BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/10) - Harga emas kembali melonjak pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Pendorong penguatan harga emas karena tertundanya rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan langkah investor China yang mencari instrumen lindung nilai di saat pasar saham mereka sedang bergejolak.
Mengutip Wall Street Journal, Kamis (15/10/2015), harga emas naik menjadi US$ 1.174,73 per ounce saat pembukaan perdagangan. Harga tersebut merupakan level tertinggi sejak 1 Juli lalu. Namun kemudian harga emas kembali turun ke level US$ 1.172,48 per ounce.
Angin segar yang mendorong harga emas mencapai level tinggi tersebut karena kemungkinan penundaan rencana kenaikan suku bunga The Fed. Kekhawatiran akan rencana kenaikan tersebut mereda sejak awal bulan ini setelah The Fed mengeluarkan laporan hasil rapat yang dilakukan pada pertengahan September 2015 lalu.
Semula banyak pihak memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga di akhir tahun ini. Namun dari hasil rangkuman isi pertemuan tersebut disimpulkan bahwa The Fed akan menunggu tanda-tanda yang lebih nyata mengenai pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Sejak keluarnya laporan tersebut indeks dolar AS melemah sehingga menggerakkan harga emas ke posisi yang lebih tinggi. "Kami memperkirakan dolar AS akan melemah lebih dalam lagi," jelas Analis Phillip Futures Ltd, Howie Lee.
Ia melanjutkan, kenaikan harga emas juga disebabkan karena meningkatnya permintaan dari China karena kekhawatiran investor akan penurunan harga saham di negara tersebut.
Banyak orang mencari instrumen investasi alternatif sejak musim panas lalu karena tak ingin terombang-ambing pergerakan harga saham di China. Emas menjadi pilihan paling mudah karena komoditas tersebut merupakan instumen save haven.
Sumber : Liputan6
Wednesday 14 October 2015
Harga Minyak Kembali Melemah ke US$ 46,64 per Barel
BESTPROFIT FUTURES MALANG (15/10) - Harga minyak kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta) karena kekhawatiran pelaku pasar akan tingginya pasokan minyak mentah.
Mengutip CNBC, Kamis (15/10/2015), di Amerika Serikat(AS), harga minyak mentah ditutup turun 2 sen ke level US$ 46,64 per barel. Sedangkan minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia ditutup di angka US$ 49,10 per barel.
Sejak awal pekan, harga minyak mentah telah mengalami penurunan kurang lebih 6 persen. Penurunan harga minyak mentah pada pekan ini bukan tanpa sebab. Penurunan tersebut terjadi setelah keluarnya khabar dari kelompok negara-negara pengeskpor minyak (OPEC) mengenai jumlah produksi.
Berita yang beredar mengungkapkan bahwa OPEC telah memompa produksi cukup tinggi Sejak Agustus hingga September kemarin. Produksi minyak OPEC di 110 ribu barel per hari, lebih tinggi dibanding permintaan pada 2015 ini. Selain itu, pendorong tertekannya harga minyak juga karena stok minyak mentah di AS naik hampir 3 juta barel pada pekan lalu.
Selain itu, OPEC juga memperkirakan kalau permintaan minyak belum tentu jauh lebih tinggi pada 2016 dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu juga sebagai strategi untuk membuat harga minyak kembali tertekan sehingga memukul persediaan minyak AS.
Menteri perminyakan Kuwait Ali al-Omair mengatakan, pihaknya tidak ada niat untuk mengubah kebijakan produksi lebih rendah untuk mendukung harga pada 2016. Hal itu membuat sinyal kalau negara produsen minyak ingin tetap menjaga pangsa pasar.
"Lepasnya sanksi yang diberikan kepada Iran juga memberikan tekanan kepada harga minyak," jelas Broker Minyak dari PVM, David Hufton.
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga minyak juga tertekan seiring pelaku pasar mempertimbangkan prospek persediaan dan permintaan minyak dari laporan terbaru negara produsen minyak. Ditambah data perdagangan China merosot. (Gdn/Ahm)
Sumber : Liputan6
Mengutip CNBC, Kamis (15/10/2015), di Amerika Serikat(AS), harga minyak mentah ditutup turun 2 sen ke level US$ 46,64 per barel. Sedangkan minyak Brent yang merupakan patokan harga minyak dunia ditutup di angka US$ 49,10 per barel.
