Dalam setahun terakhir pelemahan kurs terbesar (relatif terhadap
USD) di pasar valas dunia dialami oleh Sudan Selatan (sebesar
71.40%).
Figur tersebut disusul negara Ukraina (melemah 71.10%) dan Rusia
(melemah 69.70%). Di kawasan Asia, pelemahan kurs terbesar dialami
negara
Kazakhstan (58%), disusul Malaysia posisi 5 melemah 32.30%,
Myanmar posisi 6 melemah 31.60% dan Indonesia posisi 10 melemah 20%
dalam setahun terakhir.
Tahun lalu tanggal 18 September 2014 kurs IDR masih bernilai 11962
per USD. Pada saat itu, terkait ranah risiko, yield obligasi
Pemerintah Indonesia
bertenor 10 tahun masih 8.28%, sementara kini sudah 9.41% dengan
tren naik yang cepat (harga obligasi menurun drastis beberapa hari
ini). Pemerintah perlu memberi perhatian khusus dan lebih serius akan
perubahan figur ini apabila masih ingin bersikap preventif dalam
mitigasi risiko. Tahun lalu yield obligasi pemerintah US bertenor 10
tahun masih 2.61%, relatif jauh lebih tinggi dibanding yield US saat
ini, 2.28% (data per tanggal 17 September 2015, mid-day-figure).
Pertanda apa ini? Ini tanda bahwa arus modal dunia masih tetap
mengalir deras ke US dan berkurang ke negara-negara lain, termasuk
Indonesia.
Dalam seminggu terkini, pergerakan USDIDR turun-naik dalam rentang
14260-14450. Kurs seakan tertahan di rentang itu dan bak berupaya
agar pelemahan tak berlanjut, seakan berupaya agar resistan Rp 15000
per USD tidak jebol. Apapun kini yang sedang dilakukan oleh
Pemerintah terkait pelemahan kurs, apakah sudah efektif dan taktis?
Belum dan tidak sama sekali, walaupun tidak ada salahnya mencoba.
Jika otoritas moneter kinisedang berupaya menahan pelemahan lanjut
terhadap Rupiah hanya melalui inisiatif operasi pasar, maka itu sama
saja dengan berusaha memperbaiki susubasi sebelanga dengan modal nila
setitik. Nilai cadangan devisa domestik tiada artinya dibandingkan
dengan kapitalisasi pasar valas internasional. Intervensi pasar valas
adalah proposisi yang sangat mahal. Apapun yang terjadi dengan Rupiah
amat terkait dengan risk event di pasar modal. Dalam seminggu
terakhir figur ID-GB yield 10-thn yanga naik tajam (9.40%). Ini suatu
sinyal yang murni dari pasar.
Melansir paket kebijakan ekonomi sekaligus adalah tidak efektif.
Pemerintah harus segera menerapkan kebijakan yang dilansir bertahap
agar efektivitasnya terukur secara taktis. Rupiah membutuhkan
mitigasi risiko taktis dengan dampak terukur jangka pendek. Kondisi
Rupiah saat ini bukanlah hal normal yang dapat dihadapi melalui
pendekatansuasif atau metode konvensional. Ini merupakan tanggung
jawab Pemerintah dan tugas utama dari tim ekonomi terkini.
Oleh : Tumpal Sihombing
Chief Research Officer
Bestprofit Futures
Tuesday 6 October 2015
Minyak Melonjak Ke Tertinggi Sebulan Ditengah Penurunan Produksi
BESTPROFIT FUTURES MALANG (7/10) - Minyak
naik ke level tertinggi dalam sebulan di tengah spekulasi bahwa
produksi minyak mentah jatuh akan meredam melimpahnya pasokan global.
Minyak
berjangak naik sebanyak 5,6% di London dan 5,1% di New York.
Tanda-tanda pertama dari pemulihan di pasar minyak mulai muncul, Royal
Dutch Shell Plc Chief Executive Officer Ben Van Beurden mengatakan pada
sebuah konferensi industri di London hari Selasa, meskipun perusahaan
masih berencana untuk jangka panjang harga rendah. Minyak mentah juga
naik karena penurunan, memperkuat permintaan untuk komoditas sebagai
investasi.
Minyak
mentah mendekati level $ 45 per barel selama lebih dari empat pekan
setelah terun ke terendah enam tahun pada bulan Agustus di tengah
spekulasi oversupplies yang akan berkepanjangan. Stok minyak mentah AS
tetap sekitar 100 juta barel di atas rata-rata lima tahun, sementara
OPEC terus memproduksi di atas kuota kolektif.
Minyak
West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik $ 1,61,
atau 3,5%, ke $ 47,87 per barel pada 01:35 di New York Mercantile
Exchange. Kontrak tersebut menyentuh level $ 48,63, level tertinggi
sejak 1 September. Volume semua berjangka yang diperdagangkan adalah 17%
di atas rata-rata 100 hari.(yds)
Sumber: Bloomberg
Emas Meningkat ke Tertinggi Sepekan Ditengah Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi
BESTPROFIT FUTURES MALANG (7/10) - Emas
naik ke level tertinggi dalam lebih dari sepekan terakhir ditengah
tanda-tanda goyahnya pertumbuhan ekonomi global sehingga mendorong
spekulasi bahwa Federal Reserve akan menunda menaikkan suku bunganya.
Defisit
perdagangan AS melebar pada bulan Agustus yang tertajam dalam lima
bulan terakhir ditengah penguatan dolar serta pelemahan ekonomi seperti
di China yang menghambat prospek penjualan untuk perusahaan Amerika.
Perlambatan di pasar negara berkembang mendorong IMF untuk memangkas
outlook untuk pertumbuhan global tahun ini pada Selasa.
Emas
berjangka untuk pengiriman Desember naik 0,8% untuk menetap di level $
1,146.40 per ons pada 1:59 siang di New York Comex, setelah menyentuh
level $ 1.151, yang tertinggi sejak 25 September.
Indeks
Spot Dollar Bloomberg turun 0,5%, yang merupakan penurunan secara
beruntun, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai aset alternatif.
Perak
berjangka untuk pengiriman Desember naik 1,8% menjadi $ 15,984 per ons
di Comex. Di New York Mercantile Exchange, platinum berjangka untuk
pengiriman Januari naik 2,4% menjadi $ 934,70 per ons, kenaikan terbesar
dalam lebih dari sepekan. Palladium berjangka untuk pengiriman Desember
naik 2,7% menjadi $ 707,70 per ons.(yds)
Sumber: Bloomberg
Laba Samsung Melonjak Angkat Saham Asia Untuk Hari Keenam
BESTPROFIT FUTURES MALANG (7/10) - Saham
Asia naik, mengalami kenaikan terbesar untuk 5 hari dalam hampir 4
tahun terakhir, diiringi lonjakan saham Samsung Electronics Co setelah
laba kuartalan yang melebihi perkiraan dan para investor menunggu
keputusan kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ).
Indeks MSCI Asia
Pacific naik 0,2 % ke level 129,23 pada pukul 09:03 pagi waktu Tokyo,
seiring saham Samsung rally 3,8 % untuk memberikan dorongan terbesar
untuk indeks nasional. Perseroan membukukan laba kuartal ketiga yang
melampaui perkiraan analis diikuti pelemahan mata uang Korea mendorong
pendapatan komponen dan berkurangnya dampak dari pemotongan harga pada
smartphone Galaxy. Indeks Topix Jepang naik 0,2 % jelang anggota dewan
BOJ dan Gubernur Haruhiko Kuroda memutuskan apakah untuk memperluas
stimulus moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebanyak 34 dari 36
analis memperkirakan bahwa bank sentral Jepang akan melupakan
pelonggaran lebih lanjut, dengan hanya 2 analis yang memprediksi akan
memperluas stimulus, menurut survei Bloomberg. Dan sebanyak 15 analis
yang memperkirakan stimulus tambahan pada pertemuan berikutnya pada 30
Oktober mendatang.
Indeks Australia
S&P / ASX 200 turun 0,4 % dan Indeks S&P / Indeks NZX 50
Selandia Baru sedikit berubah. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,4 %.
Sementara pasar perdagangan China daratan tetap ditutup untuk liburan,
sedangkan di Hong Kong belum dibuka. (knc)
Sumber : Bloomberg
Indeks Topix Jepang Naik Seiring Investor Menunggu Keputusan Bank Sentral
BESTPROFIT FUTURES MALANG (7/10) - Indeks Topix Jepang naik untuk hari keenam seiring para investor menunggu keputusan kebijakan moneter oleh bank sentral.
