BESTPROFIT FUTURES MALANG (23/11) - Siapa sangka jika produk pakaian jadi dengan merek-merek terkenal,
seperti Nike, Adidas, Salomon, Geox sampai Prada mampu diproduksi
perusahaan garmen lokal? Membawa nama "Made in Indonesia", produk
tersebut melanglang buana ke seluruh dunia dan bersaing dengan barang
serupa buatan negara lain.
PT Pan Brothers Tbk merupakan satu
dari banyak perusahaan garmen di Tanah Air yang sukses menancapkan
produk dengan merek bergengsi itu di pasar internasional. Bersama 10
anak perusahaannya, emiten berkode PBRX ini telah menciptakan jaringan
kuat di bidang garmen.
Wakil Presiden Direktur Pan Brothers, Anne Patricia Sutanto dalam kesempatannya berbincang dengan Liputan6.com, menyatakan, perseroan dan anak usahanya memproduksi dan memasok pakaian olahraga, outdoor, jaket, pakaian wanita untuk puluhan merek ternama.
Antara
lain, brand Jepang (via Mitsubishi Corporation), Adidas, Nike, The
North Face, Salomon, Under Armour, Arcyteryx, Calvin Klein, Hugo Boss, H
& M, Solaris, S. Oliver, J Crew, Ferrari, Massimo Dutti, Jones of
New York, Guess Inc, Prada, Spyder, dan masih banyak merek lainnya.
"Tahun
ini kami memacu aksi korporasi in organik dengan mengakuisisi pabrik
garmen di Bandung dan brand lokal Salt n Peppers (pakaian pria). Kami
juga mulai ujicoba dengan IKEA untuk cover sofa," ujar Anne saat ditemui
di kantor pusat Pan Brothers, Tangerang pada 20 November 2015
Anne
mengatakan, perseroan membidik 99 persen pasar ekspor. Negara tujuan
yang menjadi targetnya tergantung permintaan pemegang merek untuk
melempar produk tersebut. Disebutkan Anne, target ekspor PBRX tersebar
ke seluruh dunia, seperti negara Eropa Barat dan Timur, Asia, Amerika
Serikat, Australia, Kanada, dan negara lainnya.
"Brand yang
sekarang kami garap adalah brand yang berasal dari Eropa, Amerika dan
Jepang. Tapi destinasi penjualan kami ke seluruh dunia. Sebesar 40
persen ke Asia Pasifik, 26 persen ke Eropa, dan sisanya ke United
Kingdom dan Amerika," jelasnya.
Menurut Anne, seluruh produk
bermerek itu dijual ke pasar dunia dengan membawa label "Made in
Indonesia", mengingat produk tersebut dibuat di Negara ini. Begitupula
dengan negara lain yang memproduksi garmen dengan merek sejenis, mereka
ekspor menggunakan Made in negaranya masing-masing.
"Label tetap Made in Indonesia, cuma brand-nya sendiri sesuai dengan permintaan pengorder alias buyer," ucap Anne.
Mau
tahu harga pakaian bermerek dengan label Made in Indonesia? Contohnya
produk jaket Geox dibanderol seharga US$ 300 Euro atau sekitar Rp 4,35
juta (Rp 14.500 per Euro). Paling mahal merek Prada seharga 600-700 Euro
per potong atau sekitar Rp 8,7 juta-Rp 10,15 juta.
Ia mengakui
kemampuan perusahaan garmen dan tekstil di Indonesia dalam memproduksi
pakaian berkualitas tinggi. Perusahaan lokal, sambungnya, mampu
berkompetisi dengan perusahaan garmen dari negara lain, semisal China,
Vietnam dan Kamboja.
Lanjutnya, Indonesia pernah dianggap
sebelah mata oleh negara lain saat badai krisis moneter 1998. Ketika
gonjang ganjing perekonomian ini, Anne mengingat terjadi pergantian
pemerintahan yang lebih demokrasi. Sayang, penggulingan dari
pemerintahan Soeharto kepada BJ Habibie kurang berkenan di hati negara
lain.
"Jadi luar negeri menganggap Indonesia tidak aman. Semua
orang pada sentimen dengan Indonesia dan lebih mengarah ke China. Tapi
sejak 2004 paska kuota dibuka, Indonesia mulai menunjukkan bahwa kita
bisa bersaing dengan negara lain," terang Anne. (Fik/Ndw)
Sumber : Liputan6