Sejak awal pekan, harga minyak mentah telah mengalami penurunan kurang lebih 6 persen. Penurunan harga minyak mentah pada pekan ini bukan tanpa sebab. Penurunan tersebut terjadi setelah keluarnya khabar dari kelompok negara-negara pengeskpor minyak (OPEC) mengenai jumlah produksi.
Berita yang beredar mengungkapkan bahwa OPEC telah memompa produksi cukup tinggi Sejak Agustus hingga September kemarin. Produksi minyak OPEC di 110 ribu barel per hari, lebih tinggi dibanding permintaan pada 2015 ini. Selain itu, pendorong tertekannya harga minyak juga karena stok minyak mentah di AS naik hampir 3 juta barel pada pekan lalu.
Selain itu, OPEC juga memperkirakan kalau permintaan minyak belum tentu jauh lebih tinggi pada 2016 dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Hal itu juga sebagai strategi untuk membuat harga minyak kembali tertekan sehingga memukul persediaan minyak AS.
Menteri perminyakan Kuwait Ali al-Omair mengatakan, pihaknya tidak ada niat untuk mengubah kebijakan produksi lebih rendah untuk mendukung harga pada 2016. Hal itu membuat sinyal kalau negara produsen minyak ingin tetap menjaga pangsa pasar.
"Lepasnya sanksi yang diberikan kepada Iran juga memberikan tekanan kepada harga minyak," jelas Broker Minyak dari PVM, David Hufton.
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga minyak juga tertekan seiring pelaku pasar mempertimbangkan prospek persediaan dan permintaan minyak dari laporan terbaru negara produsen minyak. Ditambah data perdagangan China merosot. (Gdn/Ahm)
Sumber : Liputan6
Tuesday 13 October 2015
Stok Minyak Mentah AS Terlihat Meningkat, Minyak Turun Ke 1 Minggu Terendah
BESTPROFIT FUTURES MALANG (14/10) - Minyak
turun ke terendahnya satu minggu di tengah spekulasi bahwa pasokan AS
tumbuh terkait dilakukannya pemeliharaan musiman atas kilang-kilangnya.
Minyak
West Texas Intermediate turun 0,9 persen. Administrasi Informasi Energi
mungkin akan melaporkannya pada Kamis ini bahwa stok minyak mentah AS
naik pada pekan ketiga setelah kilang-kilangnya mengurangi tingkat
operasi, menurut survei Bloomberg. Penyulingan biasanya merencanakan
pemeliharaan pada saat ini dalam tahun ini karena permintaan yang
berkurang pada akhir musim mengemudi di musim panas. Pasar global akan
tetap kelebihan pasokan pada 2016 karena melambatnya pertumbuhan
permintaan, Badan Energi Internasional mengatakan dalam sebuah laporan
Selasa.
Minyak
menguat di atas $ 50 per barel pada pekan lalu untuk pertama kalinya
sejak Juli, namun telah gagal untuk mempertahankan keuntungan di tengah
spekulasi bahwa pasar dapat tetap kelebihan pasokan. Perlambatan ekonomi
China mempengaruhi pertumbuhan global di tengah penurunan harga
komoditas pada tahun ini. OPEC telah memproduksi lebih dari 30 juta
barel kuota harian selama 16 bulan berturut-turut.
WTI
untuk pengiriman November turun 44 sen untuk menetap di $ 46,66 per
barel di New York Mercantile Exchange. Ini adalah penutupan terendahnya
sejak 5 Oktober lalu. Minyak berjangka naik sebesar 2,8 persen menjadi $
48,43 sepanjang sesi perdagangan. Volume semua minyak berjangka yang
diperdagangkan adalah 36 persen di atas rata-rata 100-harinya pada 02:50
siang.
Brent
untuk pengiriman November turun 62 sen, atau 1,2 persen, ke $ 49,24 per
barel di the London-based ICE Futures Europe exchange. Minyak mentah
acuan Eropa ditutup dengan premi $ 2,58 untuk WTI.