Indeks Topix naik 0,1 %
ke level 1,477.44 pada pukul 09:03 pagi waktu Tokyo, dengan 3 saham
yang naik untuk setiap 2 saham yang turun. Indeks Nikkei 225 Stock
Average turun 0,2 % ke level 18,157.39. Sementara itu, Yen
diperdagangkan pada level 120,26 per dolar menjelang keputusan Bank of
Jepang (BOJ), dengan 34 dari 36 analis yang disurvei Bloomberg
memperkirakan Gubernur Haruhiko Kuroda tidak akan memperluas stimulus
moneter.
Sementara hanya 2 dari
36 analis yang disurvei Bloomberg pekan lalu mengharapkan diperluas
stimulus Rabu, 15 analis memprediksikan adanya stimulus tambahan pada
pertemuan 30 Oktober mendatang. Orang-orang yang mengetahui pembahasan
di BOJ, pekan lalu mengatakan pejabat saat ini melihat sedikit kebutuhan
untuk program pelonggaran.
Kontrak E-mini pada
Indeks Standard & Poor 500 melemah 0,2 % setelah saham yang
mendasari kemarin merosot 0,4 % di New York diiringi penguatan saham
bioteknologi yang mengalami reli dalam jangka waktu terpanjang di saham
AS pada tahun ini. (knc)
Sumber : Bloomberg
Aksi Jual di Saham Biotech Menyeret Nasdaq Composite, S & P 500 Lebih rendah
BESTPROFIT FUTURES MALANG (7/10) - Sebuah
aksi jual di saham bioteknologi menyeret Indeks Nasdaq Composite lebih
rendah ditengah penurunan ekuitas setelah mendekati level tertingginya
sejak aksi jual pada Agustus lalu.
Indeks
Standard & Poor 500 berakhir mengakhiri kenaikan beruntun
terpanjangnya di tahun ini, setelah melonjak kemarin kenaikan yang
tersendat di akhir Agustus, dan reli lain melemah setelah Federal
Reserve menahan suku bunga bulan lalu. Indeks Nasdaq Bioteknologi jatuh
3,8%, sementara saham energi dan saham bahan mentah naik karena investor
terus mendukung sektor yang mengalami penurunan.
Indeks
S & P 500 turun 0,4% menjadi 1,979.96 pada 04:00 sore di New York,
setelah menyentuh leveli tertinggi dua pekan pada hari Senin. Nasdaq
Composite merosot 0,7%, dibebani oleh penurunan saham biotechs '.
S
& P 500 mengakhiri lima hari penguatannya yang sebelumnya telah
pulih hampir sebesar $ 700 miliar untuk harga ekuitas AS, seiring
ekspektasi untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve berganti ke tahun
depan. Yang mengirim dolar lebih rendah dan meningkatnya saham energi,
bahan baku serta saham industri di tengah spekulasi bahwa mata uang AS
yang lebih lemah akan mengangkat perusahaan-perusahaan multinasional
yang menguntungkan ketika pendapatan luar negeri mereka dikonversi
kembali ke dolar.
Sebuah
perlambatan pasar negara berkembang didorong oleh harga komoditas yang
lemah memaksa IMF memangkas outlook pertumbuhan global tahun ini menjadi
3,1% dari perkiraan Juli sebesar 3,3%. Tahun depan ekonomi dunia akan
melluas sebesar 3,6%, lebih rendah dari yang diproyeksikan pada bulan
Juli sebesar 3,%, menurut prediksi IMF.(yds)
Sumber: Bloomberg
Monday 5 October 2015
Emas Meingkat Lebih Tinggi Ditengah Naiknya Kepemilikan ETF
BESTPROFIT FUTURES MALANG (6/10) - Harga
emas mungkin siap untuk bergerak signifikan lebih tinggi seiring
kepemilikan logam mulia di SPDR Gold Trust ETF meningkat ke level
tertingginya dalam lebih dari dua bulan terakhir.
Kepemilikan
di SPDR Gold Trust GLD, yang terbesar secara fisik didukung ETF di
dunia, berada di 629,2 metrik ton, atau sekitar 22.16 juta ons pada hari
Senin, yang tidak berubah dari level pada 1 Oktober lalu, tapi naik
kira-kira 1% dari 682,59 metrik ton dilihat sebulan yang lalu dan berada
pada level tertinggi sejak 21 Juli.
Emas
untuk pengiriman Desember menetap di level $ 1,137.60 per ons di Comex
Senin, naik $ 1 atau 0,1%. Reli 2,1% pada hari Jumat seiring laporan
pekerjaan AS yang mengecewakan yang mengisyaratkan kemungkinan penundaan
lebih lanjut dari kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.(yds)
Sumber: MarketWatch
Reli Saham AS Kirim Saham Asia Naik untuk Hari Kelima
BESTPROFIT FUTURES MALANG (6/10) - Saham
Asia menguat untuk hari kelima, mengikuti kenaikan ekuitas AS ditengah
spekulasi bank sentral global akan tetap akomodatif untuk mengatasi
perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Indeks
MSCI Asia Pacific naik sebesar 0,8 persen ke leve 128,88 pukul 09:00
pagi di Tokyo, memperpanjang penguatan untuk hari kelima menjadi 6,4
persen. Pedagang berjangka melihat kemungkinan sebesar 10 persen bagi
Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 27-28 Oktober
mendatang akibat pelemahan pertumbuhan lapangan kerja, sementara 17 dari
36 ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan pelonggaran tambahan
dari Bank of Japan akan dilakukan pada akhir bulan ini.
Indeks
Topix Jepang naik sebesar 1,4 persen pasca yen melemah 0,5 persen pada
hari Senin. Upaya Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mendorong melalui
perubahan struktural untuk merangsang pertumbuhan ekonomi Jepang
mendapat dorongan seiring negosiator mencapai kesepakatan perdagangan
Asia Pasifik yang akan menciptakan zona perdagangan regional terbesar di
dunia. Trans-Pacific Partnership masih perlu diratifikasi anggota
parlemen di 12 negara anggota.
Indeks
S&P/ASX 200 Australia naik sebesar 1,2 persen dan indeks NZX 50
Selandia Baru melonjak sebesar 0,8 persen. Indeks Kospi Korea Selatan
menguat sebesar 1 persen. Pasar finansial China daratan tetap ditutup
untuk liburan, sementara fasar finansial Hong Kong belum dibuka. Kontrak
pada Indeks Hang Seng naik sebesar 1,2 persen. (izr)
Sumber: Bloomberg
Bursa Jepang Naik Mengikuti Rally Saham Global
BESTPROFIT FUTURES MALANG (6/10) - Saham
Jepang naik menyusul reli pada saham global seiring bank sentral
memulai pertemuan selama 2 hari dan investor menilai dampak dari
kesepakatan bersejarah untuk memudahkan perdagangan barang dan jasa
antar negara-negara Pasifik.
Indeks Topix naik 1,4 %
ke level 1,484.59 pada pukul 09:01 pagi waktu Tokyo, kenaikan untuk
hari kelima. Sementara itu, Indeks Nikkei 225 Stock Average menguat 1,5 %
ke level 18,726.19. Saham AS mengalami reli terpanjang dalam setahun
terakhir, sedangkan Indeks acuan ekuitas di Eropa melonjak ke level
tertingginya sejak Agustus lalu. Yen diperdagangkan pada level 120,47
per dolar terkait pejabat kebijakan bank sentral memulai pembahasan
tentang kebijakan moneter, dan akan diumumkan hasilnya besok.
Hanya 2 dari 36 ekonom
memperkirakan Bank of Japan (BOJ) akan memperluas stimulus moneter,
Rabu, menurut survei Bloomberg News yang dilakukan pekan lalu. Sebanyak
15 ekonom yang mengharapkan pelonggaran pada pertemuan berikut pada 30
Oktober mendatang. (knc)
Sumber : Bloomberg
Indeks Berjangka Asia Sentuh Kenaikan Lebih Pada Sahamnya
BESTPROFIT FUTURES MALANG (6/10) - Reli
saham global yang dilihat dari kenaikan terpanjang ekuitas AS tahun ini
pada saat penutupan tampaknya akan terus berlanjut di Asia, dengan
indeks berjangka dari Jepang ke Hong Kong mensinyalir kenaikan lebih
lanjut. Dolar dan yen pertahankan penurunan.
Kontrak
pada indeks saham di Tokyo dan Seoul naik lebih dari 1 persen pada
perdagangan terakhir, dengan spekulasi bahwa The Fed akan menahan
kenaikan suku bunganya hingga 2016 nanti, meningkatkan aset berisiko,
dan membantu indeks Standard & Poor 500 untuk kenaikan hari
kelimanya. Dolar Australia melayang dekat dua minggu tertingginya jelang
tinjauan biaya pinjaman yang lebih rendah dari bank sentral, sementara
minyak US bertahan diatas $ 46 per barel.
