Monday, 19 May 2025

Bestprofit | Peringkat AS Turun, Emas Menguat

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (20/5) – Keputusan Moody’s Investors Service untuk mencabut peringkat kredit tertinggi terakhir Amerika Serikat mengejutkan pasar global dan menimbulkan kekhawatiran mendalam tentang stabilitas fiskal negara adidaya tersebut. Moody’s menurunkan prospek kredit AS, menyalahkan pemerintahan berturut-turut dan kegagalan Kongres dalam menangani defisit anggaran yang terus membengkak. Lembaga pemeringkat tersebut menyoroti bahwa tidak ada tanda-tanda serius dari upaya pengendalian defisit, yang semakin menimbulkan keraguan terhadap kemampuan jangka panjang pemerintah AS dalam memenuhi kewajiban fiskalnya.

Langkah ini menjadikan Moody’s sebagai lembaga terakhir dari tiga besar pemeringkat global yang mengambil langkah tegas terhadap kredit AS. Fitch dan S&P Global telah lebih dulu menurunkan peringkat mereka, dengan alasan serupa: ketidakseimbangan fiskal yang mengakar dan ketidakpastian politik yang terus membayangi.

Kekhawatiran Tambahan: Kebijakan Pajak dan Belanja Trump

Penurunan peringkat kredit AS datang di tengah kekhawatiran atas kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump. Rencana belanja besar-besaran yang dikombinasikan dengan pemotongan pajak telah membuat banyak ekonom dan lembaga pemeringkat memperingatkan lonjakan utang yang tajam dalam dekade mendatang. Meskipun kebijakan ini dirancang untuk merangsang pertumbuhan jangka pendek, dampaknya terhadap utang federal diperkirakan akan sangat besar—bahkan mencapai triliunan dolar.

Banyak kritikus menilai bahwa strategi fiskal ini tidak berkelanjutan dan dapat memperburuk persepsi pasar terhadap kredibilitas fiskal AS. Penurunan peringkat kredit oleh Moody’s memperkuat pandangan bahwa risiko fiskal Amerika Serikat kini menjadi perhatian serius bagi investor global.

Emas: Safe Haven yang Kembali Bersinar

Di tengah ketidakpastian ini, emas kembali mengukuhkan posisinya sebagai aset safe haven. Harga logam mulia ini melonjak 0,8% menjadi $3.229,01 per ons pada perdagangan di New York. Peningkatan ini terjadi bersamaan dengan penurunan Indeks Bloomberg Dollar Spot sebesar 0,5%, mencerminkan pelemahan mata uang dolar akibat sentimen negatif dari penurunan peringkat kredit.

Investor sering kali beralih ke emas dalam situasi gejolak geopolitik atau ketidakpastian ekonomi makro. Ketika kepercayaan terhadap mata uang utama—seperti dolar AS—mulai luntur, emas menjadi alternatif penyimpanan nilai yang lebih stabil. Keputusan Moody’s telah memicu aliran modal baru ke dalam emas, yang dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap risiko kredit dan inflasi.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Perjalanan Harga Emas: Volatil, Tapi Menguat

Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas mengalami fluktuasi signifikan. Setelah melonjak ke atas $3.500 per ons untuk pertama kalinya bulan lalu, harga emas sempat terkoreksi tajam dan mencatat kerugian mingguan terbesar sejak November. Koreksi tersebut terjadi seiring meredanya ketegangan geopolitik yang sebelumnya mendorong reli harga.

Namun secara tahunan, emas masih menunjukkan penguatan lebih dari 20%, didorong oleh berbagai faktor seperti konflik global, perang dagang, dan peningkatan permintaan dari investor institusi. Arus masuk yang besar ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas juga telah memperkuat tren kenaikan harga logam mulia ini.

Menurut Vasu Menon, direktur pelaksana strategi investasi di Oversea-Chinese Banking Corp, volatilitas jangka pendek masih akan mewarnai pasar emas karena adanya berita utama yang saling bertentangan. Namun dalam jangka panjang, ia melihat kebijakan ekonomi pemerintahan Trump dan tren global untuk mendiversifikasi dari aset dolar sebagai “pendorong struktural” bagi emas.

Diversifikasi dari Aset Dolar

Fenomena yang menarik dari pergerakan emas baru-baru ini adalah tren diversifikasi global dari aset berdenominasi dolar. Negara-negara seperti China dan Rusia, serta bank sentral dari berbagai belahan dunia, telah meningkatkan cadangan emas mereka sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Diversifikasi ini tidak hanya bersifat simbolik tetapi juga strategis. Ketika ketidakpastian fiskal AS meningkat, negara-negara yang memiliki cadangan devisa besar mulai meragukan kestabilan jangka panjang dolar. Emas, sebagai aset global yang tidak tergantung pada kebijakan satu negara, menjadi alternatif yang semakin menarik.

Logam Mulia Lainnya Ikut Menguat

Tidak hanya emas yang menikmati lonjakan harga. Perak, platinum, dan paladium juga mengalami kenaikan, seiring meningkatnya permintaan logam mulia sebagai aset lindung nilai. Pergerakan serempak ini menunjukkan bahwa investor mulai menyesuaikan portofolio mereka untuk mengantisipasi potensi risiko makroekonomi di masa mendatang.

Perak, yang sering kali mengikuti pergerakan emas namun dengan volatilitas lebih tinggi, menunjukkan performa positif dalam sesi perdagangan terakhir. Paladium dan platinum, meskipun lebih terkait dengan industri otomotif, juga mendapat dukungan dari minat investor terhadap logam mulia secara keseluruhan.

Prospek Jangka Panjang Emas

Melihat ke depan, prospek emas tetap cerah, terutama jika ketidakpastian fiskal dan politik AS tidak menunjukkan perbaikan. Skenario di mana utang federal terus meningkat tanpa kontrol ketat dapat memicu kekhawatiran inflasi, yang pada akhirnya mendukung harga emas.

Selain itu, jika dolar terus melemah karena hilangnya kepercayaan investor, emas akan semakin menguat sebagai alternatif mata uang global. Peran emas sebagai cadangan devisa dan instrumen lindung nilai terhadap inflasi membuatnya tetap relevan dalam portofolio investasi, baik oleh individu maupun institusi.

Vasu Menon menyatakan bahwa struktur pasar saat ini memungkinkan harga emas mencapai rekor-rekor baru dalam beberapa tahun ke depan, terutama jika ketidakpastian tetap tinggi dan kebijakan fiskal tetap longgar.

Kesimpulan: Emas Kembali Menjadi Primadona

Keputusan Moody’s untuk mencabut peringkat kredit tertinggi AS menjadi pengingat keras bagi investor tentang risiko fiskal yang sedang membayangi ekonomi global. Dalam konteks ini, emas telah kembali menunjukkan perannya sebagai aset lindung nilai utama. Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian—baik dari sisi fiskal, geopolitik, maupun kebijakan moneter—emas berpotensi untuk terus mengalami penguatan jangka panjang.

Investor yang ingin melindungi nilai kekayaan mereka dari risiko sistemik kini kembali melirik logam mulia, terutama ketika alternatif seperti dolar AS mulai menunjukkan kelemahannya. Emas mungkin mengalami fluktuasi jangka pendek, tetapi fondasi strukturalnya sebagai penyimpan nilai tetap kuat, terutama di era kebijakan fiskal longgar dan ketidakpastian global seperti saat ini.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 18 May 2025

Bestprofit | Emas Anjlok 4% Akibat Sentimen Risiko

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (19/5) – Harga emas mengalami penurunan signifikan lebih dari 1,50% pada hari Jumat dan diperkirakan akan menutup minggu ini dengan kerugian lebih dari 4%. Sentimen pasar yang membaik telah mendorong investor untuk meninggalkan aset safe haven seperti emas dan memilih instrumen berisiko yang menjanjikan imbal hasil lebih tinggi. Pada saat penulisan, harga XAU/USD berada di kisaran $3.187 setelah sebelumnya menyentuh titik tertinggi harian di $3.252.

Perdagangan Emas dalam Tekanan Sentimen Pasar Positif

Harga emas batangan mengawali minggu ini dengan nada yang melemah. Salah satu pendorong utama pelemahan ini adalah kabar mengenai de-eskalasi ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk mengurangi tarif sebesar 115%, sebuah langkah besar yang memberikan sinyal positif ke pasar global. Reaksi pasar terhadap berita ini cukup cepat, dengan investor mulai melepas emas dan beralih ke pasar saham dan obligasi yang menawarkan potensi keuntungan lebih besar.