Pasokan
minyak mentah AS kemungkinan naik 2,58 juta barel pada pekan lalu,
menurut estimasi rata-rata dari 10 analis yang disurvei Bloomberg.
Persediaan sekitar 100 juta di atas rata-rata musiman lima tahunnya
dalam laporan pekan lalu.
Sumber: Bloomberg
Aussie Turun Di Bawah US73c
BESTPROFIT FUTURES MALANG (14/10) - Dolar Australia melemah pasca dirilisnya angka perdagangan internasional China yang lemah.
Pada 06:30 pagi (AEDT), mata uang Australia diperdagangkan pada US72.64c, turun dari US73.11c Selasa kemarin.
Pada Selasa sore, data ekonomi terbaru
menunjukkan bahwa impor China turun sebesar 20,4 persen dalam 12 bulan
sampai September terkait sektor properti negara tersebut yang tersendat,
sehingga mengarah ke efek knock-on untuk industri konstruksi penting.
S&P 500 Tergelincir Dari Tujuh Minggu Tertinggi
BESTPROFIT FUTURES MALANG (14/10) - Saham-saham
AS turun, dengan ekuitas tergelincir dari level tertinggi tujuh minggu,
karena pelemahan saham-saham industri di tengah lemahnya data impor
China dan meningkatnya penjualan dalam saham bioteknologi.
Ekuitas telah bertahan untuk bagian yang
lebih baik dari penutupan tiga hari ke level yang dicapai pada pekan
lalu, setelah menit pertemuan Federal Reserve menunjukkan pembuat
kebijakan berhati-hati tentang menaikkan suku bunga di tengah
kekhawatiran bahwa pelemahan ekonomi China bisa meluap. Perusahaan
transportasi menjadi hambatan dalam sektor industrial pada hari Selasa,
sementara Indeks Bioteknologi Nasdaq menuju dua minggu terendah.
Indeks Standard & Poor 500
tergelincir 0,7% ke level 2,003.77 pada pukul 04:00 sore di New York,
turun untuk pertama kalinya dalam lima sesi perdagangan.
Ekuitas meluncur pada awal perdagangan
setelah impor China turun untuk bulan sebelas, penurunan beruntun
terpanjang dalam enam tahun terakhir. Kekhawatiran tentang laju
pertumbuhan di China, bersama dengan ketidakpastian atas niat kebijakan The Fed, memicu penurunan musim panas yang menyapu sebanyak $ 14 triliun dari nilai ekuitas global.
Saham AS telah pulih sejak, menguat
sembilan dari 10 sesi sebelumnya dan naik 4,3% pada bulan Oktober,
sementara volatilitas merosot ke level terendah di bulan Agustus. Indeks
S&P 500 telah naik 7,3% dari titik terendahnya akibat aksi jual di
bulan Agustus yang mengirim indeks acuan ke koreksi pertama dalam empat
tahun
Sumber: Bloomberg
Indeks Berjangka Asia Turun Terkait Kecemasan Baru Atas Ekonomi China
BESTPROFIT FUTURES MALANG (14/10) - Kecemasan
baru yang muncul terhadap ekonomi China terus dirasakan di pasar
keuangan Rabu, dengan indeks saham berjangka AS dan Jepang melemah
begitu juga dengan tembaga dan mata uang Australia jelang rilisnya data
harga dari ekonomi terbesar di Asia.
Ekuitas
global memangkas reli terpanjangnya sejak Februari pada hari Selasa
karena saham Asia melemah dan indeks Standard & Poor 500 turun dari
level tertingginya tujuh minggu di tengah melemahnya impor di China.
Kontrak berjangka memprediksi penurunan saham lebih lanjut di Tokyo, dan
Seoul terkait ekuitas Australia yang memperpanjang penurunannya,
sementara yen berada di dekat level tertingginya 1 1/2-minggu. Aussie,
dengan China sebagai penentu arah ekonomi yang memberikan negara-negara
tersebut 'hubungan perdagangan, penurunan pada hari kedua setelah
menghentikan reli terpanjangnya sejak 2009. Tembaga berjangka turun
minyak diadakan di bawah $ 47 per barel.
Kekhawatiran atas China memicu kemerosotan terburuk pada kuartal lalu untuk ekuitas global sejak 2011.
