BESTPROFIT FUTURES MALANG (6/4) - Pekan lalu berita yang kurang baik
datang dari Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS), pasalnya data yang
berasal dari pasar tenaga kerja negaranya dilaporkan kurang baik.
Sebagai tambahan, kondisi pasar tenaga kerja AS saat ini cukup disorot
dunia perkembangannya karena selama ini menjadi fokus dan acuan The Fed
dalam menentukan kapan suku bunga The Fed akan dinaikkan.
Pasca melambatnya pertumbuhan PDB pada
kuartal ke-4 2014 lalu, sebagian besar ekonom memang sudah menilai akan
terjadi perkembangan tren pertumbuhan ekonomi yang cenderung negatif di
AS. Oleh karena itu, mereka yakin The Fed masih akan meng-hold kenaikan suku bunganya sambil menunggu rebound di kuartal kedua tahun ini.
Adapun salah satu kontributor terbesar
atas terpukulnya sektor tenaga kerja pada bulan Maret lalu disumbang
oleh pengurangan tenaga kerja dari industri tambang, konstruksi,
manufaktur,kesehatan dan juga rumah makan. Sektor pertambangan hingga
saat ini telah kehilangan 11.000 pekerjaan, sektor perawatan berkurang
6.000 posisi dan paling banyak ada pada industri bar dan restoran
berkurang sekitar 55000 yang biasanya 66.000 pada bulan Februari lalu.
Tidak hanya itu, The Institute for Supply Management (ISM) melaporkan
bahwa laju pertumbuhan industri manufaktur Amerika Serikat (AS) di
bulan Maret jatuh ke level paling lambatnya dalam hampir dua tahun
terakhir. Kondisi ini disebabkan oleh lambatnya jumlah kenaikan pesanan
baru dan jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan di industri manufaktur
yang stagnan.
Berdasarkan rilis data dari ISM terlihat
bahwa indeks aktivitas pabrik nasional turun ke skor 51,5 di bulan
Maret dari 52,9 bulan sebelumnya. Pencapaian ini masih dibawah
ekspektasi yang diharapkan sebelumnya, yaitu 52,5. Namun meski demikian,
dengan skor yang masih di atas 50, ekspansi di sektor manufaktur masih
terjadi. Prestasi ekspansi ini telah memasuki bulan ke-28 berturut-turut
hingga Maret lalu.
Sumber : Vibiznews