Sepanjang minggu, XAU/USD diperdagangkan dalam rentang harga yang relatif stabil, yakni antara $3.120 hingga $3.265. Namun, ketahanan harga emas terhadap tekanan makroekonomi tampaknya mulai luntur ketika pembeli gagal mempertahankan momentum, dan aksi jual menjadi dominan menjelang akhir pekan.

Data Ekonomi AS dan Pengaruhnya terhadap Harga Emas

Beberapa data ekonomi penting dari Amerika Serikat turut mempengaruhi pergerakan harga emas pekan ini. Salah satunya adalah laporan Sentimen Konsumen dari University of Michigan (UoM) untuk bulan Mei, yang menunjukkan bahwa rumah tangga AS semakin pesimis terhadap kondisi ekonomi secara keseluruhan. Meski ekspektasi inflasi mengalami kenaikan, ketidakpastian makroekonomi tetap menjadi sorotan utama.

Di sektor perumahan, data yang dirilis menunjukkan hasil yang beragam. Namun, harga impor yang naik memberikan indikasi bahwa tekanan inflasi masih ada. Dalam kondisi seperti ini, emas biasanya akan menjadi pilihan investasi yang aman. Namun kenyataannya, harga emas justru cenderung melemah. Salah satu alasannya adalah ekspektasi pelonggaran moneter oleh Federal Reserve, yang memengaruhi pasar obligasi dan mata uang.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Prediksi Pelonggaran Kebijakan Moneter dan Reaksi Pasar

Setelah rilis data ekonomi tersebut, emas sempat memangkas sebagian kerugiannya. Pelaku pasar mulai memperkirakan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih dari 55 basis poin dalam waktu dekat. Ekspektasi ini didasarkan pada perlambatan sektor konsumsi dan inflasi yang mulai mereda. Akan tetapi, efek positif terhadap harga emas tidak bertahan lama.

Hal ini disebabkan oleh pemulihan imbal hasil obligasi pemerintah AS (Treasury), yang sebelumnya sempat turun tetapi kemudian kembali naik. Dolar AS atau Greenback juga mencatat penguatan, membuat harga emas dalam denominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri. Dengan demikian, permintaan terhadap emas fisik maupun kontrak berjangka kembali menurun.

Prospek Inflasi dan Sikap Federal Reserve

Meskipun data-data ekonomi menunjukkan sinyal kemajuan dalam proses disinflasi di Amerika Serikat, pejabat Federal Reserve tetap menunjukkan sikap hati-hati. Mereka menyoroti berbagai ketidakpastian yang masih membayangi prospek kebijakan moneter ke depan. Salah satunya adalah kebijakan perdagangan dan tarif, yang dinilai masih berpotensi menimbulkan gejolak harga.

Sejumlah pejabat bank sentral juga menyatakan bahwa pelonggaran kebijakan terlalu cepat dapat mengganggu stabilitas inflasi yang sudah mulai terkendali. Oleh karena itu, pasar keuangan tetap berada dalam posisi waspada, menantikan kepastian arah kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Pertumbuhan Ekonomi AS dan Dampaknya terhadap Emas

Di tengah ketidakpastian moneter dan inflasi, data pertumbuhan ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Penjualan ritel untuk bulan April dilaporkan melambat, mengindikasikan bahwa konsumen mulai menahan pengeluaran. Namun demikian, model proyeksi GDPNow dari Federal Reserve Atlanta memperkirakan bahwa ekonomi AS masih dapat tumbuh sebesar 2,4% pada kuartal kedua tahun 2025.

Jika pertumbuhan ekonomi tetap kuat dan inflasi terkendali, maka kemungkinan besar Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama. Kebijakan ini umumnya berdampak negatif bagi harga emas, karena meningkatkan daya tarik aset berbunga seperti obligasi dan menurunkan permintaan terhadap emas.

Fokus Minggu Depan: Fed, PMI, dan Data Perumahan

Minggu depan akan menjadi pekan yang penting bagi pelaku pasar, khususnya investor emas. Agenda ekonomi Amerika Serikat akan dipenuhi oleh pidato dari berbagai pejabat Federal Reserve, yang kemungkinan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Selain itu, data PMI kilat dan laporan sektor perumahan juga akan dirilis.

Kedua data tersebut akan diawasi ketat oleh pasar, karena dapat memberikan sinyal tambahan mengenai kekuatan ekonomi AS. Jika data menunjukkan perlambatan lebih lanjut, ekspektasi pelonggaran suku bunga akan meningkat, dan ini bisa memberikan sedikit dorongan bagi harga emas. Sebaliknya, data yang kuat akan memperkuat narasi bahwa suku bunga tinggi akan dipertahankan lebih lama, yang bisa menekan harga emas lebih dalam lagi.

Kesimpulan: Risiko dan Peluang dalam Pasar Emas

Minggu ini menjadi minggu yang berat bagi pasar emas, dengan penurunan harga lebih dari 4% dipicu oleh kombinasi sentimen positif pasar, ekspektasi kebijakan moneter, dan penguatan dolar AS. Meskipun beberapa data ekonomi menunjukkan potensi pelonggaran, investor masih berhati-hati dalam menempatkan dana mereka di logam mulia.

Untuk ke depan, investor perlu mencermati perkembangan geopolitik, kebijakan moneter AS, dan data ekonomi global untuk menentukan arah pergerakan harga emas. Bagi investor jangka panjang, penurunan harga ini bisa menjadi peluang beli, sementara bagi trader jangka pendek, volatilitas tinggi tetap harus diwaspadai.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 15 May 2025

Bestprofit | Emas Bangkit dari Tekanan Data AS

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-9.jpg

Bestprofit (16/5) – Emas kembali menunjukkan penguatan moderat setelah mengalami penurunan tajam di awal minggu ini. Penguatan ini terjadi seiring dengan anjloknya imbal hasil obligasi pemerintah AS menyusul rilis data ekonomi yang mengecewakan. Kondisi tersebut meningkatkan spekulasi pasar akan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve (The Fed).

Kinerja Harga Emas: Kenaikan Tipis Setelah Koreksi Tajam

Harga emas batangan mengalami kenaikan tipis dan diperdagangkan mendekati level $3.245 per ons. Kenaikan ini menyusul lonjakan sebesar 2% pada hari Kamis setelah laporan menunjukkan bahwa harga produsen di AS mengalami penurunan paling tajam dalam lima tahun terakhir. Data terpisah juga mengungkapkan bahwa penjualan ritel hampir tidak menunjukkan pertumbuhan, yang mencerminkan pelemahan permintaan konsumen.

Kombinasi dari pelemahan indikator ekonomi tersebut memicu penurunan imbal hasil Treasury, sehingga memberikan dorongan bagi harga emas. Imbal hasil yang lebih rendah membuat aset yang tidak menghasilkan bunga seperti emas menjadi lebih menarik bagi investor.

Dukungan dari Kondisi Ekonomi dan Harapan Pelonggaran Moneter

Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah terjadi akibat sinyal melemahnya aktivitas ekonomi dan meredanya tekanan inflasi di AS. Dalam situasi ini, pasar mulai menaikkan taruhan bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Kondisi suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga emas karena mengurangi biaya peluang dalam memegang logam mulia. Dengan semakin besarnya kemungkinan penurunan suku bunga, emas kembali menarik minat sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian moneter.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Performa Mingguan Masih Negatif, Jauh dari Rekor Tertinggi

Meskipun menunjukkan pemulihan, emas tetap berada dalam jalur penurunan mingguan lebih dari 2%. Harga emas saat ini masih sekitar $250 di bawah rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai bulan lalu. Koreksi harga ini mencerminkan tekanan dari perbaikan sentimen risiko di pasar global dan penguatan dolar AS beberapa waktu terakhir.

Pergerakan harga emas yang fluktuatif menunjukkan adanya ketegangan antara faktor fundamental jangka panjang yang mendukung logam mulia dan dinamika jangka pendek di pasar keuangan.

Meredanya Ketegangan AS-Tiongkok Kurangi Permintaan Safe Haven

Salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven adalah meredanya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Perbaikan dalam hubungan kedua negara telah meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko seperti saham dan mata uang negara berkembang.

Situasi ini secara temporer mengurangi daya tarik emas sebagai tempat berlindung yang aman, terutama ketika kekhawatiran geopolitik tidak mendominasi narasi pasar.