Di
Jepang, indeks berjangka Nikkie 225 Stock Average ditawar turun sebesar
0,5 persen di pra-pasar Osaka ke 18.120, dengan yen pada 119,76 per
dolar setelah dua hari sebelumnya mengalami kenaikan. Kontrak pada
indeks yang berdenominasi yen sedikit berubah di 18.100 di Chicago,
setelah turun dari 1,4 persen pada sesi sebelumnya. Kontrak pada indeks
Kospi Korea Selatan turun 0,3 persen di sebagian besar perdagangan
baru-baru ini.
Indeks
Australia S & P / ASX 200 melemah 0,5 persen dalam beberapa menit
pertama perdagangan, jatuh untuk hari ketiga, terkait bank terbesar
kedua di negara itu mendorong suku bunga pinjaman- rumah, memicu
spekulasi pelonggaran. Selandia Baru melawan tren global, dengan Index S
& P / NZX 50 naik 0,4 persen kenaikan pada hari keempat secara
berturut-turut.
Di
Hong Kong, indeks berjangka pada Hang Seng dan Hang Seng China
Enterprises mengisyaratkan penguatan, naik setidaknya 0,1 persen
menyusul penurunannya pada sesi Selasa kemarin. Indeks berjangka FTSE
Cina A50 juga naik, naik 0,4 persen di sebagian besar perdagangan
baru-baru ini mengikuti penurunan pada dana yang diperdagangkan di bursa
terbesar AS yang menelusuri saham Cina Deutsche X-trackers Harvest CSI
300 China A-Shares ETF turun 0,5 persen sesi terakhir, setelah naik 3,7
persen di hari Senin lalu.
Sumber: Bloomberg
Bursa AS Berfluktuasi Setelah Investor Mengkaji Ulang Pelemahan Data China
BESTPROFIT FUTURES MALANG (14/10) - Bursa
saham AS berfluktuasi, dengan ekuitas menunjukkan ketahanan di dekat
tertinggi tujuh minggu, karena investor melihat pelemahan data ekonomi
China di masa lalu.
Saham-saham telah bertahan di level yang dicapai pada pekan lalu setelah menit pertemuan Federal Reserve,
yang menunjukkan para pembuat kebijakan berhati-hati tentang menaikkan
suku bunga di tengah kekhawatiran bahwa pelemahan ekonomi China bisa
meluap sampai ke saham komoditi AS, yang telah mendukung rebound bulan ini, naik pada hari Selasa untuk pertama kalinya dalam tiga sesi.
Indeks Standard & Poor 500 tergelincir 0,1% ke level 2,016.02 pada pukul 12:21 siang di New York, setelah sebelumnya turun sebanyak 0,6%. IndeksDow Jones Industrial Average menambahkan 2,81 poin menjadi 17,134.67. Indeks Dow sedang mencoba untuk melebarkan kemenangan beruntun ke terpanjangnya dalam lebih dari dua tahun. Nasdaq Composite Index sedikit berubah.
Impor
China turun untuk bulan ke-11, penurunan beruntun terpanjang dalam enam
tahun. Kekhawatiran tentang laju pertumbuhan ekonomi di China, bersama
dengan ketidakpastian atas niat kebijakan The Fed, memicu penurunan musim panas yang menyapu sebanyak $ 14 triliun dari nilai ekuitas global.
Saham-saham
AS telah pulih sejak, menguat di 9 dari 10 sesi sebelumnya dan naik 5%
pada bulan Oktober, sementara volatilitas merosot ke level terendah di
bulan Agustus. Indeks S&P 500 telah
naik 8% dari titik terendah aksi jual pada bulan Agustus yang mengirim
indeks acuan menuju koreksi pertama dalam empat tahun.(frk)
Sumber: Bloomberg
DYNAMIC DUO PERDAGANGAN BERJANGKA
Dalam industri Perdagangan Berjangka
Komoditi (PBK) dikenal istilah bilateral dan multilateral. Ala
bilateral (OTC, Over The Counter atau transaksi di luar bursa)
dikenal adanya Sistem Perdagangan Alternatif (SPA). Sementara ala
multilateral, kegiatannya berplatform exchange, berbentuk bursa.