Saham
telah mengalami reli membukukan kuartal terburuknya dalam empat tahun
terakhir, terkait pelemahan yang tak terduga di pasar tenaga kerja AS
mendorong keluar kemungkinan batas waktu untuk kenaikan tingkat suku
bunga. Kemungkinan dari bersiapnya The Fed pada pengetatan bulan ini
telah jatuh ke 10 persen, menekan dolar sementara di sisi lain
memperkuat aset di pasar negara berkembang dan lebih berisiko pada pasar
yang telah beroleh manfaat dari era uang murah. Nilai ekuitas global
telah naik kembali di atas $ 60 triliun pada bulan ini setelah hampir
menghapus $ 10 triliun pada kuartal terakhir.
Indeks
berjangka Jepang memperkirakan kenaikan yang sama untuk saham di sana,
dengan kontrak pada Nikkei 225 Stock Average naik sebesar 1,4 persen di
pra-pasar Osaka, untuk 18.320. indeks berjangka berdenominasi yen yang
diperdagangkan di Chicago turun 0,2 persen menjadi 18.330 setelah
melonjak sebesar 2,7 persen pada sesi sebelumnya.
Di
Australia, di mana pada hari senin pasar tetap, Indeks S & P / ASX
200 naik sebesar 1,2 persen pada Selasa, sementara indeks berjangka pada
Kospi Korea Selatan naik 1,1 persen. S & P / Indeks NZX 50 indeks
saham utama Selandia Baru, memulai perdagangan setiap hari di kawasan
Asia-Pasifik, menguat 0,7 persen pada hari ketiga kenaikannya.
Kontrak
pada indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,2 persen pada perdagangan
terakhir, meningkat dengan kontrak pada indeks Hang Seng China
Enterprises, yang mengukur ekuitas China yang terdaftar di kota. Pasar
Cina daratan tetap tertutup hingga Rabu untuk liburan Hari Nasional
selama seminggu.(yds)
Sumber: Bloomberg
Indeks S & P 500 Tandai Reli Terpanjangnya Tahun Ini, Bursa AS Ditutup Menguat
BESTPROFIT FUTURES MALANG (6/10) - Saham
AS naik, dengan indeks Standard & Poor 500 bukukan kenaikan
beruntun terpanjangnya tahun ini, mengacu pada spekulasi bahwa yang
terburuk ditujukan ke saham dan pertumbuhan ekonomi akan cukup kuat
untuk mendukung keuntungan perusahaan..
Ekuitas menguat untuk
hari kelima berturut-turut terkait perusahaan komoditas dan perusahaan
multinasional yang mendapat keuntungan dari pelemahan kenaikan dolar.
Data pekerjaan yang mengecewakan pada hari Jumat mendorong keluar
harapan untuk kenaikan suku bunga, mengirim dolar ke posisi lebih
rendah, yang membantu meningkatkan keuntungan perusahaan-perusahaan
multinasional Amerika 'ketika pendapatan luar negeri mereka dikonversi
kembali ke mata uang AS.
Investor terus
menargetkan ekuitas yang sedang berada di posisi paling sulit selama
kuartal ketiga, atau merupakan masa yang terburuk untuk saham sejak 2011
lalu. Saham perusahaan energy di S & P 500 naikkan Rebound mereka
dari 18 persen penurunan kuartalannya. Alcoa Inc dan Dow Chemical Co
menguat setidaknya 4 persen di hari Senin ini memacu kenaikan pada bahan
mentah. Dow Jones Industrial Average mencapai level tertingginya enam
minggu.
Indek S & P 500
naik 1,8 persen menjadi 1,986.92 pada 04:00 sore di New York, dan naik
5,6 persen sejak penutupan Senin lalu. Indeks Russell 2000 naik 2,4
persen, atau merupakan kenaikan tertingginya dalam lebih dari sebulan,
dan 5,3 persen lebih tinggi sejak mengakhiri penurunan terpanjangnya
dalam sembilan tahun di pekan lalu.
Ekuitas telah melihat-
naik turunnya keuntungan dan kerugian sejak aksi selloff pada Agustus
lalu, karena investor yang masih bergelut dengan kekhawatiran tentang
pelambatan ekonomi global dan kebingungan atas rencana kenaikan tingkat
suku bunga The Fed. Indeks S & P 500 menguat 6,8 persen dari
terendahnya di Agustus sampai pada pertemuan The Fed di bulan lalu, dan
kemudian merosot di delapan dari sembilan sesi berikutnya sebelum
menyelesaikan kuartalnya dengan penurunan sebesar 6,9 persen.
Kemungkinan dari
bersiapnya The Fed pada kenaikan tingkat suku di bulan ini telah turun
sebesar 10 persen sejak laporan Payroll lalu, dan sebagian besar
pedagang berjangka tidak melihat peningkatan dari level yang mendekati
nol sampai setidaknya di bulan Maret. Kesempatan untuk peningkatan di
Januari dihargai sekitar 44 persen, atau turun dari sebelumnya yaitu
sebesar 52 persen sebelum laporan data tenaga kerja di September
kemarin..
Kemungkinan kenaikan
tingkat suku bunga The Fed bukanlah satu-satunya hal yang jatuh. Setelah
indeks S & P 500 turun sebesar 10 persen dalam empat hari pada
bulan Agustus lalu untuk koreksi pertama sejak 2011, 12 dari 21 pakar
yang disurvei Bloomberg memangkas proyeksi akhir tahun mereka. Rata-rata
prediksi turun sebesar 4,1 persen menjadi 2.142 sejak 10 Agustus lalu.
Untuk mendapatkan
perkiraan rata-rata analis, S & P 500 harus reli lebih dari 7,8
persen antara sekarang dan akhir tahun. Merupakan sebuah keuntungan
bahwa selama periode itu tidak akan jauh dari rata-rata reli 6,4 persen
yang terjadi selama rentang waktu tersebut sejak 2009.
Perhatian akan beralih
ke pendapatan pada pekan ini, karena investor mencari petunjuk lebih
lanjut tentang bagaimana perlambatan pertumbuhan global mempengaruhi
perusahaan-perusahaan AS. Alcoa resmi memulai musim pelaporan terbarunya
setelah pasar ditutup pada 8 Oktober kemarin.
Pendapatan proyek
analis untuk anggota S & P 500 turun sebesar 6,9 persen pada kuartal
ketiga. Tetapi tetap saja, indeks pendapatan perusahaan The Fed telah
membukukan kenaikan kuartalan terbesarnya sejak 2012, hal itu
menunjukkan gambaran bahwa keseluruhan keuntungan dapat dipengaruhi oleh
penurunan peringkat pada produsen energi yang sedang melawan harga
minyak yang lemah.(mrv)
Sumber: Bloomberg
Sunday 4 October 2015
Dolar Aussie, Kiwi Menguat Pasca Rilis Data Payrolls yang Menahan Langkah The Fed
BESTPROFIT FUTURES MALANG (5/10) - Dolar
Australia dan Selandia Baru gelar penguatan dari pekan lalu pasca data
payrolls AS tumbuh kurang dari perkiraan ekonom, meredam spekulasi bahwa
Federal Reserve akan menaikkan suku bunga tahun ini.
Aussie
dan kiwi tetap lebih tinggi terhadap sebagian mata uang utama,
membatasi kerugian dari penurunan kuartalan yang didorong oleh
kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi di China akan mengurangi
permintaan untuk komoditas. Indeks dolar jatuh ke terendah dalam dua
pekan terakhir pada hari Jumat pekan lalu pasca pertumbuhan upah stagnan
dan angka pembukaan lapangan kerja mengecewakan.
Aussie
menguat 70,49 sen AS pukul 09:20 di Tokyo dari level 70,45. Kiwi
terapresiasi sebesar 0,3 persen ke level 64,53 sen, pasca naik 0,5
persen pada Jumat.
Indeks
Bloomberg Dollar Spot berada di level 1,207.74 dari level 1,208.88 di
New York. Indeks, yang melacak mata uang terhadap 10 mata uang utama,
menyentuh level terendahnya dalam dua pekan terakhir di level 1,204.04
pada hari Jumat pasca rilis laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan
ekonomi AS menambahkan 142.000 pekerja pada bulan September, di bawah
perkiraan rata-rata ekonom dalam survei Bloomberg sebesar 201.000 dari.
Angka kenaikan bulan Agustus direvisi turun.
Para
pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 33 persen pada hari Jumat
bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada Desember mendatang, turun
dari 58 persen bulan lalu, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg
berjangka. Perhitungan ini didasarkan pada asumsi bahwa suku bunga The
Fed efektif akan berada pada kisaran 0,375 persen pasca dinaikan. (izr)
Sumber: Bloomberg
Saham Jepang Naik Pasca Rilis Data Payroll AS Redam Spekulasi Kenaikan Suku Bunga
BESTPROFIT FUTURES MALANG (5/10) - Saham
Jepang menguat pasca rilis data pekerjaan AS yang mendorong spekulasi
The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga ultra rendah lebih lama.