Faktor Fundamental Tetap Kuat: Permintaan ETF dan Bank Sentral

Meskipun harga emas melemah secara mingguan, tren jangka panjangnya masih menunjukkan kekuatan. Sejak awal tahun, emas batangan telah naik lebih dari 20%. Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor utama, termasuk:

  • Rebound permintaan dari produk ETF berbasis emas: Arus masuk kembali ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) mencerminkan meningkatnya minat investor institusional terhadap emas.

  • Pembelian emas oleh bank sentral: Bank sentral di berbagai negara, terutama di pasar berkembang, terus menambah cadangan emas mereka sebagai bentuk diversifikasi cadangan devisa.

  • Permintaan spekulatif dari Tiongkok: Investor ritel di Tiongkok menunjukkan minat besar terhadap emas, baik sebagai bentuk investasi maupun lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi domestik.

Faktor-faktor ini memberikan dukungan struktural yang kuat terhadap harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.

Komentar The Fed dan Prospek Ekonomi AS

Dalam pernyataan terbaru, Gubernur The Fed Michael Barr menyampaikan bahwa ekonomi AS saat ini berada dalam kondisi yang cukup kuat. Namun, ia juga memperingatkan bahwa gangguan rantai pasokan akibat kebijakan tarif dapat menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya tekanan inflasi di masa depan.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun The Fed mungkin siap memangkas suku bunga untuk mendukung pertumbuhan, ada risiko struktural yang tetap perlu diwaspadai. Hal ini dapat menciptakan ketidakpastian tambahan di pasar, yang pada akhirnya kembali mendukung permintaan terhadap emas.

Kinerja Logam Mulia Lainnya: Stabil di Tengah Volatilitas

Selain emas, logam mulia lainnya menunjukkan pergerakan yang relatif stabil. Harga spot perak dan paladium hanya mengalami sedikit perubahan, sementara platinum mencatatkan kenaikan tipis. Pergerakan ini mencerminkan kehati-hatian investor dalam merespons sinyal ekonomi yang beragam dari AS dan global.

Indeks Spot Dolar Bloomberg tercatat stabil, menunjukkan tidak adanya tekanan besar terhadap dolar AS dalam waktu dekat. Namun, jika dolar mulai melemah secara signifikan akibat pemangkasan suku bunga, ini bisa memberikan dorongan tambahan bagi harga logam mulia, termasuk emas.

Kesimpulan: Emas Masih Relevan sebagai Aset Lindung Nilai

Meskipun emas mengalami tekanan dari faktor jangka pendek seperti perbaikan sentimen risiko global dan penguatan dolar, prospek jangka menengah hingga panjangnya tetap solid. Ketidakpastian terhadap arah kebijakan moneter, kondisi geopolitik yang dinamis, serta permintaan kuat dari bank sentral dan investor institusional menjadikan emas tetap relevan sebagai aset lindung nilai.

Dengan data ekonomi AS yang menunjukkan kelemahan, dan ekspektasi pasar terhadap pelonggaran kebijakan moneter yang meningkat, emas berpotensi menguat lebih lanjut dalam waktu dekat. Namun, investor juga harus siap menghadapi volatilitas pasar yang tinggi dan perubahan sentimen yang cepat.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 14 May 2025

Bestprofit | Euro Stabil Dekat 1,1200

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/10/062746000_1482209063-Euro-ok.jpg

Bestprofit (15/5) – Pasangan mata uang EUR/USD tetap berada di dekat zona 1,1200 pada hari Rabu setelah sesi Eropa berakhir, menunjukkan nada bullish yang hati-hati menjelang pembukaan sesi Asia. Meskipun terdapat sedikit perubahan signifikan dalam harga, pasar menunjukkan sinyal bahwa investor masih menilai arah selanjutnya dengan hati-hati.

Harga Tetap di Tengah Kisaran: Sentimen Pasar yang Seimbang

Pergerakan harga EUR/USD tetap berada di tengah kisaran hariannya, mengindikasikan keseimbangan antara tekanan beli dan jual. Ini menandakan bahwa para pelaku pasar masih menunggu katalis berikutnya untuk memutuskan arah tren. Dalam situasi seperti ini, ketidakpastian makroekonomi, kebijakan moneter dari Federal Reserve maupun European Central Bank (ECB), serta data ekonomi terbaru menjadi faktor kunci yang ditunggu oleh investor.

Sentimen pasar yang seimbang sering kali mencerminkan ketidakmampuan pembeli dan penjual untuk mendominasi pasar, dan ini tampak jelas dalam aksi harga saat ini. Meski ada kecenderungan bullish, namun belum cukup kuat untuk mendorong harga menembus zona resistensi penting secara meyakinkan.

Indikator Momentum: Sinyal Campuran dari Pasar

Dari perspektif teknikal jangka pendek, indikator momentum memberikan sinyal yang beragam. Relative Strength Index (RSI) berkisar di angka 40, yang mencerminkan kondisi netral dan belum menunjukkan sinyal kuat ke arah mana pun. Nilai RSI di bawah 50 tetapi masih di atas 30 biasanya menunjukkan bahwa pasangan mata uang tidak dalam kondisi overbought maupun oversold, sehingga belum ada tekanan yang cukup untuk memicu breakout atau breakdown signifikan.

Sementara itu, Moving Average Convergence Divergence (MACD) menunjukkan momentum jual, yang konsisten dengan kehati-hatian pasar saat ini. Histogram MACD mulai mengarah ke bawah, menandakan kemungkinan koreksi jangka pendek atau penurunan momentum bullish.

Indikator lainnya, seperti Williams %R, juga berada di wilayah netral, memperkuat narasi bahwa pasar masih dalam fase observasi dan tidak memiliki arah yang jelas dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

ADX dan Bull/Bear Power: Bias Bullish Moderat

Sinyal teknikal lainnya, seperti Average Directional Index (ADX), menunjukkan nilai di kisaran 30-an, yang menandakan tren yang sedang berkembang, meskipun belum kuat sepenuhnya. Bias bullish mulai terbentuk, tetapi belum sepenuhnya dominan.

Indikator Bull Bear Power, yang menghitung kekuatan antara pembeli dan penjual, juga memberikan sinyal positif, menyiratkan bahwa tekanan beli secara bertahap mulai membangun fondasi untuk potensi pergerakan naik.

Rata-Rata Pergerakan: Pertarungan antara Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Rata-rata pergerakan memberikan gambaran teknikal yang terbagi. Simple Moving Average (SMA) 20 hari terus mengalami penurunan, yang menandakan adanya resistensi jangka pendek dan memberikan tekanan terhadap pergerakan bullish yang baru muncul. Hal ini sejalan dengan penurunan momentum yang terindikasi oleh MACD dan RSI.

Namun, SMA 100 hari dan 200 hari, bersama dengan Exponential Moving Average (EMA) 30 dan 50 hari, tetap berada dalam posisi mendukung tren naik jangka panjang. Ini memberikan keyakinan bahwa, meskipun koreksi jangka pendek mungkin terjadi, struktur tren yang lebih luas tetap bullish.

Rata-rata pergerakan jangka menengah hingga panjang ini bertindak sebagai support dinamis, dan selama harga tetap bertahan di atas rata-rata ini, prospek jangka panjang tetap positif bagi euro terhadap dolar AS.

Potensi Katalis: Data Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Ketika pasangan mata uang EUR/USD menghadapi ketidakpastian arah dalam jangka pendek, para investor akan memperhatikan katalis ekonomi utama, seperti data inflasi, pertumbuhan GDP, dan pengangguran dari zona euro maupun Amerika Serikat. Selain itu, retorika dari pejabat ECB dan Federal Reserve mengenai kebijakan suku bunga juga akan menjadi perhatian.

Ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin menunda pemangkasan suku bunga atau ECB mempertahankan sikap hawkish dapat menyebabkan volatilitas yang lebih besar dalam pergerakan EUR/USD ke depan. Jika data ekonomi mendukung euro, terutama jika menunjukkan perbaikan inflasi dan pertumbuhan, maka EUR/USD berpotensi menembus resistensi kunci di atas 1,1200.

Zona Penting yang Perlu Diperhatikan

Dari perspektif teknikal, level 1,1200 menjadi zona kunci psikologis. Penembusan yang meyakinkan di atas level ini bisa membuka jalan menuju target selanjutnya di sekitar 1,1250 – 1,1300, yang merupakan area resistensi teknikal dari harga sebelumnya.