Dalam ranah ekonomi, pasar adalah pertemuan antara supply dan demand.
Dalam definisi ekonomi, pasar tak harus berupa tempat fisik (eq. :
pasar senen, pasar minggu, dlsb.), namun lebih merupakan ajang
transaksional dimana ada “barang dan harga” yang disepakati oleh
penjual/pembeli. Dalam sejarah ekonomi, pasar ditrigger oleh
transaksi ala barter yang faktanya bilateral. Tanpa bilateral,
transaksi multilateral takkan hadir di bumi ini. Begitulah proses
evolusi terbentuknya pasar.
Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun
2011, yang merupakan hasil amandemen UU Nomor 32 tahun 1997 tentang
Perdagangan Berjangka Komoditi mengatur perihal legalitas jenis
instrumen yang boleh diperdagangkan dalam industri. Dalam UU
tersebut, baik transaksi ala bilateral maupun multilateral adalah
sesuatu yang halal legal. Tak ada sesuatu yang dilematis antara
transaksi bilateral dengan multilateral. Keduanya berperan besar
dalam memperbesar total kue industri PBK domestik. Jika ada yang
bersikap normatif dengan menilai keduanya adalah kontradiktif, maka
praktek transaksi ala OTC yang juga berlangsung dalam pasar efek
obligasi bahkan valas seharusnya juga disikapi pesimis dengan
mempertentangkan bilateral versus multilateral. Itu adalah sesuatu
yang absurd, obsolete, dan irelevan dalam konteks pengembangan pasar
secara khusus dan pembangunan ekonomi secara umum. Opini dan sikap
pengamat yang selalu mempertentangkan bilateral versus multilateral
inilah yang membuat potensi industri PBK di tanah air sulit
terealisir.
Dalam suatu event edukasi di Bursa
Berjangka Jakarta (Jakarta Future Exchange-JFX), tegas dinyatakan
bahwa transaksi multilateral merupakan sesuatu yang mirip dengan
transaksi bilateral, hanya saja berbeda dalam platform sistem dan
penyelenggaraannya. Yang berarti, antara kedua jenis transaksi ini,
perbedaannya lebih mengarah pada sesuatu yang bersifat operasional di
tingkat lapangan, bukan sesuatu yang harus disikapi penuh kontradiksi
di level normatif konstitusional. Memang dalam upaya pialang saat di
lapangan, prinsip KYC (know your customers) adalah sesuatu yang
necessary, yang membutuhkan
tingkat pengetahuan tertentu perihal kesesuaian antara risiko dari
produk investasi yang ditawarkan, serta profil nasabah yang ditawari
(yang berinvestasi).
Tak
bisa dipungkiri bahwa dalam perjalanan sejarah transaksi ala
bilateral, ada banyak muncul kasus. Namun hal itu tak berarti bahwa
transaksi multilateral jadi bebas kasus. Ranah PBK sedang menjalani
proses evolusi yang wajar dalam hal praktek pelaku di lapangan maupun
aspek konstitusionalnya. De facto dan de jure, transaksi bilateral
dan multilateral adalah dynamic duo yang membangun PBK.
Oleh
: Tumpal Sihombing
Chief
Research Officer
Bestprofit
Futures
Monday 12 October 2015
Bullish Minyak Memimpin Harga ke $ 50 per Barrel
BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/10) - Hedge fund berbalik paling bullish terhadap
minyak dalam tiga bulan terakhir, meningkatkan kepercayaan diri lebih
bahwa produsen cukup cepat menarik kembali untuk menurunkan kelebihan
pasokan.
Dengan
minyak AS yang mengambang mendekati $ 50 per barel setelah hampir tiga
bulan berada di level $ 40-an, manajer keuangan mendorong posisinet-long mereka di minyak mentah West Texas Intermediate sebesar 12% dalam pekan yang berakhir pada 6 Oktober, menurut data dari Commodity Futures Trading Commission. Longs, atau spekulasi bahwa harga akan menguat, naik ke level tertinggi dalam 14 minggu, sementara short turun. Investor juga meningkatkan spekulasi bullish mereka dalam acuan minyak Brent Eropa.