Indeks
Topix naik 1.1 persen ke level 1,460.17 pukul 9:00 pagi di Tokyo,
melonjak untuk hari keempat. Indeks catat penurunan sebesar 0.6 persen
pekan lalu. Indeks Nikkei 225 naik sebesar 1 persen ke level 1,460.17.
Sementara itu, yen Jepang melemah 01 persen ke level 120.02 per dolar
pasca menguat ke level tertingginya 118.68 pasca rilis data pekerjaan AS
yang hanya menambah sebanyak 142.000 pekerja pada bulan September,
lebih rendah dari perkiraan ekonom yang sebesar 201.000.
Laporan
tersebut peningkatan lapangan kerja juga direvisi turun dalam dua bulan
sebelumnya dengan total 59.000 pekerjaan. Tingkat pengangguran stagnan
di 5,1 persen, sedangkan pertumbuhan upah sedikit berubah dari bulan
sebelumnya.
Probabilitas
the Fed akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 15-16 Desember turun
menjadi 33 persen dari 46 persen sebelum laporan pekerjaan, menurut data
yang dihimpun oleh Bloomberg. (izr)
Sumber: Bloomberg
Saham Asia Menguat Seiring Data Payroll AS Dorong Dovish The Fed
BESTPROFIT FUTURES MALANG (5/10) - Saham
Asia menguat mengirim indeks acuan regional menuju penguatan beruntun
terpanjang dalam hampir tiga bulan terakhir, pasca laporan pekerjaan AS
lebih lemah dari perkiraan mengurangi kasus bagi Federal Reserve untuk
menaikkan suku bunga.
Indeks
MSCI Asia Pacific naik sebesar 0,4 persen ke level 126,92 pukul 09:01
pagi di Tokyo, menguat untuk hari keempat. Para Pengusaha AS menambahkan
142.000 pekerja pada bulan September, kurang dari perkiraan terendah 96
ekonom yang disurvei Bloomberg, menurut data dari Departemen Tenaga
Kerja pada Jumat pekan lalu. Laporan ini meningkatkan kemungkinan bahwa
suku bunga mendekati nol persen akan bertahan hingga tahun depan,
menjaga stimulus yang telah mendukung ekonomi terbesar di dunia.
E-mini
berjangka pada indeks Standard & Poor 500 tergelincir 0,2 persen.
Indeks acuan melonjak sebesar 1,4 persen pada hari Jumat, menghapus
penurunan sebelumnya sebanyak 1,6 persen, rebound intraday terbesar
sejak Oktober 2011 lalu.
Indeks
Topix Jepang naik sebesar 0,9 persen, dan indeks Kospi Korea Selatan
menguat sebesar 0,7 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia melonjak
sebesar 1,8 persen ditopang penguatan saham komoditas. Indeks NZX 50
Selandia Baru terapresiasi sebesar 0,6 persen. Pasar ekuitas Hong Kong
belum membuka, sedangkan pasar finansial China ditutup untuk liburan. (izr)
Sumber: Bloomberg
Rilis Kinerja Emiten Bakal Jadi Beban IHSG
BESTPROFIT FUTURES MALANG (5/10) - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih melanjutkan pelemahan pada perdagangan saham Senin pekan ini. IHSG dipengaruhi rilis laporan kinerja emiten kuartal III 2015.
Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menuturkan IHSG masih tertekan seiring sentimen laporan keuangan kuartal III 2015. Lantaran nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal III sehingga mempengaruhi kinerja emiten.
"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih sangat mempengaruhi sehingga berimbas ke kinerja emiten," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Senin (5/10/2015).
Alfred menuturkan, pelaku pasar menantikan kejutan sentimen positif dari dalam negeri. Hal itu terutama realisasi paket kebijakan ekonomi jilid III. "Diharapkan paket ekonomi jilid III lebih terarah dan meyentuh persoalan. September terjadi deflasi menunjukkan kalau pemerintah berhasil mengendalikan harga," ujar Alfred.
Sedangkan dari sentimen eksternal, Alfred menilai belum ada rilis data ekonomi signifikan yang mempengaruhi IHSG di awal pekan ini.
Melihat kondisi itu, Alfred menuturkan, IHSG akan bergerak di kisaran 4.133-4.300 pada perdagangan saham Senin pekan ini.
Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG mengalami konsolidasi usai kenaikan pada pekan lalu. IHSG masih berpotensi untuk menggapai level resistance 4.308 selama level support 4.120 dapat terjaga.
William menuturkan, IHSG juga masih akan dipengaruhi laporan kinerja emiten kuartal III 2015.
Untuk rekomendasi saham, Alfred memilih emiten berorientasi ekspor untuk dicermati pelaku pasar seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Selain itu, Alfred memilih saham sektor bank yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
William memilih saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Pada penutupan perdagangan saham Jumat 2 Oktober 2015, IHSG melemah 47,07 poin (1,1 persen) ke level 4.207,79. Pada Jumat pekan lalu, investor melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 61 miliar. (Ahm/Igw)
Sumber : Liputan6
Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan menuturkan IHSG masih tertekan seiring sentimen laporan keuangan kuartal III 2015. Lantaran nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kuartal III sehingga mempengaruhi kinerja emiten.
"Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih sangat mempengaruhi sehingga berimbas ke kinerja emiten," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Senin (5/10/2015).
Alfred menuturkan, pelaku pasar menantikan kejutan sentimen positif dari dalam negeri. Hal itu terutama realisasi paket kebijakan ekonomi jilid III. "Diharapkan paket ekonomi jilid III lebih terarah dan meyentuh persoalan. September terjadi deflasi menunjukkan kalau pemerintah berhasil mengendalikan harga," ujar Alfred.
Sedangkan dari sentimen eksternal, Alfred menilai belum ada rilis data ekonomi signifikan yang mempengaruhi IHSG di awal pekan ini.
Melihat kondisi itu, Alfred menuturkan, IHSG akan bergerak di kisaran 4.133-4.300 pada perdagangan saham Senin pekan ini.
Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG mengalami konsolidasi usai kenaikan pada pekan lalu. IHSG masih berpotensi untuk menggapai level resistance 4.308 selama level support 4.120 dapat terjaga.
William menuturkan, IHSG juga masih akan dipengaruhi laporan kinerja emiten kuartal III 2015.
Untuk rekomendasi saham, Alfred memilih emiten berorientasi ekspor untuk dicermati pelaku pasar seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Selain itu, Alfred memilih saham sektor bank yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
William memilih saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Pada penutupan perdagangan saham Jumat 2 Oktober 2015, IHSG melemah 47,07 poin (1,1 persen) ke level 4.207,79. Pada Jumat pekan lalu, investor melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 61 miliar. (Ahm/Igw)
Sumber : Liputan6
IHSG Sepekan Dibayangi Laporan Kinerja Emiten Kuartal III
BESTPROFIT FUTURES MALANG (5/10) - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan saham sepekan. Indeks saham tertekan oleh laporan keuangan kuartal III yang diperkirakan tidak sesuai ekspektasi pelaku pasar.
Analis PT Investa Saran, Mandiri Hans Kwee mengatakan buruknya laporan keuangan kuartal III imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Kuatal III kurang baik karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, perlambatan ekonomi, komoditas rendah dan ekspor impor turun," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (5/10/2015).
Di samping itu, belum pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS) membuat The Federal Reserve (The Fed) masih menunda kenaikan suku bunga acuan. Hal tersebut menjadi kekhawatiran pelaku pasar.
"Data Jumat yang keluar, data pengangguran yang tetap, tetapi penyerapan tenaga kerja rendah dan kenaikan upah tetap di AS , plus data order pabrik yang turun membuat peluang penundaan kenaikan Fed rate," jelas Hans.
Selama sepekan, Hans mengatakan IHSG akan bergerak pada level support 4.200-4.168. Kemudian resistance pada level 4.270-4.308.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan IHSG berpeluang menguat pada perdagangan saham sepekan. Penguatan indeks saham ditopang oleh aksi beli investor asing.
"Masih adanya aksi jual membuat IHSG masih berada di zona merahnya. Tren pelemahan pun di pekan kemarin masih berlanjut. Akan tetapi, di sisi lain adanya dorongan beli dari investor lainnya dapat membuat laju IHSG tertahan dari pelemahannya. Peluang kenaikan IHSG dapat muncul di pekan depan jika pelaku pasar dapat kembali melanjutkan aksi belinya," jelas dia dalam risetnya.
