BESTPROFIT FUTURES MALANG (4/5) - Gubernur bank sentral dan menteri
keuangan Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan (Korsel) mengadakan
pertemuan bilateral ditengah pertemuan tahunan pemimpin ADB (Asian
Development Bank) di Baku, Azerbaijan 3-4 Mei 2015. Dalam pertemuan
tersebut mereka menyatakan kesepahaman dan komitmen mereka untuk
mengaplikasikan kebijakan moneter yang berorientasi mendukung permintaan
dalam menghadapi lemahnya pertumbuhan global yang cenderung bergerak
moderat dan tidak merata.
Dalam pertemuan tersebut, mereka sepakat
bahwa saat ini ekonomi global sedang berada dalam fase yang penuh
tekanan sehingga mereka berkomitmen untuk terus menerapkan kebijakan
makroekonomi yang tepat waktu dan efektif untuk membantu meningkatkan
permintaan. Namun, reformasi struktural untuk meningkatkan pertumbuhan
potensial akan tetap menjadi prioritas utama untuk memperoleh
pertumbuhan yang berkelanjutan dan seimbang.
Dalam lingkungan yang serba tidak pasti
sekarang ini, pengaturan kebijakan moneter dipandang harus diaplikasikan
dengan lebih hati-hati dan dikomunikasikan dengan jelas dengan
negara-negara lain untuk meminimalkan dampak situasi negatif yang sudah
ada, terutama dalam meminimalisir terjadinya assymetric information. Sementara
itu, beralih ke Amerika Serikat (AS), banyak ekonom yang menghimbau
agar kenaikan suku bunga The Fed AS tidak dinaikkan tahun ini karena
justru akan emmperparah kondisi ekonom global.
Informasi tentang kenaikan suku bunga
The Fed akan sangat mempengaruhi kebijakan moneter di negara-negara
lain. terutama jika negara tersebut berhadapan dengan risiko stabilitas
makroekonomi dan keuangan yang timbul dari arus modal yang mudah keluar.
Terutama negara-negara di Asia yang hampir kebanyakan masih memegang
status negara berkembang. Hingga saat ini ekonomi Asia masih berusaha
untuk bangkit namun sayang, belakangan impian tersebut sering terhambat.
Pasalnya, pertumbuhan Tiongkok, yang memiliki ekonomi terbesar kedua di
dunia saja telah merosot ke posisi terendahnya dalam enam tahun terahir
dengan PDB tercatat sebesar 7,0 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Sementara itu, Jepang, yang memiliki ekonomi terbesar ketiga, berhasil mencatat rebound
dari fase resesi pada kuartal terakhir tahun lalu, dengan pertumbuhan
sebesar 2,2 persen, namun persentase ini masih dinilai lemah dan gejala
deflasi masih terlihat.
Menteri Keuangan Korea Selatan sendiri,
Choi Kyung-hwan juga menyampaikan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi di
negaranya tahun ini kemungkinan masih akan berada pada
kisaran pertumbuhan 3,3 persen sesuai dengan proyeksi yang dibuat
tahun 2014 lalu. Para pembuat kebijakan di Korsel mengkonfirmasi bahwa
kemungkinan besar mereka masih akan menunggu sampai akhir Juni mendatang
untuk menilai apakah diperlukan tambahan stimulus atau tidak.
Pekan lalu, berbagai rilis data dari 3
(tiga) negara utama di kawasan Asia Utara ini memenuhi tajuk utama
berita internasional. Dilaporkan bahwa kinerja manufaktur Tiongkok dan
Jepang memang menunjukkan kondisi yang kurang memuaskan. Sedangkan
Korsel dilaporkan dapat terjebak dalam jurang deflasi. Beberapa kondisi
yang cukup mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi ke-3 negara ini bisa
menjadi alasan pertemuan bilateral ini untuk memperkuat perekonomian di
negara nya.
Sumber : Vibiznews