Sebaliknya, jika tekanan jual meningkat, EUR/USD bisa kembali menguji support dinamis di kisaran 1,1100 – 1,1150, di mana terdapat konfluensi dari EMA 30 dan 50 hari.

Strategi Perdagangan: Sabar Menanti Konfirmasi

Bagi para trader, kondisi saat ini mengharuskan strategi yang lebih konservatif. Mengingat indikator yang saling bertolak belakang, pendekatan yang disarankan adalah menunggu konfirmasi breakout atau breakdown dari kisaran harga saat ini.

Trader jangka pendek dapat mempertimbangkan posisi beli jika harga berhasil menembus dan bertahan di atas 1,1220 dengan volume dan momentum yang kuat, atau posisi jual jika terjadi penembusan ke bawah 1,1150. Trader jangka menengah dan panjang disarankan untuk mengikuti arah rata-rata pergerakan jangka panjang sebagai panduan utama dalam menentukan posisi.

Kesimpulan: Optimisme Hati-Hati di Tengah Ketidakpastian

Secara keseluruhan, pasangan EUR/USD memperlihatkan nada optimisme yang hati-hati. Meskipun terdapat indikasi awal dari kekuatan yang mendasarinya, sinyal teknikal yang beragam menunjukkan bahwa pasar masih mencari arah yang lebih pasti. Rata-rata pergerakan jangka panjang yang tetap mendukung tren naik menjadi fondasi utama dari pandangan bullish, namun ketidakpastian jangka pendek membuat pendekatan yang disiplin dan sabar menjadi sangat penting.

Selama tidak ada katalis makroekonomi besar yang mendorong volatilitas signifikan, pasangan ini kemungkinan akan tetap dalam pola konsolidasi, menunggu petunjuk lebih lanjut dari pasar global dan arah kebijakan moneter dari bank sentral utama.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Tuesday, 13 May 2025

Bestprofit | Emas Naik Tipis karena Inflasi Ringan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (14/5) – Pasar emas kembali menunjukkan performa stabil di awal sesi perdagangan Asia, mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,1% menjadi $3.252,70 per ons. Kenaikan ini tidak lepas dari data inflasi Amerika Serikat yang dirilis pada Selasa, menunjukkan pelonggaran tekanan harga yang meningkatkan ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Dengan begitu, logam mulia, yang tidak memberikan bunga, kembali menjadi aset yang menarik di tengah ketidakpastian kebijakan moneter global.

Inflasi AS Melandai: Dorongan Bagi Harga Emas

Data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat bahwa Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) untuk bulan April naik hanya 0,2% secara musiman. Namun yang paling menonjol adalah bahwa CPI tahunan turun ke level 2,3% — tingkat terendah dalam empat tahun terakhir. Penurunan ini mengindikasikan bahwa tekanan inflasi di AS mulai melandai, memberikan ruang bagi bank sentral AS untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

Tren ini menjadi sorotan utama investor emas. Penurunan inflasi mengurangi urgensi bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan mata uang yang melemah.

Prospek Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed

Dengan inflasi yang terkendali, pasar kini memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin tinggi. Suku bunga yang lebih rendah membuat imbal hasil aset-aset berbunga seperti obligasi menjadi kurang menarik dibandingkan emas, yang tidak memberikan imbal hasil tetapi nilainya sering kali naik saat imbal hasil aset lain turun.

“Data inflasi terbaru memperkuat pandangan bahwa The Fed mungkin akan memangkas suku bunga dalam beberapa bulan ke depan,” kata seorang analis ekonomi senior dari sebuah firma riset pasar. “Ini adalah sinyal positif bagi pasar emas, yang biasanya diuntungkan oleh pelonggaran moneter.”


Kunjungi juga : bestprofit futures

Fenomena “Penipisan Penjualan”: Indikasi Rebound Emas

Selain faktor makroekonomi, sentimen teknikal juga berkontribusi terhadap stabilitas harga emas. Daniel Ghali, ahli strategi komoditas dari TD Securities, menyatakan bahwa pasar mungkin telah mengalami “penipisan penjualan” — sebuah kondisi di mana tekanan jual telah mencapai titik jenuh dan memungkinkan terbentuknya dasar harga baru.

Dalam laporan penelitiannya, Ghali menjelaskan bahwa aksi jual besar-besaran yang sebelumnya terjadi telah mereda, memberi ruang bagi investor jangka panjang dan institusi untuk kembali mengakumulasi emas. “Pasar tampaknya siap untuk bergerak naik dari titik ini,” tulisnya.

Permintaan Emas dari Tiongkok Terus Meningkat

Meskipun ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok sempat mereda karena adanya kesepakatan sementara, permintaan emas dari Tiongkok tetap tinggi. Menurut data dari beberapa lembaga keuangan dan analis pasar, arus masuk ke Exchange Traded Fund (ETF) emas Tiongkok terus mengalami peningkatan.

Peningkatan ini mencerminkan tingginya minat investor Tiongkok terhadap emas sebagai aset aman, terutama di tengah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi domestik dan volatilitas pasar saham. “Emas masih menjadi instrumen lindung nilai utama di Tiongkok, bahkan saat ketegangan geopolitik berkurang,” kata seorang analis dari Shanghai.

Peran Emas di Tengah Ketidakpastian Global

Secara historis, emas dikenal sebagai aset safe haven — tempat pelarian modal di saat ketidakpastian ekonomi atau geopolitik. Dengan latar belakang perang dagang, gejolak politik, dan perubahan arah kebijakan moneter global, investor cenderung melirik emas untuk diversifikasi portofolio mereka.

Di tahun 2025, ketidakpastian global tetap tinggi. Meski ada perbaikan hubungan dagang AS-Tiongkok, konflik di Timur Tengah, ketegangan di Laut Cina Selatan, serta pemilu di negara-negara besar menambah lapisan risiko yang tidak dapat diabaikan oleh investor.

Dampak pada Harga dan Tren Jangka Pendek

Kenaikan tipis emas di sesi Asia menandakan bahwa investor masih berhati-hati. Meskipun tren teknikal mendukung potensi kenaikan lebih lanjut, investor menunggu kepastian lebih lanjut dari The Fed. Jika bank sentral AS mulai memberikan sinyal resmi terkait pemangkasan suku bunga, maka harga emas berpotensi melonjak lebih tinggi.

Analis teknikal memperkirakan level resistensi terdekat berada di sekitar $3.280/oz, sementara support tetap kuat di kisaran $3.220/oz. Penembusan salah satu dari level ini dapat memberikan arah yang lebih jelas bagi pergerakan harga dalam jangka pendek.

Sentimen Pasar dan Strategi Investor

Investor institusional saat ini terlihat menyeimbangkan eksposur mereka terhadap emas, sambil mempertimbangkan faktor risiko global dan peluang imbal hasil dari aset lain. Strategi yang umum digunakan adalah “barbell strategy” — menggabungkan aset aman seperti emas dengan aset berisiko tinggi seperti saham teknologi atau kripto.

“Dengan pasar obligasi yang tidak terlalu menarik dan risiko geopolitik yang masih tinggi, emas menjadi elemen penting dalam strategi diversifikasi portofolio,” ujar seorang manajer portofolio dari Singapura.

Kesimpulan: Momentum Emas Belum Usai

Harga emas yang naik tipis di awal sesi Asia mencerminkan dinamika kompleks antara data ekonomi makro, sentimen investor, dan arah kebijakan moneter global. Data inflasi yang melandai di AS meningkatkan kemungkinan pelonggaran moneter oleh The Fed, sebuah faktor utama yang dapat mendorong harga emas lebih tinggi dalam waktu dekat.

Permintaan dari Tiongkok, berkurangnya tekanan jual, serta ketidakpastian global memperkuat prospek bullish emas dalam jangka menengah hingga panjang. Investor dan pelaku pasar akan terus memantau rilis data ekonomi berikutnya serta pernyataan dari pejabat Federal Reserve sebagai acuan untuk mengantisipasi pergerakan logam mulia ini.