WTI naik 7,3% dalam laporan mingguan ke $ 48,53 per barel di New York Mercantile Exchange. WTI turun $ 2,53, atau 5,1%, untuk menetap di $ 47,10 pada hari Senin, penurunan terbesar sejak 1 September yang lalu.(frk)
Sumber: Bloomberg
Emas Naik ke 7-Minggu Tertinggi Terhadap Pelemahan Dolar
BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/10) - Emas
menguat ke level tertinggi dalam tujuh minggu, didorong akibat goyahnya
kepercayaan investor dalam dolar di tengah keraguan kenaikan suku bunga
AS tahun ini.
Bullion
naik dalam tiga dari empat minggu terakhir, rebound dari level terendah
lima tahun pada bulan Juli, terhadap spekulasi bahwa Federal Reserveakan
menahan diri dari pengetatan kebijakan moneter sampai tahun depan.
Kemungkinan dari kenaikan suku bunga pada bulan Desember turun menjadi
39% pada hari Senin, dari 59% di bulan sebelumnya, data berjangka
menunjukkan. Sementara itu Wakil Ketua The Fed Stanley
Fischer mengatakan pada hari Minggu bahwa ekonomi AS kemungkinan cukup
kuat untuk manahan kenaikan pada akhir tahun, investor dolar mengabaikan
komentarnya setelah indeks mata uang AS menyentuh level terendah tiga
minggu.
Emas
berjangka untuk pengiriman Desember naik 0,7% untuk menetap di $
1,164.50 per ons pada pukul 01:53 siang di New York, setelah mencapai
level $ 1,168.60, yang tertinggi sejak 24 Agustus.
Dalam pekan yang berakhir pada 6 Oktober lalu, manajer keuangan meningkatkan posisi net-long mereka
di emas, perak, platinum dan paladium selama seminggu berturut-turut,
membantu untuk meningkatkan reli untuk logam di tengah tanda-tanda
kelesuan dari pasar tenaga kerja AS, penurunan pesanan pabrik Jerman dan
perkiraan oleh Dana Moneter Internasional untuk ekspansi global yang
lebih lambat. Pada minggu yang sama, hedge fund dan manajer keuangan lainnya memangkas spekulasi bullish bersih pada dolar untuk setidaknya sejak September 2014, menurut data dari Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka di Washington.
Risalah dari pertemuan The Fed bulan
September yang dirilis Kamis lalu menunjukkan bahwa pembuat kebijakan
terbagi, yang berarti mereka tidak mungkin untuk menaikkan suku bunga
tahun ini, menurut Barclays Plc. Kenaikan pertama akan terjadi pada
bulan Maret, analis Feifei Li dan Nikolaos Sgouropoulos menulis dalam
sebuah laporan pada hari Senin. Fed-fund futures menunjukkan probabilitas 61% untuk pindah pada bulan Maret.
Perak berjangka juga menguat di Comex. Platinum berjangka menguat di New York Mercantile Exchange, sementara paladium turun.(frk)
Sumber: Bloomberg
Saham Asia di zona Merah Pasca Bursa Jepang Dibuka Kembali
BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/10) - Saham
Asia melemah, dengan indeks acuan regional ini turun dari level tujuh
minggu tertinggi, seiring melemahnya saham Jepang setelah liburan dan
investor menunggu data perdagangan China.
Indeks
MSCI Asia Pacific turun 0,3 persen ke level 133,76 pada pukul 09:00
pagi waktu Tokyo pasca meraih penutupan tertinggi pada hari Senin sejak
20 Agustus. Indeks Standard & Poor 500 naik untuk hari keempat pada
hari Senin menyusul spekulasi bank sentral global akan mempertahankan
stimulus , setidaknya sampai akhir tahun ini, menjadi dasar untuk
pemulihan dalam ekuitas. Seiring Data Selasa diperkirakan akan
menunjukkan kontraksi yang sedang berlangsung di ekspor dan impor China,
berpotensi menyalakan kembali kekhawatiran yang memicu volatilitas
kuartal terakhir atau memicu taruhan pada pelonggaran lebih lanjut.