Dia menuturkan, indeks saham akan bergerak pada level support 4.000-4.012, kemudian resistance pada level 4.245-4.300.
Untuk pekan ini Hans merekomendasikan jual ketika menguat untuk saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kemudian pembelian spekulatif untuk saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
.Pada penutupan Jumat, 2 Oktober 2015 indeks saham ditutup melemah 47,07 poin atau 1,11 persen ke level 4.207,79. Selama pekan lalu, investor asing mencatatkan aksi jual sekitar Rp 682,96 miliar. (Amd/Ahm)
Sumber : Liputan6
Analis PT Investa Saran, Mandiri Hans Kwee mengatakan buruknya laporan keuangan kuartal III imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Kuatal III kurang baik karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, perlambatan ekonomi, komoditas rendah dan ekspor impor turun," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (5/10/2015).
Di samping itu, belum pulihnya perekonomian Amerika Serikat (AS) membuat The Federal Reserve (The Fed) masih menunda kenaikan suku bunga acuan. Hal tersebut menjadi kekhawatiran pelaku pasar.
"Data Jumat yang keluar, data pengangguran yang tetap, tetapi penyerapan tenaga kerja rendah dan kenaikan upah tetap di AS , plus data order pabrik yang turun membuat peluang penundaan kenaikan Fed rate," jelas Hans.
Selama sepekan, Hans mengatakan IHSG akan bergerak pada level support 4.200-4.168. Kemudian resistance pada level 4.270-4.308.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan IHSG berpeluang menguat pada perdagangan saham sepekan. Penguatan indeks saham ditopang oleh aksi beli investor asing.
"Masih adanya aksi jual membuat IHSG masih berada di zona merahnya. Tren pelemahan pun di pekan kemarin masih berlanjut. Akan tetapi, di sisi lain adanya dorongan beli dari investor lainnya dapat membuat laju IHSG tertahan dari pelemahannya. Peluang kenaikan IHSG dapat muncul di pekan depan jika pelaku pasar dapat kembali melanjutkan aksi belinya," jelas dia dalam risetnya.
Dia menuturkan, indeks saham akan bergerak pada level support 4.000-4.012, kemudian resistance pada level 4.245-4.300.
Untuk pekan ini Hans merekomendasikan jual ketika menguat untuk saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kemudian pembelian spekulatif untuk saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
.Pada penutupan Jumat, 2 Oktober 2015 indeks saham ditutup melemah 47,07 poin atau 1,11 persen ke level 4.207,79. Selama pekan lalu, investor asing mencatatkan aksi jual sekitar Rp 682,96 miliar. (Amd/Ahm)
Sumber : Liputan6
Thursday 1 October 2015
Indeks saham Berjangka Asia Turun Menjelang Data Payrol AS
BESTPROFIT FUTURES MALANG (2/10) - Indeks
berjangka Asia turun karena pemulihan dalam ekuitas global setelah aksi
jual kuartal ketiga untuk mendapatkan traksi menjelang data
ketenagakerjaan AS.
Kontrak
pada Indeks saham di Jepang dan Australia lebih rendah di perdagangan
terakhir, karena saham Eropa kembali turun dan ekuitas di AS turun lebih
dari 1% sebelum mengakhiri sesi Kamis naik 0,2%.
Kontrak
pada Nikkei 225 Stock Average turun 0,5% menjadi 17.610 di pre-market
Osaka, setelah kontrak pada indeks Topix tergelincir 0,8%. Indeks
Berjangka berdenominasi yen pada Nikkei 225 diperdagangkan di Chicago
sedikit berubah pada 17.630 setelah naik 0,8% pada sesi sebelumnya.
Indeks
S & P / NZX 50 Selandia Baru, Indeks saham utama yang pertama untuk
memulai trading setiap hari di kawasan Asia, naik 0,1% setelah tiga
hari mengalami penurunan. Kontrak pada indeks Australia S & P / ASX
200 turun 0,4%, sedangkan indeks Kospi di Seoul turun 0,1%.
Pasar
di Hong Kong dibuka kembali Jumat setelah libur, sementara perdagangan
di daratan China tidak akan dibuka hingga Kamis depan karena istirahat
Hari Nasional. Pasar India juga ditutup untuk liburan hari Jumat.(yds)
Sumber: Bloomberg
Indeks S&P 500, Nasdaq Ditutup Menguat Jelang Rilis Data Pekerjaan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (2/10) - Indeks
S&P 500 dan Nasdaq ditutup megnuat pada hari Kamis di awal
perdagangan fluktuatif untuk kuartal keempat karena investor menunggu
laporan pekerjaan bulanan AS dan awal musim laba.
Berdasarkan
data terbaru yang tersedia, indeks Dow Jones industrial average turun
12,89 poin, atau 0,08 persen, ke level 16,271.81, indeks S&P 500
naik 3,75 poin, atau sebesar 0,2 persen, ke level 1,923.78 dan indeks
Nasdaq Composite menguat 6,92 poin, atau sebesar 0,15 persen, ke level
4,627.08. (izr)
Sumber: Reuters
Saham AS Turun ditengah Investor Waspada Pasca Penurunan Kuartalan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (2/10) - Saham
AS terkoreksi karena para investor berhati-hati pasca ekuitas catat
rally terkuat dalam tiga pekan terakhi kemarin menutup kuartalan
terburuk sejak 2011.
Ekuitas
gagal mempertahankan momentum dari kenaikan Rabu, pola umum seiring
indeks Standard & Poor 500 mencatat penguatan selama tiga sesi hanya
sekali sejak Juli lalu. Investor tetap berhati-hati jelang rilis
laporan pekerjaan pemerintah pada hari Jumat besok, diperkirakan
menunjukkan perekonomian menambahkan 200.000 pekerja bulan lalu, dan
masukan ke depan keputusan suku bunga Federal Reserve pada 28 Oktober
lalu
Indeks
S&P 500 turun sebesar 0,9 persen ke level 1,903.71 pukul 12:15
siang di New York, pasca indeks melonjak sebesar 1,9 persen pada Rabu.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 189,20 poin, atau sebesar 1,2
persen, ke level 16,095.50. Indeks Nasdaq Composite merosot sebesar 1,1
persen seiring penurunan saham biotechs dan Apple Inc sebesar 1,9 persen
untuk menghapus penguatan sebesar 1,1 persen kemarin. Indeks Russell
200 turun sebesar 1,4 persen, membalikkan sebagian besar keuntungan pada
hari Rabu.
Kekhawatiran
tentang perlambatan ekonomi terbesar kedua di dunia, bersama dengan
beragam pesan kebijakan Federal Reserve terkait suku bunga, mengirim
indeks S&P 500 catat penurunan bulanan berturut-turut dan mendorong
gejolak pasar. Rilis data hari ini menunjukkan indeks sektor manufaktur
China berada di dekat level terendah dalam tiga tahun terakhir karena
langkah-langkah stimulus pemerintah China yang menunjukkan tanda-tanda
pelemahan di sektor manufaktur semakin mendalam.
Ekuitas
acuan AS naik terbesar sejak 8 September kemarin karena investor
tersentak penguatan saham beberapa perusahaan pada kuartal ketiga,
didukung penguatan saham disektor energi, material dan saham perawatan
kesehatan. Indeks S&P 500 ditutup turun 9,9 persen pada hari Rabu
dari rekor tertingginya pada bulan Mei, dan kurang lima poin dari level
penutupan pada hari Selasa 2015, level penutupan terendah sejak pada
bulan Agustus lalu.
Sementara
indeks 1.9 persen di atas level penutupan terburuk tahun ini, hampir 35
persen saham anggota indeks ini telah tergelincir kembali di bawah
harga mereka pada 25 Agustus lalu. Saham perangkat keras seperti Apple
Inc, Microsoft Corp dan Exxon Mobil Corp, tiga perusahaan dengan
kapitalisasi pasar terbesar, anjlok sebesar 10 persen akibat aksi jual
selama empat hari.
Ketiga
saham blue chip terkoreksi hari ini, turun sebesar 0,9 persen karena
semua saham indeks S&P 500 mengalami koreksi. Saham Utilitas turun
sebesar 1,5 persen pasca mencatat kenaikan pada kuartal ketiga sebesar
4,4 persen.
Aksi
jual saham bioteknologi kembali berlanjut pasca terhenti selama satu
hari, saham Bioteknologi Indeks Nasdaq kehilangan 1,3 persen. Saham
Gilead Sciences Inc dan Biogen Inc turun setidaknya 1,2 persen. Saham
Semikonduktor, salah satu pemimpin penguatan indeks kemarin, juga
berbalik arah hari ini di antara perusahaan teknologi. Intel Corp turun
sebesar 2 persen.