Dengan berbagai faktor pendukung yang terus berkembang, emas masih mempertahankan daya tariknya sebagai aset lindung nilai yang solid di tengah dunia yang penuh ketidakpastian.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Thursday, 8 May 2025

Bestprofit | Emas Naik Tipis Usai Kesepakatan AS-Inggris

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2024/03/Gold-Emas.jpg

Bestprofit (9/5) – Setelah seminggu penuh volatilitas, harga emas mengalami kenaikan tipis pada hari Jumat, menandai akhir dari perjalanan yang tidak stabil di pasar logam mulia. Emas batangan diperdagangkan di atas $3.316 per ons, mencatatkan kenaikan lebih dari 2% sepanjang minggu meski sempat melonjak hampir 6% hanya dalam dua sesi pertama. Volatilitas ini dipicu oleh serangkaian peristiwa geopolitik dan ekonomi global, terutama kesepakatan dagang baru antara Amerika Serikat dan Inggris.

Lonjakan Awal dan Koreksi Kembali

Pada awal pekan, harga emas mengalami lonjakan tajam hampir 6% dalam dua hari pertama. Kenaikan tersebut dipicu oleh ketidakpastian pasar menjelang pertemuan perdagangan penting antara AS dan Tiongkok, serta menjelang pengumuman kesepakatan perdagangan antara AS dan Inggris. Para investor membanjiri emas sebagai aset safe haven, mendorong harga hingga hampir menyentuh $3.350 per ons.

Namun, setelah euforia awal mereda dan rincian dari kesepakatan perdagangan AS-Inggris mulai diketahui, harga emas mulai mengalami koreksi. Banyak investor mulai menilai kembali potensi dampak nyata dari kesepakatan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi global, menyebabkan harga logam mulia ini menelusuri kembali sebagian besar kenaikan sebelumnya.

Kesepakatan Dagang AS-Inggris: Simbolik tapi Terbatas

Kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Inggris memberikan sedikit dorongan optimisme ke pasar. Dalam pakta tersebut, AS memperoleh akses pasar yang lebih baik dan proses bea cukai yang lebih cepat untuk ekspornya ke Inggris. Di sisi lain, Inggris mendapatkan keringanan tarif terbatas untuk sektor otomotif, baja, dan aluminium.

Namun, banyak analis menilai bahwa kesepakatan ini jauh dari harapan semula. Presiden Donald Trump sebelumnya menjanjikan perjanjian “lengkap dan komprehensif,” namun kenyataannya perjanjian ini lebih bersifat simbolik daripada strategis. Tidak ada reformasi besar dalam struktur perdagangan atau penghapusan tarif utama yang selama ini membebani hubungan ekonomi bilateral.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Terhadap Pasar dan Permintaan Aset Safe Haven

Ketidakpastian global dan ketegangan perdagangan telah menjadi pendorong utama bagi lonjakan harga emas sepanjang tahun ini. Emas, sebagai aset yang tidak menghasilkan bunga, cenderung mendapatkan dukungan ketika imbal hasil obligasi jatuh dan risiko ekonomi meningkat.

Namun minggu ini, sentimen pasar mulai berubah. Data tenaga kerja AS yang menunjukkan kondisi ekonomi yang relatif sehat dan munculnya kerangka perdagangan baru dengan Inggris dianggap sebagai alasan untuk beralih ke aset yang lebih berisiko. Akibatnya, permintaan akan aset safe haven seperti emas mulai berkurang, menyebabkan pelemahan harga menjelang akhir minggu.

Harapan Baru di Pembicaraan Dagang AS-Tiongkok

Di tengah berbagai dinamika pasar, perhatian kini beralih ke pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang dijadwalkan pada akhir pekan. Presiden Trump menyatakan keyakinannya bahwa pembicaraan tersebut akan menghasilkan kemajuan nyata. Bahkan, ia mengisyaratkan kemungkinan untuk menurunkan tarif hingga 145% yang saat ini dikenakan pada berbagai produk asal Tiongkok jika negosiasi berjalan lancar.

Pernyataan ini memberikan sinyal positif ke pasar dan memperkuat ekspektasi bahwa ketegangan dagang AS-Tiongkok bisa mereda. Jika kesepakatan tercapai atau setidaknya menunjukkan tanda-tanda kemajuan, maka daya tarik emas sebagai perlindungan terhadap risiko geopolitik dapat semakin melemah.

Tiongkok Tetap Desak AS Hapus Tarif Sepihak

Sementara itu, pemerintah Tiongkok tetap mempertahankan pendiriannya bahwa AS harus menghapus semua tarif sepihak yang telah diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir. Beijing menegaskan kembali bahwa tarif tersebut tidak hanya merugikan perusahaan Tiongkok, tetapi juga berdampak negatif pada ekonomi AS sendiri dan rantai pasokan global.

Pernyataan ini menandakan bahwa meskipun terdapat peluang terobosan dalam pembicaraan, masih terdapat perbedaan besar dalam posisi negosiasi kedua negara. Ketidakpastian ini dapat kembali menciptakan volatilitas di pasar emas dalam waktu dekat, terutama jika pembicaraan gagal mencapai hasil yang konkret.

Tekanan dari Imbal Hasil Obligasi dan Suku Bunga

Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS selama minggu ini juga menjadi faktor penting dalam pergerakan harga emas. Ketika investor merespons data ekonomi yang positif dengan menjual obligasi, imbal hasilnya naik. Karena emas tidak memberikan bunga, kenaikan imbal hasil obligasi menjadikannya relatif kurang menarik sebagai investasi.

Selain itu, peluang bahwa Federal Reserve mungkin menunda atau bahkan menghentikan rencana pemotongan suku bunga dalam waktu dekat memperkuat tekanan terhadap emas. Ekspektasi suku bunga yang lebih tinggi atau stabil membuat investor lebih cenderung memilih aset yang memberikan imbal hasil, dibandingkan emas.

Pasar Valuta dan Dampaknya terhadap Emas

Indeks Bloomberg Dollar Spot, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama, tercatat naik 0,5% selama minggu ini. Dolar yang lebih kuat biasanya menekan harga emas, karena membuat logam mulia ini lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Namun dalam minggu ini, pergerakan dolar cenderung datar, yang memberikan sedikit ruang napas bagi harga emas untuk tetap stabil meskipun dalam tekanan dari faktor lain.

Logam Lain Ikut Naik, Tapi Tipis

Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan kenaikan, meski dalam skala yang lebih kecil. Harga perak, paladium, dan platinum semuanya mengalami kenaikan tipis, mencerminkan optimisme pasar yang hati-hati. Namun, tidak ada lonjakan besar yang mencerminkan pergerakan emas awal pekan ini.

Prospek Jangka Pendek Emas

Dengan semua faktor yang saling bertentangan ini—ketegangan dagang, data ekonomi positif, dan kebijakan moneter global—harga emas kemungkinan akan tetap berada dalam kisaran volatilitas tinggi. Jika pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok menunjukkan kemajuan nyata, kita mungkin akan melihat penurunan permintaan terhadap emas.

Namun, jika kesepakatan yang diharapkan tidak tercapai, atau jika ketegangan geopolitik meningkat kembali, emas dapat dengan cepat kembali menjadi pilihan utama investor sebagai tempat berlindung yang aman.

Kesimpulan:
Meskipun harga emas mengalami kenaikan tipis minggu ini, pergerakannya mencerminkan ketidakpastian global yang masih tinggi. Kesepakatan dagang AS-Inggris memberikan sedikit harapan namun jauh dari harapan awal. Sementara prospek pembicaraan AS-Tiongkok menjadi fokus utama, arah harga emas ke depan akan sangat ditentukan oleh hasil nyata dari upaya diplomatik dan kebijakan ekonomi global dalam beberapa minggu ke depan.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Wednesday, 7 May 2025

Bestprofit | Emas Naik Usai Peringatan Fed

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (8/5) – Harga emas mencatat kenaikan pada awal perdagangan Asia setelah peringatan dari Federal Reserve (The Fed) mengenai ketidakpastian ekonomi akibat tarif perdagangan. Logam mulia ini memang dikenal sebagai aset safe haven yang cenderung meningkat nilainya selama periode gejolak ekonomi dan politik. Namun, para analis memperkirakan bahwa potensi kenaikan harga emas bisa terbatas, tergantung pada hasil pertemuan penting antara pejabat Amerika Serikat dan Tiongkok.

The Fed Peringatkan Risiko Ekonomi Akibat Tarif Perdagangan

Federal Reserve menyampaikan kekhawatirannya terkait dampak dari tarif perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi global. Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian yang konkret. Menurut The Fed, penerapan tarif impor secara berkelanjutan bisa menekan aktivitas bisnis dan belanja konsumen, dua pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi AS.

