Bestprofit (14/4) – Harga emas mengalami penurunan di awal sesi perdagangan Asia pada hari Senin setelah pasar global bereaksi terhadap sinyal yang bertentangan dari pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump. Komoditas safe haven ini, yang biasanya menguat saat ketidakpastian geopolitik atau ekonomi meningkat, justru mencatat penurunan ringan sebesar 0,5% menjadi $3.219,18 per ons.
Sinyal Campuran dari Pemerintah AS
Penyebab utama dari fluktuasi harga emas ini adalah kebijakan dagang AS terhadap Tiongkok yang terus berubah-ubah. Di satu sisi, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS mengumumkan bahwa berbagai produk teknologi tinggi seperti komputer, tablet, jam tangan pintar Apple, peralatan semikonduktor, dan barang elektronik lainnya dibebaskan dari tarif impor yang sebelumnya diberlakukan atas barang-barang asal Tiongkok. Selain itu, tarif 10% atas seluruh impor juga ditangguhkan untuk sejumlah produk tertentu.
Namun, hanya dua hari setelah pengumuman tersebut, pernyataan berbeda datang dari Menteri Perdagangan AS, Lutnick. Ia menyebut bahwa barang-barang teknologi yang sebelumnya dibebaskan dari tarif akan kembali dikenakan pungutan baru dalam satu hingga dua bulan mendatang. Hal ini memunculkan ketidakpastian di kalangan pelaku pasar terkait arah kebijakan dagang jangka menengah AS.
Reaksi Pasar Terhadap Ketidakpastian
Investor global, termasuk pelaku pasar emas, merespon dengan kehati-hatian terhadap perkembangan ini. Emas, yang selama ini dianggap sebagai aset pelindung nilai terhadap risiko pasar dan gejolak politik, justru tidak menunjukkan penguatan yang signifikan.
Menurut Daniel Ghali, seorang ahli strategi komoditas senior di TD Securities, penurunan harga emas yang terjadi saat ini sifatnya sangat terbatas. Dalam laporannya, Ghali menekankan bahwa tekanan penurunan emas tidak terlalu kuat karena adanya faktor-faktor lain yang mendukung harga logam mulia ini dalam jangka menengah.
Kunjungi juga : bestprofit futures
Faktor-Faktor Pendukung Harga Emas
Salah satu faktor yang disebut Ghali adalah pembelian potensial dari perusahaan asuransi jiwa di Tiongkok. Perusahaan-perusahaan ini diperkirakan akan meningkatkan alokasi investasi mereka pada emas sebagai bentuk diversifikasi portofolio dan pelindung terhadap volatilitas mata uang serta pasar saham.
Selain itu, kekhawatiran global atas perlambatan ekonomi, ketegangan geopolitik yang belum reda, serta kebijakan moneter longgar dari sejumlah bank sentral besar dunia juga mendukung permintaan terhadap emas. Bank sentral seperti The Fed, ECB, dan Bank of Japan masih cenderung mempertahankan suku bunga rendah bahkan menyiapkan stimulus tambahan.
Tren Jangka Panjang Masih Positif
Meski emas menunjukkan koreksi harga dalam jangka pendek, banyak analis memperkirakan bahwa tren jangka panjang masih condong ke arah positif. Ini didasarkan pada ekspektasi bahwa ketidakpastian global tidak akan mereda dalam waktu dekat, dan investor tetap membutuhkan instrumen lindung nilai terhadap inflasi serta risiko sistemik.
Ketegangan antara AS dan Tiongkok dalam hal perdagangan dan teknologi diprediksi akan terus berlangsung. Selain itu, menjelang tahun pemilu di AS, kebijakan Presiden Trump cenderung lebih populis dan proteksionis, yang justru bisa memperkeruh situasi dan meningkatkan permintaan akan emas.
Kebijakan Perdagangan AS: Faktor Penentu Utama
Kebijakan perdagangan AS saat ini memainkan peran sangat penting dalam menentukan arah pergerakan pasar komoditas, terutama emas. Ketidakpastian yang timbul dari tarik-ulur kebijakan tarif dapat membuat pasar sulit untuk memprediksi arah ekonomi global.
Investor akan terus mencermati setiap pernyataan atau tindakan dari pejabat AS. Bila tarif baru benar-benar diberlakukan kembali dalam beberapa bulan ke depan, bisa jadi emas akan kembali mencatat penguatan tajam akibat meningkatnya risiko ekonomi global.
Dampak Terhadap Pasar Asia dan Global
Di Asia, khususnya di negara-negara importir besar emas seperti India dan Tiongkok, harga emas yang lebih rendah bisa menjadi peluang akumulasi. Konsumen ritel maupun institusional cenderung memanfaatkan koreksi harga untuk meningkatkan pembelian, terlebih menjelang musim pernikahan dan festival di India yang secara historis mendorong permintaan emas fisik.
Sementara itu, di pasar global, harga emas yang sedikit terkoreksi juga menjadi peluang bagi investor jangka panjang. Permintaan dari ETF (exchange-traded funds) berbasis emas masih menunjukkan pertumbuhan yang stabil.
Prediksi Jangka Pendek dan Strategi Investor
Dalam jangka pendek, harga emas diperkirakan akan tetap bergerak fluktuatif, menunggu kejelasan lebih lanjut terkait kebijakan tarif AS. Jika ketidakpastian meningkat, emas bisa kembali naik ke level resistance berikutnya.
Strategi yang dapat dipertimbangkan investor saat ini adalah posisi jangka menengah dengan diversifikasi portofolio, termasuk memegang sebagian aset dalam bentuk logam mulia. Mengingat karakteristik emas yang cenderung menguat saat kondisi pasar penuh tekanan, memiliki eksposur terhadap emas bisa menjadi langkah mitigasi risiko yang bijak.
Kesimpulan
Penurunan harga emas pada awal sesi Asia bukanlah sinyal bahwa permintaan terhadap aset safe haven telah menurun secara keseluruhan, melainkan cerminan dari reaksi pasar terhadap sinyal campuran dari pemerintah AS. Ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan AS masih menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan emas, namun prospek jangka panjang tetap positif karena dukungan dari faktor global lainnya.
Investor disarankan untuk terus mencermati perkembangan kebijakan internasional dan menyesuaikan strategi investasi mereka berdasarkan kondisi pasar terbaru. Dalam situasi global yang dinamis seperti saat ini, fleksibilitas dan kewaspadaan adalah kunci dalam mengambil keputusan investasi yang cerdas.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!