Sementara
itu, investor terus memantau data untuk indikasi pada lintasan suku
bunga, dengan pejabat The Fed menjaga bahwa ekonomi cukup kuat untuk
menahan kenaikan suku bunga tahun ini. Pedagang harga melihat sekitar 43
persen peluang The Fed akan menaikkan suku bunga tahun ini, dan 51
persen peluang pada peningkatan Januari mendatang.
Data
yang dirilis hari ini menunjukkan sektor manufaktur mengalami stagnasi
pada bulan September akibat penguatan dolar dan gejolak pasar luar
negeri menyebabkan melambatnya pesanan pada laju paling lambat sejak
November 2012 lalu. Sebuah laporan terpisah hari ini menunjukkan jumlah
orang Amerika yang mengajukan aplikasi untuk tunjangan pengangguran naik
pekan lalu, mempertahankan pola keuntungan dan kerugian pad kisaran
level terendah dalam satu dekade terakhir menandakan angkat pemecatan
tetap rendah.
Laporan
yang akan dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja besok diperkirakan akan
menunjukkan ekonomi menambahkan 200.000 pekerjaan pada bulan September
dengan tingkat pengangguran bertahan sebesar 5,1 persen, menurut ekonom
yang disurvei oleh Bloomberg. Ini akan menjadi laporan pekerjaan
terakhir sebelum The Fed membuat keputusan terkait suku bunga berikutnya
pada 28 Oktober mendatang. (izr)
Sumber: Bloomberg
Minyak Berada di Dekat $ 45 Seiring Investor Timbang Sinyal Permintaan dari China
BESTPROFIT FUTURES MALANG (2/10) - Minyak
terjebak di dekat $ 45 per barel menyusul investor menimbang data yang
bertentangan tentang ekonomi di China, yang merupakan konsumen terbesar
kedua di dunia, sementara indeks volatilitas harga melemah sampai ke
level enam minggu terendah.
Berjangka
di New York naik sebanyak 1,2 persen setelah ditutup turun 0,8 persen
pada hari Kamis. Data minggu ini menunjukkan keuntungan
industri-perusahaan China turun ke level terendah setidaknya dalam empat
tahun, sementara dua indeks output pabrik mengalahkan ekspektasi.
Indeks Chicago Board Options Exchange Crude Oil Volatilite ditutup pada
level $44,61 pada hari Kamis, atau yang terendah sejak 20 Agustus
Minyak
telah merosot lebih dari 25 persen dari puncak penutupannya tahun ini
pada bulan Juni di tengah spekulasi melimpahnya stok global yang
mendorong harga ke level terendah dalam enam tahun akan berkepanjangan.
Stok minyak mentah AS sekitar 100 juta barel di atas lima tahun
rata-rata musiman untuk kali ini di tahun ini sementara OPEC telah
menghasilkan produksi di atas target produksi untuk 16 bulan.
West
Texas Intermediate untuk pengiriman November naik sebanyak 53 sen ke
level $ 45,27 per barel di New York Mercantile Exchange, dan berada di
level $ 45,26 pada pukul 09:21 pagi waktu Seoul. Kontrak turun 35 sen ke
level $ 44,74 pada hari Kamis. Volume semua berjangka yang
diperdagangkan adalah sekitar 64 persen di bawah rata-rata 100-hari.
Harga turun 15 persen tahun ini.
Brent
untuk pengiriman November menambahkan 43 sen, atau 0,9 persen, ke level
$ 48,12 per barel di London berbasis ICE Futures Europe exchange.
Minyak mentah patokan Eropa ini diperdagangkan pada premium dari $ 2,89
untuk WTI. (sdm)
Sumber: Bloomberg
AUD/USD Menunggu Rilis Data Penjualan Retail Jelang Rilis Data Nonfarm Payrolls
BESTPROFIT FUTURES MALANG (2/10) - Pasangan
mata uang AUD/USD saat ini ditransaksikan pada level 0,7032 dengan
level tinggi 0,7034 pada awal perdagangan Asia dan terendah 0,7025.
Support
AUD/USD SMA 50 chart 4 jam downtrend dari level tertinggi dari level
0,7080 bahwa pasangan tidak mampu menembus dalam kesempatan kedua di
London semalam. pasangan mata uang menemukan permintaan berdasarkan data
China yang mengalahkan ekspektasi.
Indeks
PMI China berada di level 49,8. Indeks Non manufaktur untuk September
berada di level 53,4 terhadap 53,4. Indeks Caixin/Markit PMI dirilis dan
mengalahkan pembacaan awal di level 47,0 dan dirilis pada level 47,2.
Pasar
financial China masih libur hari ini dan tidak ada dorongan lebih
lanjut di sana, tapi kami masih memiliki datat penjualan ritel Australia
untuk bersaing dengan sebelum rilis data nonfarm payrolls hari ini.
Ritel penjualan diharapkan naik 0,4% sementara nonfarm payrolls
diharapkan menunjukan peningkatan 200.000 pekerja menandakan positifnya
rilis data ADP sebelumnya pekan ini dan akan mendorong The Fed segera
untuk menaikkan suku sebelum pergantian tahun. (izr)
Sumber: FXstreet
Wednesday 30 September 2015
Investor Tunggu Rilis Data Cina, Saham Asia Ikuti Kenaikan Saham AS
BESTPROFIT FUTURES MALANG (1/10) - Saham
Asia mengikuti kenaikan saham AS, setelah indeks patokan regional ini
memposting kuartal terburuk sejak 2011, seiring investor menunggu data
manufaktur Cina.
MSCI
Asia Pacific Index naik 0,2 persen ke level 124,09 pada pukul 09:01
pagi waktu Tokyo. Indeks itu merosot 15 persen dalam tiga bulan yang
berakhir pada September. Indeks Standard & Poor 500 naik 1,9 persen
di New York hari Rabu, rally terbaik dalam tiga minggu, mengupas
penurunan kuartalan untuk 6,9 persen.
Dengan
hampir $ 11 miliar terhapus dari saham global dalam tiga bulan
terakhir, investor beralih ke laporan manufaktur China pada hari ini
untuk petunjuk sejauh mana perlambatan di nergara ekonomi terbesar kedua
di dunia tersebut. Pasar yangbberisiko telah terjual di tengah
perlambatan pertumbuhan di Cina, penurunan komoditas berkepanjangan dan
eksodus dari aset negara berkembang menyusul Amerika Serikat
mempersiapkan untuk menaikkan suku bunga mereka sesegera mungkin tahun
ini. Dengan liburan selama seminggu di Cina yang dimulai hari ini,
manajer keuangan akan menilai laporan payrolls AS Jumat sebagai
indikasi apakah pasar kerja cukup kuat untuk menahan pengetatan. (sdm)
Sumber: Bloomberg
Euro Jatuh Pasca Data Inflasi Dorong Spekulasi Penambahan Stimulus ECB
BESTPROFIT FUTURES MALANG (1/10) - Euro
melemah untuk pertama kalinya dalam tiga hari terakhir karena laju
inflasi di kawasan euro tiba-tiba berbalik negatif untuk pertama kalinya
dalam enam bulan terakhir, menambah tekanan pada Bank Sentral Eropa
untuk memperluas stimulus moneter.
Euro
melemah terhadap semua mata uang utama seiring harga konsumen di zona
euro turun 0,1 persen pada September dari tahun sebelumnya, menurut
laporan dari kantor statistik Uni Eropa. Ekonom dalam survei Bloomberg
memperkirakan tingkat inflasi nol persen.
Euro
jatuh sebesar 0,6 persen ke level $1,1177 pada pukul 5 sore waktu New
York, memangkas keuntungan sejak akhir Juni menjadi 0,3 persen. Dolar
menguat 0,1 persen ke level 119,88 yen pada hari Rabu.
Sementara
program pelonggaran kuantitatif ECB mendorong euro ke level terendah
dalam 12-tahun terakhir dari level $1,0458 pada bulan Maret, mata uang
euro telah rebounded. Penurunan euro menjadi tantangan bagi para pembuat
kebijakan, karena penguatan euro mungkin meredam ekspor dan mengancam
upaya mereka untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi di blok
tersebut.
Presiden
ECB Mario Draghi mengatakan pada 23 September lalu bahwa itu terlalu
dini untuk mengatakan risiko terhadap prospek ekonomi dibenarkan untuk
menambah stimulus. Bank sentral, memulai rencana pembelian aset pada
bulan Maret senilai 1,1 triliun euro ($1.23 triliun), bertujuan menahan
laju inflasi hanya di bawah 2 persen.
Setiap
dorongan untuk program ini, baik melalui memperpanjang durasi atau
skala pembelian yang ada, akan datang karena Federal Reserve bergerak
lebih dekat menaikkan suku bunga AS dari rekor terendahnya, yang dapat
melemahkan euro lebih jauh terhadap dolar.