Peringatan ini memicu lonjakan permintaan terhadap aset-aset yang dianggap aman, termasuk emas. Dalam perdagangan awal Asia, harga emas spot naik sebesar 0,2% menjadi $3.373,34 per ounce, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi global yang semakin tidak pasti.

Emas: Safe Haven di Tengah Ketidakpastian

Emas selama ini dikenal sebagai aset pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Ketika pasar saham bergejolak dan nilai mata uang melemah, investor cenderung mengalihkan dana mereka ke logam mulia yang relatif stabil. Dalam konteks saat ini, konflik dagang dan sinyal pelonggaran kebijakan moneter dari bank sentral besar dunia menambah daya tarik emas di mata investor global.

Selain itu, dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah dan prospek pelonggaran moneter lebih lanjut, biaya peluang untuk menyimpan emas menjadi lebih rendah. Hal ini mendorong peningkatan permintaan fisik maupun investasi dalam bentuk emas, baik melalui pembelian langsung maupun melalui instrumen derivatif seperti ETF berbasis emas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Pertemuan AS-Tiongkok: Faktor Pembatas Kenaikan Harga Emas

Meskipun harga emas mengalami kenaikan, analis memperingatkan bahwa potensi lonjakan lebih lanjut bisa terbatas dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh harapan bahwa pertemuan antara pejabat Amerika Serikat dan Tiongkok yang dijadwalkan berlangsung di Swiss pada hari Kamis dapat meredakan ketegangan perdagangan. Jika hasil pertemuan tersebut menunjukkan adanya kemajuan dalam negosiasi dagang, maka ketidakpastian yang mendorong kenaikan harga emas dapat mereda.

Reaksi pasar terhadap perkembangan diplomatik semacam ini bisa sangat cepat dan signifikan. Jika perundingan menunjukkan sinyal positif, investor bisa mulai mengalihkan portofolio mereka dari aset safe haven ke aset berisiko yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, seperti saham dan obligasi korporasi. Akibatnya, harga emas berisiko mengalami koreksi.

Pandangan BofA Global Research: Harga Emas Bisa Capai $3.000/oz, Tapi Tidak Lebih dari $3.500/oz

Dalam sebuah catatan riset terbaru, tim Komoditas Global dari Bank of America (BofA) Global Research mengungkapkan bahwa model penawaran dan permintaan mereka menunjukkan bahwa harga emas dapat diperdagangkan dengan nyaman di atas $3.000 per ounce. Namun, mereka juga menambahkan bahwa harga emas kemungkinan tidak akan melampaui level $3.500 per ounce dalam waktu dekat, kecuali terjadi peningkatan ketegangan geopolitik atau perlambatan ekonomi global yang signifikan.

Alasan di balik prediksi ini adalah bahwa harga emas sangat dipengaruhi oleh permintaan investasi, yang sangat tergantung pada ekspektasi terhadap inflasi, suku bunga, dan risiko pasar global. Jika ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok dapat dikendalikan, dan ekonomi global menunjukkan tanda-tanda pemulihan, maka daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai bisa berkurang.

Kondisi Makroekonomi dan Kebijakan Moneter Jadi Penentu

Selain faktor geopolitik, kondisi makroekonomi dan arah kebijakan moneter global juga akan memainkan peran penting dalam menentukan arah harga emas. Saat ini, bank sentral di seluruh dunia sedang menghadapi dilema antara memerangi inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. The Fed, misalnya, telah mengambil pendekatan hati-hati dalam menetapkan suku bunga, mempertimbangkan dampak dari kebijakan fiskal dan ketidakpastian global.

Jika inflasi tetap tinggi namun pertumbuhan ekonomi melambat, maka emas kemungkinan besar akan tetap menjadi pilihan utama investor. Di sisi lain, jika inflasi berhasil dikendalikan dan ekonomi menunjukkan pemulihan yang kuat, maka investor mungkin akan lebih berani mengambil risiko dan meninggalkan aset safe haven.

Permintaan Fisik dan Investasi Terus Meningkat

Selain permintaan spekulatif, permintaan fisik terhadap emas juga meningkat, terutama di negara-negara seperti Tiongkok dan India yang merupakan konsumen emas terbesar di dunia. Di sisi lain, bank sentral dari negara-negara berkembang juga terus menambah cadangan emas mereka sebagai upaya diversifikasi dan penguatan stabilitas moneter.

Data terbaru juga menunjukkan peningkatan aliran dana ke Exchange Traded Funds (ETF) berbasis emas. Hal ini menandakan bahwa investor institusional masih melihat emas sebagai instrumen lindung nilai yang penting dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global.

Kesimpulan: Emas Tetap Menarik, Tapi Waspadai Volatilitas Jangka Pendek

Harga emas menunjukkan performa positif di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global yang tertekan oleh perang dagang dan kebijakan tarif. Sebagai aset safe haven, emas terus diminati investor yang mencari perlindungan terhadap volatilitas pasar dan potensi pelambatan ekonomi.

Namun, investor perlu memperhatikan perkembangan negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok, serta arah kebijakan moneter bank sentral besar dunia. Kedua faktor ini akan sangat memengaruhi sentimen pasar dan menentukan apakah harga emas akan terus naik atau justru terkoreksi.

Dalam jangka menengah hingga panjang, prospek emas tetap positif, terutama jika ketidakpastian ekonomi dan geopolitik terus berlanjut. Namun dalam jangka pendek, volatilitas tetap tinggi dan investor perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi berdasarkan berita dan spekulasi pasar.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Tuesday, 6 May 2025

Bestprofit | Emas Melemah Usai Reli

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-12.jpeg

Bestprofit (7/5) – Harga emas mengalami tekanan di awal sesi perdagangan Asia setelah mencetak rekor tertinggi pada hari sebelumnya. Tekanan ini terutama disebabkan oleh kemungkinan koreksi teknis serta penyesuaian posisi menjelang pengumuman hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang sangat dinanti.

Rekor Tertinggi Emas dan Koreksi Teknis

Pada Selasa lalu, kontrak berjangka emas Comex untuk pengiriman bulan depan ditutup naik hampir 3% ke level tertinggi sepanjang masa di $3.411,40 per ons. Kenaikan signifikan ini didorong oleh kekhawatiran pasar akan ketidakpastian ekonomi global, serta meningkatnya minat investor terhadap aset safe haven.

Namun, setelah lonjakan tersebut, harga emas spot terkoreksi turun sebesar 1,2% ke $3.395,28 per ons di sesi awal Asia. Analis menilai bahwa penurunan ini bersifat teknikal, sebagai reaksi alami pasar setelah reli besar-besaran.

“Koreksi teknikal semacam ini sering terjadi setelah harga emas mencetak rekor baru. Investor mengambil keuntungan dan menyesuaikan portofolio mereka,” ujar Konstantinos Chrysikos dari Kudotrade dalam sebuah pernyataan email.

Faktor FOMC dan Suku Bunga: Antisipasi Pasar

Fokus utama pasar saat ini adalah pada hasil pertemuan dua hari FOMC yang akan diumumkan hari ini. Meskipun sebagian besar pelaku pasar tidak mengharapkan adanya perubahan suku bunga pada pertemuan kali ini, perhatian tertuju pada pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers yang menyertainya.

Pasar sangat sensitif terhadap perubahan nada dalam pernyataan Powell. Jika ia menyampaikan pandangan hawkish – yaitu cenderung mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama – maka hal tersebut bisa memperkuat dolar AS dan menaikkan imbal hasil obligasi AS. Akibatnya, daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi menurun.

“Sikap hawkish kemungkinan akan menguntungkan imbal hasil Treasury dan membatasi kenaikan emas,” jelas Chrysikos, yang menjabat sebagai Kepala Manajemen Hubungan Pelanggan di Kudotrade.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Dampak Imbal Hasil dan Dolar AS terhadap Harga Emas

Emas, sebagai aset yang tidak memberikan bunga atau dividen, sangat dipengaruhi oleh pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Ketika imbal hasil naik, investor cenderung beralih ke aset yang memberikan pendapatan tetap dan lebih stabil, mengurangi daya tarik emas.

Selain itu, penguatan dolar AS juga bisa membebani harga emas, terutama bagi investor luar negeri. Harga emas yang dikutip dalam dolar menjadi lebih mahal jika mata uang lokal melemah, sehingga permintaan global terhadap emas bisa turun.

