas selama lebih dari 70 tahun, kata seorang juru bicara kedutaan melalui e-mail. œKerja sama ini dibangun dengan pengorbanan bersama bagi demokrasi dan hak asasi manusia serta hubungan sosial yang erat antar warga, tambahnya.
Kedutaan Amerika tidak bersedia mengomentari pernyataan Duterte pekan lalu tersebut.
Sumber: voaindonesia