Indeks
Topix Jepang turun 0,3 persen. Indeks Kospi Korea Selatan sedikit
berubah. S & P / Indeks NZX 50 Selandia Baru naik 0,3 persen. Indeks
Australia S & P / ASX 200 tergelincir 0,2 persen. Pasar di Cina dan
Hong Kong belum memulai perdagangan saat berita dini dikeluarkan. (sdm)
Sumber: Bloomberg
Liburan Berakhir, Indeks Topix Jepang Jatuh dari Level 6 Minggu Tertinggi
BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/10) - Saham
Jepang di zona merah, dengan indeks Topix tergelincir dari level
tertinggi dalam enam minggu, menyusul dibuka kembalinya perdagangan
setelah hari libur kemarin. Saham sektor energi mempimpin penunrunan
setlah merosotnya harga minyak.
Topix
turun 0,5 persen ke level 1,507.81 pada pukul 09:02 pagi waktu Tokyo,
dengan tiga saham jatuh untuk setiap dua yang naik. Indeks Nikkei 225
Stock Average turun 0,6 persen ke level 18,335.29. Kedua indeks itu
pekan lalu mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Juli. Yen
diperdagangkan pada level 120,04 per dolar setelah penguatan 0,2 persen
pada Senin.
E-mini
futures pada indeks Standard & Poor 500 sedikit berubah setelah
indeks yang mendasari naik 0,1 persen pada hari Senin, naik untuk hari
keempat di tengah pengurangan volume.
China
akan melaporkan data perdagangan hari ini, yang diperkirakan akan
menunjukkan kontraksi yang sedang berlangsung di ekspor dan impor,
berpotensi menyalakan kembali kekhawatiran yang memicu volatilitas
kuartal terakhir atau memicu taruhan pada pelonggaran lebih lanjut dari
bank sentral negara itu. (sdm)
Sumber: Bloomberg
Saham AS Ditutup Naik Jelang Laporan Laba Perusahaan Minggu Ini
BESTPROFIT FUTURES MALANG (13/10) - Saham
AS naik untuk hari keempat di tengah kenaikan pada retailer onlinenya
terkait Amazon.com Inc naik ke level tertingginya, dan investor menunggu
indikasi lebih lanjut dari negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di
dunia tersebut dari laporan pendapatan perusahaannya.
Ekuitas
bergerak dalam kisaran sempit di perdagangan ringan, dengan saham
konsumen mengambil peringkat teratasnya seiring produsen komoditas,
menjadi pemain terbaik di bulan Oktober, turun untuk hari kedua. Indeks S
& P 500 tetap berada di level tertingginya tujuh minggu, dengan
saham energi kehilangan momentum pasca mencatatkan reli terpanjangnya
dalam enam tahun terakhir pada Jumat kemarin.
Indeks
S & P 500 naik 0,1 persen menjadi 2,017.31 pada 04:00 sore di New
York, dengan ineks acuan di berpegang pada 8 titik ditengah hari paling
tenang dalam perdagangan sejak Juni lalu. Sebuah indeks volatilitas
memperpanjang penurunannya untuk 10 sesi berturut-turut, atau
terpanjangnya dalam enam tahun.
Keuntungan
pada perusahaan-perusahaan S & P 500 diproyeksikan telah turun
sebesar 7,2 persen pada kuartal ketiga, dengan perusahaan sektor energi
dan bahan baku yang menunjukkan penurunan tertajam, menurut perkiraan
analis yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Alcoa resmi menggebrak musim
pelaporan pada 8 Oktober, dengan penjualan dan keuntungan yang hilang
dari perkiraan. Sekitar 35 perusahaan pada S
& P 500 dijadwalkan untuk melaporkan hasil labanya pada minggu ini,
termasuk Johnson & Johnson, Intel Corp dan JPMorgan Chase &
Co.(mrv)
Sumber: Bloomberg
Sunday 11 October 2015
Canggih, Robot Lebah Ini Bisa Berubah jadi `Kapal Selam`
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/10) - Salah satu industri manufaktur robot telah menciptakan sebuah robot serangga berbentuk lebah. Robot yang diberi nama `RoboBees` ini diklaim menjadi robot paling kecil (seukuran lebah) yang tak hanya bisa terbang seperti lebah, namun juga bisa berenang dan berubah fungsi menjadi `kapal selam` mini.