Faktor Makroekonomi Global yang Mempengaruhi Emas

Di luar isu suku bunga dan kebijakan moneter AS, terdapat sejumlah faktor global yang juga mendukung pergerakan harga emas. Ketidakpastian geopolitik, inflasi global yang masih tinggi di beberapa negara, serta kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dunia semuanya menjadi katalis pendorong permintaan emas dalam beberapa bulan terakhir.

Namun demikian, lonjakan cepat ke rekor tertinggi dalam waktu singkat juga memicu kekhawatiran tentang potensi bubble atau gelembung harga jangka pendek. Hal ini menyebabkan beberapa investor memilih keluar sementara waktu, yang menyebabkan tekanan jual di pasar emas spot.

Tinjauan Teknikal dan Sentimen Jangka Pendek

Secara teknikal, analis melihat bahwa level $3.400 menjadi area resistance psikologis yang signifikan. Koreksi ke bawah dalam jangka pendek kemungkinan besar akan menguji support di sekitar $3.350 hingga $3.370 per ons. Jika harga mampu bertahan di atas support ini, tren naik masih dinilai valid dalam jangka menengah hingga panjang.

Sementara itu, sentimen jangka pendek akan sangat ditentukan oleh hasil rapat FOMC dan interpretasi pasar terhadap bahasa yang digunakan oleh Powell dalam konferensi persnya. Nada dovish (cenderung mendukung pelonggaran kebijakan moneter) bisa mengangkat kembali harga emas ke atas $3.400.

Strategi Investor dan Outlook Pasar

Bagi investor, kondisi saat ini menuntut kehati-hatian ekstra. Dengan volatilitas yang tinggi dan ketidakpastian kebijakan moneter, manajemen risiko menjadi aspek penting dalam pengambilan keputusan investasi.

Investor jangka panjang yang percaya pada prospek emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global mungkin melihat koreksi ini sebagai peluang beli. Namun, investor jangka pendek harus waspada terhadap kemungkinan tekanan lebih lanjut jika pernyataan The Fed cenderung hawkish.

Kesimpulan: Pasar Emas di Persimpangan Jalan

Penurunan harga emas di sesi Asia awal ini merupakan respons pasar yang logis setelah kenaikan tajam sehari sebelumnya. Koreksi teknikal, bersama dengan kehati-hatian menjelang keputusan penting dari The Fed, menciptakan suasana pasar yang penuh kehati-hatian.

Meskipun secara fundamental emas tetap memiliki daya tarik dalam konteks makroekonomi global yang tidak pasti, arah jangka pendeknya akan sangat ditentukan oleh sinyal dari bank sentral AS.

Investor dan pelaku pasar kini menanti dengan cermat apa yang akan disampaikan oleh Ketua Jerome Powell. Sebuah perubahan nada yang signifikan bisa menjadi katalis besar berikutnya bagi arah pergerakan harga emas.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!
 

bestprofit futures
 

Monday, 5 May 2025

Bestprofit | Emas Terkoreksi Ringan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-2.jpg

Bestprofit (6/5) – Harga emas mengalami penurunan tipis pada perdagangan awal Asia, memicu spekulasi tentang kemungkinan koreksi teknis setelah reli kuat di sesi sebelumnya. Meskipun demikian, indikator teknikal menunjukkan bahwa logam mulia ini tetap berada dalam tren naik yang solid, dengan dukungan teknikal yang menjaga harga dari penurunan lebih dalam. Artikel ini akan mengulas pergerakan harga emas terkini, faktor teknikal yang mendasari tren, serta potensi arah harga dalam waktu dekat.

Penurunan Tipis Setelah Lonjakan Kuat

Pada perdagangan Selasa pagi waktu Asia, harga emas spot tercatat turun 0,1% ke level $3.333,67 per ons. Penurunan ini terjadi setelah harga emas berjangka untuk pengiriman bulan depan ditutup naik sekitar 2,5% pada hari Senin. Kenaikan signifikan tersebut sebagian besar dipicu oleh aksi beli spekulatif dan short-covering — saat pelaku pasar yang sebelumnya menjual emas (short) membeli kembali untuk menutup posisi mereka, sehingga mendorong harga naik tajam.

Menurut Matt Simpson, analis pasar senior di FOREX.com dan City Index, pergerakan ini kemungkinan mencerminkan koreksi teknis setelah lonjakan yang sangat cepat. Dalam keterangannya melalui email, Simpson menjelaskan bahwa meskipun harga turun sedikit, tren keseluruhan masih menunjukkan momentum bullish yang kuat.

Dukungan Teknis pada Simple Moving Average 20 Hari

Salah satu indikator teknikal yang menjadi perhatian analis adalah Simple Moving Average (SMA) 20 hari, yang saat ini berfungsi sebagai level dukungan dinamis. SMA 20 hari banyak digunakan oleh para trader teknikal untuk mengidentifikasi tren jangka pendek. Ketika harga tetap di atas garis ini, itu menunjukkan bahwa sentimen pasar secara umum masih positif.

Harga emas yang bertahan di atas SMA 20 hari menandakan bahwa pasar belum mengubah arah secara signifikan, meskipun ada penurunan jangka pendek. Dengan demikian, penurunan 0,1% bisa dianggap sebagai konsolidasi sehat dalam tren naik yang lebih luas.


Kunjungi juga : bestprofit futures

Tren Bullish Masih Mendominasi

Jika dilihat dari grafik harian, momentum emas tetap berada dalam saluran naik (uptrend channel) yang mapan. Sejak awal tahun, harga emas telah menunjukkan kekuatan luar biasa, terutama karena meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, pelemahan dolar AS, dan ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral besar seperti Federal Reserve.

Matt Simpson menambahkan bahwa tren bullish saat ini telah mendapatkan momentum tambahan sejak pertengahan April, didukung oleh meningkatnya permintaan dari investor institusional dan retail yang mencari aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan geopolitik.

Faktor Fundamental yang Mendukung Emas

Di luar analisis teknikal, beberapa faktor fundamental juga turut mendorong reli harga emas belakangan ini:

  1. Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan di Timur Tengah dan ketidakpastian politik di beberapa negara ekonomi besar memicu minat investor terhadap aset safe haven seperti emas.

  2. Inflasi dan Suku Bunga: Meskipun inflasi global mulai menunjukkan tanda-tanda melambat, suku bunga riil (yang disesuaikan dengan inflasi) tetap rendah atau bahkan negatif di beberapa negara. Hal ini meningkatkan daya tarik emas sebagai penyimpan nilai.

  3. Permintaan Bank Sentral: Bank-bank sentral di berbagai negara berkembang terus menambah cadangan emas mereka sebagai upaya diversifikasi dari cadangan devisa berbasis dolar AS.

Short-Covering vs. Permintaan Nyata

Salah satu pertanyaan besar saat ini adalah: apakah lonjakan harga baru-baru ini semata-mata disebabkan oleh short-covering, ataukah ada permintaan riil yang menopangnya?

Short-covering seringkali menciptakan reli harga yang cepat namun tidak bertahan lama, karena tidak didukung oleh pembelian fundamental. Namun, jika emas berhasil bertahan di atas level resistance kunci setelah reli ini, maka ada kemungkinan besar bahwa harga akan mengalami konsolidasi di level yang lebih tinggi dan bukan kembali turun.

Simpson menggarisbawahi pentingnya level support dan resistance utama sebagai indikator apakah harga emas akan terus naik atau kembali mengalami tekanan jual. Ia menambahkan bahwa pelaku pasar akan memantau dengan cermat apakah harga dapat menstabilkan diri di atas level-level ini dalam beberapa hari mendatang.

Level-Level Kunci yang Harus Diperhatikan

Beberapa level teknikal penting yang saat ini menjadi fokus pasar:

  • Support terdekat: Sekitar $3.310–$3.320/oz, sejalan dengan SMA 20 hari.

  • Resistance psikologis: $3.350/oz, yang jika tertembus, bisa membuka jalan menuju $3.380/oz atau lebih tinggi.

  • Support jangka menengah: SMA 50 hari di kisaran $3.270/oz, yang menjadi indikator penting jika harga terkoreksi lebih dalam.

Level-level ini akan menjadi medan pertempuran antara pembeli dan penjual dalam menentukan arah harga selanjutnya.

Prospek Jangka Pendek: Konsolidasi atau Kenaikan Lanjutan?