Estimasi analis euro jatuh ke level $ 1,08 pada akhir tahun ini, menurut survei Bloomberg. (izr)
Sumber: Bloomberg
Emas Mencatat Penurunan Triwulan Terpanjang Sejak 1997
BESTPROFIT FUTURES MALANG (1/10) - Emas
mengalami penurunan kuartalan kelima, yang merupakan penurunan
terpanjang sejak tahun 1997, seiring data perekrutan AS yang kuat
menambah tanda-tanda kekuatan ekonomi yang terlihat Federal Reserve
bergerak mendekati kenaikan suku bunga.
Payrol
Perusahaan naik 200.000 pada bulan September, angka dari ADP Research
Institute menunjukkan, mengalahkan 000 perkiraan rata-rata ekonom yang
disurvei oleh Bloomberg sebesar 190. Ketika pejabat The Fed membiarkan
suku bunga untuk tidak berubah pada pertemuan pada September lalu,
Emas
berjangka untuk pengiriman Desember turun 1% untuk menetap di level $
1,115.20 per ons pada 1:41 siang di Comex New York, setelah menyentuh
level $ 1,110.80, yang terendah sejak 16 September. Harga turun sebanyak
4,8% di kuartal ini, yang tertajam dalam setahun terakhir.
Perak juga menurun di Comex. Platinum dan paladium turun di New York Mercantile Exchange.(yds)
Sumber: Bloomberg
GBP/USD Berada pada Level Terendahnya Sejak Mei
BESTPROFIT FUTURES MALANG (1/10) - GBP/USD
anjlok di bawah level 1,5125 dan turun ke level 1,5105 menyentuh level
terendahnya sejak 5 Mei lalu. Greenback menguat terhadap mata uang Eropa
pada paruh perdagangan pertama sesi Amerika, pada hari terakhir pada
perdagangan akhir bulan dan kuartal ketiga.
Dari
level terendah pasangan mata uang GBP/USD sedikit rebound dan
ditransaksikan pada level 1,5125/30, hampir seratus pips di bawah level
harian tertinggi. Pada perdagangan Eropa GBP/USD naik ke level 1,5214
tapi kemudian beralih ke zona merah. GBP/USD terus melemah selama lima
jam terakhir. Pound juga melemah terhadap yen mendorong GBP/JPY ke level
terendah dalam tiga pekan terakhir di bawah level 181,00 yen. (izr)
Sumber: FXstreet
Emas Menuju Penurunan Kuartalan Terbesar Dalam Setahun
BESTPROFIT FUTURES MALANG (1/10) - Emas turun
1 persen pada Rabu, menuju penurunan terbesar kuartalannya dalam
setahun karena dolar terkait menguatnya dolar dan pasar yang masih
menunggu kejelasan tentang waktu kenaikan suku bunga AS yang hangat
untuk diantisipasi.
Platinum tetap berada di jalur untuk
penurunan kuartalan terbesarnya dalam tujuh tahun terakhir setelah
melemah ke level terendahnya sejak Desember 2008 pada Selasa kemarin di
tengah kekhawatiran akan menurunnya permintaan untuk mobil diesel yang
dipicu oleh skandal emisi Volkswagen.
Emas melemah hampir 5 persen sejak Juli
lalu dalam penurunan kuartalan kelima berturut-turut, yang merupakan
penurunan kuartalan terpanjang nya sejak tahun 1997.
Spot emas turun 1,2 persen pada $
1,113.22 per ons, sedangkan emas berjangka AS untuk pengiriman Desember
turun $ 13,60 per ons pada $ 1,113.20.
Emas turun 1 persen pada hari ini,
menuju penurunan terbesar kuartalan dalam setahun karena dolar menguat
dan pasar menunggu kejelasan tentang waktu kenaikan suku bunga AS hangat
diantisipasi.
Logam telah berada di bawah tekanan dari
ekspektasi bahwa The Fed bersiap untuk menaikkan suku bunga AS tahun
ini, berpotensi meninggikan kesempatan untuk biaya imbal balik pemegang
non-bullion sementara meningkatkan dolar, yang dimana hal tersebut
dinilai berharga.
Emas berada di dekat dua minggu
terendahnya pada hari Rabu setelah sebuah laporan menunjukkan sektor
swasta AS menambahkan lebih banyak pekerja dari yang diharapkan pada
bulan September. Pedagang juga akan mengamati pidato Ketua The Fed Janet
Yellen pada hari ini sebagai petunjuk tentang ekonomi dan waktu
kenaikan suku bunga.
Spot platinum turun 0,1 persen pada $ 911,00 per ons, dan telah menurun hampir 15 persen pada kuartal ini.
Sumber: CNBC
Tuesday 29 September 2015
Saham Asia Menguat, Pangkas Kuartalan Terendah Sejak Krisis Keuangan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/9) - Saham
Asia menguat pada hari terakhir kuartal, mengikuti rally saham AS di
sesi akhir perdagangan, seiring indeks acuan regional pangkas kuartalan
terendah sejak krisis keuangan.
Indeks MSCI Asia
Pacific naik 0,3 % ke level 121,40 pada pukul 09:00 pagi waktu Tokyo.
Indeks telah anjlok 17 % sejak akhir Juni lalu, berada di jalur
penurunan terbesar sejak kuartal yang berakhir September 2008. Turun 6,6
% pada bulan yang sama.
Saham telah stabil
dalam beberapa pekan terakhir di tengah kebingungan atas posisi Federal
Reserve untuk menaikkan suku bunga dan kekhawatiran atas perlambatan
ekonomi China yang akan menghambat permintaan untuk komoditas dan
berdampak pada pertumbuhan global. China mulai liburan pada hari Kamis
selama 5 hari.
Indeks Topix Jepang
naik 1,5 % setelah kemarin jatuh 4,4 %. Indeks Kospi Korea Selatan turun
1,4 % pada hari ini karena telah dibuka kembali dari liburan selama 2
hari. Indeks Australia S&P / ASX 200 menguat 0,1 %, dan Indeks NZX
50 Selandia Baru melemah 0,4 %.
Kontrak pada Indeks
Hang Seng Hong Kong naik 0,7 % di sebagian besar akhir perdagangan,
sementara di Indeks Hang Seng China Enterprises menguat 0,9 %. Indeks
saham H kemarin melemah 3 %, yang merupakan penurunan terbesar dalam
sebulan terakhir, sedangkan Indeks Hang Seng merosot 3 % ke level 2
tahun terendah. (knc)
Sumber : Bloomberg
Saham Jepang Naik dari 8 Bulan Terendah Seiring Selloff Global Berkurang
BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/9) - Saham
Jepang menguat, dengan indeks Topix mendaki dari delapan bulan
terendah, seiring meredanya gejolak di ekuitas global. Produsen ban dan
perusahaan asuransi memimpin kenaikan.
Topix
naik 1,5 persen ke level 1,396.63 pada pukul 09:01 pagi waktu Tokyo,
setelah jatuh 4,4 persen pada hari Selasa ke penutupan terendah sejak
Januari. Indeks Nikkei 225 Stock Average naik 1,5 persen ke level
17,191.71. Indeks Standard & Poor 500 naik 0,1 persen kemarin,
menghentikan penurunan lima hari mereka.
E-mini
futures S & P 500 naik 0,1 persen. Ekuitas di pasar saham terbesar
di dunia itu berfuluktuasi menyusul rebound perusahaan perawatan
kesehatan, sementara saham bioteknologi menghapus reli awal mereka dan
Apple Inc menyeret perusahaan teknologi ke level yang lebih rendah.
Glencore Plc naik 17 persen di London, sehari setelah rekor penurunan
pedagang dan penambang meningkatkan kekhawatiran tentang bagaimana
perusahaan material dapat bertahan seiring anjloknya harga komoditas.
Topix
berada di jalur untuk penurunan 14 persen dalam tiga bulan, hanya
penurunan kuartalan kedua sejak Perdana Menteri Shinzo Abe berkuasa.
Indeks telah merosot 9,2 persen pada September menyusul kekhawatiran
tentang perlambatan di China dan rencana tingkat-kenaikan suku bunga
Federal Reserve mendorong gejolak pasar keuangan global. (sdm)
Sumber: Bloomberg
Saham Asia Berjangka Menguat ditengah Reli Saham AS Pada Akhir Perdagangan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/9) - Para
investor Asia mengambil keuntungan dari reli saham AS pada akhir jam
perdagangan kemarin, dengan saham berjangka pada indeks dari Jepang
hingga Australia sinyal keuntungan seiring mendekati penutupan kuartalan
terburuk untuk ekuitas global sejak 2011.
Indeks
Nikkei 225 Stock Average berjangka meramalkan rebound sebesar 1,7
persen, yang meluncur ke level terendah sejak Januari lalu Selasa
kemarin di tengah aksi jual ekuitas Asia melebar karena kekhawatiran
perlambatan China menahan di pasar sekali lagi. Tembaga berjangka rally,
sementara minyak mentah turun karena para pedagang melihat ke depan
terkait data persediaan AS yang akan dirilis hari ini waktu New York.
Yen menguat jelang rilis laporan perdagangan ritel Jepang dan output
pabrik.
Dengan
saham di Asia menuju kuartal terburuk sejak runtuhnya Lehman Brothers
Holdings Inc, liburan selama lima hari yang dimulai hari Kamis di China
akan menahan penurunan dari negara yang telah terkena dampak dari krisis
global sejak mendevaluasi mata uangnya Agustus lalu. Sementara lonjakan
kepercayaan konsumen membantu saham AS menghapus kerugian, volatilitas
tersirat tetap hampir dua kali lipat rata-rata selama tahun lalu karena
ketidakpastian atas China dan langkah selanjutnya Federal Reserve
membuat para investor gelisah.
Kontrak
pada indeks Standard & Poor 500 naik sebesar 0,1 persen pukul 8:02
pagi waktu Tokyo. Saham acuan AS membalikan penurunan sebanyak 0,5
persen pada akhir perdagangan Selasa naik 0,1 persen. Yen sedikit
berubah pada level 119,80 per dolar pasca naik 0,7 persen dalam dua hari
terakhir, membantu mata uang Jepang menjadi pemain terbaik di antara
sebagian besar mata uang utama dalam tiga bulan terakhir. Tembaga
berjangka naik 0,3 persen, minyak AS jatuh 0,7 persen pasca naik Selasa.
Aksi
jual saham bioteknologi dan saham teknologi terus di AS, mengirimkan
Indeks Russell 2000 merosot terpanjang sejak 2006 lalu dan menekan
Indeks Nasdaq Composite pada bulan Agustus. Obligasi imbal hasil tenor
Sepuluh tahun naik, obligasi imbal hasil tenggelam ke terendah dalam
satu bulan terendah.
Kontrak
pada indeks Australia S & P / ASX 200 naik 0,9 persen di sebagian
besar perdagangan terakhir, sementara kontrak pada indeks Hong Kong Hang
Seng dan indeks Hang Seng China Enterprises naik setidaknya 0,7 persen.
Indeks FTSE A50 China berjangka naik sebesar 0,6 persen menyusul
penurunan 2 persen pada indeks Shanghai Composite pada hari Selasa.
Pasar saham Korea Selatan kembali melanjutkan perdagangannya hari ini
pasca liburan selama dua hari. (izr)
Sumber: Bloomberg
Indeks S&P 500 Pangkas Penurunan Kuartalan Sementara Apple Bebani Nasdaq
BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/9) - Indeks
Standard & Poor 500 memangkass penurunan kuartalan terburuknya
sejak 2011, karena saham-kesehatan rebound sejak penurunannya dalam
empat tahun terakhir.
Indeks
S & P 500 naik 0,1% menjadi 1,884.03, di 04:03 sore di New York,
dan turun 4,5% pada September, setelah bulan Agustus turun sebanyak
6,3%. Indeks Nasdaq Composite turun 0,6% karena Apple Inc anjlok
sebanyak 3%.
Indeks
saham telah stabil dalam beberapa pekan terakhir di tengah kebingungan
atas kebijakan suku bunga Federal Reserve sementara kekhawatiran tetap
ada bahwa perlambatan ekonomi di Asia akan menghambat permintaan untuk
komoditas serta mengganggu pertumbuhan global. S & P 500 siap untuk
kuartal terburuk sejak 2011, turun 9%. Indeks acuan adalah 12% di bawah
level tertinggi sepanjang masa pada bulan Mei.(yds)
Sumber: Bloomberg
Saham AS Berfluktuatif Seiring Penurunan Saham Consumer Imbangi Saham Biotech
BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/9) - Saham
AS berfluktuasi akibat penurunan saham konsumen diimbangi rebound saham
perusahaan bioteknologi, karena investor berjuang untuk mendamaikan
prospek kenaikan suku bunga dengan kekhawatiran tentang perlambatan
pertumbuhan global.
Indeks
Standard & Poor 500 naik kurang dari 0,1 persen ke level 1,882.09
pukul 12:21 di New York, pasca naik sebanyak 0,9 persen. Indeks Dow
Jones Industrial Average tergelincir 13,82 poin, atau 0,1 persen, ke
level 15,988.07. Indeks Nasdaq Composite stagnan, dan indeks Russell
2000 melemah sebesar 0,2 persen pasca merosot ke level terendahnya dalam
11 bulan terakhir kemarin.
Saham
bergerak stabil dalam beberapa pekan terakhir di tengah kebingungan
tentang kebijakan pengetatan suku bunga Federal Reserve sementara
kekhawatiran tetap membayangi bahwa perlambatan ekonomi di Asia akan
menghambat permintaan untuk komoditas dan menghambat pertumbuhan global.
Indeks S&P 500 bersiap catat kuartal terburuk sejak 2011, turun
sebesar 8,6 persen. Indeks acuan turun 11 persen di bawah level
tertingginya pada bulan Mei lalu.
Indeks
Chicago Board Options Exchange Volatility telah ditutup di atas level
20 untuk 26 sesi terakhir, beruntun terpanjang sejak Januari 2012 lalu.
Indeks gejolak pasar yang dikenal sebagai VIX turun 1,8 persen pada
Selasa ke level 27,14 pasca mencapai level tertingginya dalam tiga pekan
terakhir kemarin.
Sebuah
laporan yang dirilis hari ini menunjukkan tingkat kepercayaan konsumen
secara tak terduga naik bulan ini seiring peningkatan lapangan pekerjaan
membantu Amerika menyingkirkan efek dari penurunan harga saham. Laporan
lainnya menunjukkan harga rumah di 20 kota AS naik sebesar 5 persen
pada Juli dari bulan yang sama tahun sebelumnya, didorong oleh
peningkatan permintaan dan persediaan terbatas. (izr)
Sumber: Bloomberg
Monday 28 September 2015
Emas Menurun Tajam di Dua Pekan Terakhir; Platinum Anjlok
BESTPROFIT FUTURES MALANG (29/9) - Emas
mencatat penurunan tertajamnya dalam lebih dari dua pekan terakhir dan
platinum jatuh ke posisi terendah enam tahun pada kekhawatiran bahwa
pertumbuhan ekonomi AS bergerak mendekati keputusan The Fed untuk
menaikkan suku bunga.
Emas
berjangka untuk pengiriman Desember tergelincir 1,2% untuk menetap di
level $ 1,131.70 per ons pada 1:57 di Comex New York. Penurunan terbesar
sejak 9 September. Logam jatuh ini 0,7% pada hari Jumat.
Aset
emas ETF naik 4,6 metrik ton pada hari Jumat untuk 1,526.9 ton, yang
tertinggi sejak 31 Agustus, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg
pada Jumat. Kepemilikan berada di enam tahun terendah bulan lalu.(yds)
Sumber: Bloomberg
Bursa Asia Melemah Diiringi Penurunan Saham Material
BESTPROFIT FUTURES MALANG (29/9) - Saham
Asia turun, dengan indeks acuan menuju penutupan terendah sejak
November 2012, seiring aksi jual di pasar AS dan Eropa diperluas ke
wilayah dan saham material memimpin penurunan.
Indeks MSCI Asia
Pacific turun 1,4 % ke level 122,96 pada pukul 09:10 pagi waktu Tokyo,
merosot sebesar 16 % pada kuartal ini. Indeks Standard & Poor 500
melemah 2,6 % pada hari Senin di tengah kemerosotan harga komoditas dan
saham bioteknologi, sementara ekuitas global turun ke level 2 tahun
terendah. Saham Glencore Plc anjlok 29 %, menyeret Indeks World Mining
Bloomberg ke level terendah dalam hampir 7 tahun terakhir.
Pasar telah whipsaw
terkait ekonomi China mulai terhambat meskipun upaya stimulus. Laba
indutri China merosot tajam dalam setidaknya 4 tahun terakhir, menurut
laporan hari Senin, menjelang data manufaktur minggu ini guna memberikan
petunjuk lebih lanjut tentang pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia.
Dampak kenaikan suku bunga di AS juga dapat membebani sentimen, dengan
para pejabat Federal Reserve mendukung dalam kenaikan suku bunga pada
tahun 2015. (knc)
Sumber : Bloomberg
Subscribe to:
Posts (Atom)