Melihat kondisi teknikal dan fundamental saat ini, prospek jangka pendek emas kemungkinan adalah konsolidasi dalam kisaran sempit antara $3.320–$3.350. Namun, jika sentimen positif terhadap logam mulia ini terus berlanjut, terutama jika didukung oleh penurunan dolar AS atau sinyal dovish dari The Fed, harga emas bisa melanjutkan kenaikannya ke level lebih tinggi.

Namun demikian, pelaku pasar disarankan untuk berhati-hati terhadap kemungkinan koreksi teknis yang lebih dalam, terutama jika emas gagal bertahan di atas level support dinamisnya.

Kesimpulan

Penurunan tipis harga emas pada perdagangan awal Asia tampaknya mencerminkan koreksi teknis setelah reli signifikan sehari sebelumnya. Meski demikian, tren teknikal jangka menengah masih tetap bullish, dengan dukungan yang kuat di sekitar SMA 20 hari. Dukungan ini, dikombinasikan dengan faktor fundamental seperti ketegangan geopolitik dan permintaan dari bank sentral, menjaga prospek positif untuk emas.

Pelaku pasar kini akan memantau apakah momentum yang dibangun oleh short-covering dapat berkembang menjadi permintaan jangka panjang yang mendorong harga ke level lebih tinggi. Level support dan resistance utama akan menjadi titik kritis dalam menentukan arah harga selanjutnya.


Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures
 

Sunday, 4 May 2025

Bestprofit | Emas Tertekan, Menuju Penurunan Mingguan

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-13.jpg

Bestprofit (5/5) – Pada hari Jumat, 2 Mei 2025, harga emas bergerak turun, mengikuti penurunan mingguan kedua berturut-turut. Harga emas spot tercatat turun 0,4% menjadi $3.228,50 per ons pada pukul 1:41 siang ET (17:41 GMT). Penurunan ini terjadi setelah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China mereda, serta laporan pekerjaan yang lebih baik dari perkiraan, yang memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas.

Dalam artikel ini, kita akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas, dampak dari ketegangan perdagangan AS-China, serta analisis tren pasar yang terjadi saat ini.

1. Harga Emas Turun pada Jumat dan Penurunan Mingguan Kedua

Emas adalah salah satu aset yang sering dipilih sebagai tempat berlindung (safe haven) oleh investor ketika ketidakpastian ekonomi atau politik meningkat. Namun, pada 2 Mei 2025, harga emas mengalami penurunan. Data menunjukkan bahwa harga emas spot turun 0,4% menjadi $3.228,50 per ons pada pukul 1:41 siang ET (17:41 GMT), sementara harga emas berjangka AS ditutup 0,6% lebih tinggi pada $3.243,30 per ons.

Penurunan harga ini menunjukkan bahwa investor mulai merasa lebih optimistis terhadap prospek ekonomi global setelah adanya tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China.

2. Meredanya Ketegangan Perdagangan AS-China

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga emas adalah ketegangan perdagangan antara AS dan China. Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan ini telah memicu kecemasan global yang membuat investor mencari perlindungan pada aset-aset yang lebih aman seperti emas. Namun, pada Jumat 2 Mei, Kementerian Perdagangan China menyatakan bahwa AS telah menunjukkan kesediaannya untuk bernegosiasi mengenai tarif, dan bahwa pintu Beijing terbuka untuk pembicaraan lebih lanjut.

Pernyataan ini menandakan kemungkinan terjadinya deeskalasi dalam ketegangan perdagangan, yang pada gilirannya mengurangi ketidakpastian global. Hal ini berdampak pada harga emas, yang sebelumnya didorong oleh keresahan investor terhadap dampak potensi perang dagang antara kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut. Menurut Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, harga emas mencapai puncaknya pada $3.500 per ons, dan dengan meredanya ketegangan perdagangan, harga tersebut mungkin tidak akan tercapai lagi dalam waktu dekat.


Kunjungi juga : bestprofit futures

3. Laporan Pekerjaan yang Kuat dan Dampaknya terhadap Harga Emas

Salah satu faktor lain yang turut mempengaruhi penurunan harga emas adalah laporan pekerjaan yang lebih kuat dari yang diperkirakan. Data terbaru menunjukkan bahwa lapangan kerja nonpertanian di AS meningkat sebanyak 177.000 pekerjaan pada bulan April, melebihi perkiraan yang hanya 130.000 pekerjaan. Hasil ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih tumbuh dengan stabil, yang memberikan keyakinan lebih pada investor terhadap stabilitas ekonomi.

Namun, meskipun laporan pekerjaan ini positif, para analis mencatat bahwa dampaknya terhadap pasar tenaga kerja terkait kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump masih belum terlihat secara jelas. Sebagai contoh, kebijakan tarif yang diberlakukan dalam beberapa bulan terakhir mungkin belum menunjukkan dampak signifikan pada angka pekerjaan atau ekonomi secara keseluruhan.

4. Pengaruh Laporan Pekerjaan terhadap Kebijakan Suku Bunga Federal Reserve

Laporan pekerjaan yang kuat ini juga mengurangi ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat. Sebelumnya, banyak trader memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan Juni 2025, sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi dan dampak perang dagang. Namun, dengan data ketenagakerjaan yang lebih baik, investor kini lebih yakin bahwa suku bunga mungkin tidak akan dipangkas secepat yang mereka perkirakan sebelumnya.

Suku bunga yang lebih tinggi cenderung membuat instrumen investasi seperti obligasi dan deposito lebih menarik bagi investor dibandingkan dengan emas, yang tidak memberikan imbal hasil. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap emas sebagai tempat berlindung dan menambah tekanan pada harga emas.

5. Pergerakan Hasil Obligasi dan Implikasinya untuk Emas

Salah satu faktor lain yang mempengaruhi harga emas adalah pergerakan hasil obligasi, terutama obligasi Treasury 10 tahun AS. Pada 2 Mei 2025, hasil obligasi Treasury acuan meningkat, yang menunjukkan bahwa investor lebih memilih obligasi sebagai instrumen investasi yang lebih aman daripada emas. Ketika hasil obligasi meningkat, emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi investor.

Seiring dengan meningkatnya hasil obligasi, harga emas bisa turun lebih lanjut, dengan beberapa analis memprediksi bahwa harga emas dapat menembus level support penting di sekitar $3.200 per ons. Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com, menyatakan bahwa dengan melemahnya permintaan sebagai tempat berlindung, harga emas dapat tertekan lebih jauh.

6. Perkembangan Harga Logam Mulia Lainnya: Perak, Platinum, dan Paladium

Selain emas, perak, platinum, dan paladium juga mencatatkan pergerakan yang signifikan pada 2 Mei 2025. Perak spot tercatat turun 1,3% menjadi $31,98 per ons, mengikuti tren penurunan mingguan yang terjadi pada logam mulia tersebut. Sementara itu, harga platinum sedikit naik 0,1% menjadi $959,20 per ons, dan paladium naik 0,6% menjadi $946,18 per ons.

Namun, meskipun ada kenaikan pada platinum dan paladium, ketiga logam mulia tersebut secara keseluruhan berada dalam jalur penurunan mingguan. Ini mencerminkan tekanan yang lebih besar pada pasar logam mulia secara keseluruhan, meskipun harga masing-masing logam masih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda, seperti permintaan industri dan ketegangan geopolitik.

7. Outlook Harga Emas ke Depan

Melihat ke depan, beberapa faktor kunci akan terus mempengaruhi harga emas. Meredanya ketegangan perdagangan AS-China dan laporan ekonomi yang lebih baik dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada harga emas, tetapi ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter The Fed tetap menjadi faktor penting yang dapat mengubah arah pasar.

Apakah harga emas akan kembali naik atau terus turun sangat bergantung pada perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang akan diterapkan oleh The Fed. Investor dan analis pasar akan terus memantau indikator-indikator ekonomi, termasuk data pekerjaan dan inflasi, serta setiap perkembangan terkait perdagangan internasional yang dapat memengaruhi permintaan terhadap logam mulia ini.

Kesimpulan

Harga emas pada 2 Mei 2025 mengalami penurunan, yang disebabkan oleh meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China, laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan, dan pergerakan hasil obligasi yang lebih tinggi. Meskipun harga emas diperkirakan tidak akan mencapai level tertinggi sebelumnya, beberapa faktor masih dapat mempengaruhi pergerakan harga ke depannya. Para investor perlu terus memantau dinamika pasar global dan kebijakan ekonomi yang dapat memberikan dampak signifikan pada pasar emas.

Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!


bestprofit futures