Adalah salah satu lembaga dari Harvard University, Insitute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) dan International Conference of Intelligent Robot and Systems yang menjadi penggagas penciptaan robot berukuran mini ini.
Menurut informasi yang dilansir laman Tech Times, Senin (12/10/2015), para ilmuwan pencipta robot ini mengungkapkan bahwa konsep dasar pembuatan RoboBees tidak hanya diadaptasi dari cara alami lebah untuk hidup. Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan serangga aslinya, robot lebah ini bisa menjadi multifungsi karena dapat berenang di dalam air juga.
Robert Wood, kepala proyek RoboBees dari Harvard menjelaskan bahwa robot tersebut konon dirancang untuk menambah populasi lebah yang kini kian menurun.
"Kemampuan serangga seperti lebah yang bisa terbang secara mudah membuat kami berpikir untuk menciptakan sebuah sayap yang sama persis seperti milik mereka. Kami meneliti bagaimana cara transduksi sensorimotor sayap mereka bergerak dalam keadaaan aerodinamis yang tidak stabil," tutur Wood.
"Kini, kami juga menemukan inovasi untuk memanfaatkan kemampuan aerial robot mini ini di dalam air. Dengan menggunakan teknologi simulasi computational fluid dynamics (CFD), kami bisa membuat sayap robot lebah ini tetap bergerak dan membuatnya berenang di dalam air," tambahnya.
Lebih lanjut disebutkan Wood, dengan hadirnya kedua kemampuan yang telah diciptakan, robot lebah mini ini telah didemonstrasikan untuk pertama kalinya. Sebagai kesimpulan, mereka berpendapat bahwa cara robot ini menggerakkan sayapnya pada saat terbang dan berenang sangat mirip.
"Keduanya membutuhkan dorongan untuk terus menggerakkan sayapnya maju dan mudur. Nah, sekarang tinggal bagaimana kita mengatur kecepatan yang dibutuhkan robot ini ketika mereka sedang terbang atau berenang," pungkas Wood.
Sampai saat ini, RoboBees hanya memiliki satu kekurangan yakni dimana robot tersebut memiliki ukuran yang terlampau kecil. Hal tersebut membuatnya tidak mampu bertahan melawan arus air yang begitu besar dan mengakibatkan robot ini tenggelam.
(jek/isk)
Sumber : Liputan6
Adalah salah satu lembaga dari Harvard University, Insitute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) dan International Conference of Intelligent Robot and Systems yang menjadi penggagas penciptaan robot berukuran mini ini.
Menurut informasi yang dilansir laman Tech Times, Senin (12/10/2015), para ilmuwan pencipta robot ini mengungkapkan bahwa konsep dasar pembuatan RoboBees tidak hanya diadaptasi dari cara alami lebah untuk hidup. Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan serangga aslinya, robot lebah ini bisa menjadi multifungsi karena dapat berenang di dalam air juga.
Robert Wood, kepala proyek RoboBees dari Harvard menjelaskan bahwa robot tersebut konon dirancang untuk menambah populasi lebah yang kini kian menurun.
"Kemampuan serangga seperti lebah yang bisa terbang secara mudah membuat kami berpikir untuk menciptakan sebuah sayap yang sama persis seperti milik mereka. Kami meneliti bagaimana cara transduksi sensorimotor sayap mereka bergerak dalam keadaaan aerodinamis yang tidak stabil," tutur Wood.
"Kini, kami juga menemukan inovasi untuk memanfaatkan kemampuan aerial robot mini ini di dalam air. Dengan menggunakan teknologi simulasi computational fluid dynamics (CFD), kami bisa membuat sayap robot lebah ini tetap bergerak dan membuatnya berenang di dalam air," tambahnya.
Lebih lanjut disebutkan Wood, dengan hadirnya kedua kemampuan yang telah diciptakan, robot lebah mini ini telah didemonstrasikan untuk pertama kalinya. Sebagai kesimpulan, mereka berpendapat bahwa cara robot ini menggerakkan sayapnya pada saat terbang dan berenang sangat mirip.
"Keduanya membutuhkan dorongan untuk terus menggerakkan sayapnya maju dan mudur. Nah, sekarang tinggal bagaimana kita mengatur kecepatan yang dibutuhkan robot ini ketika mereka sedang terbang atau berenang," pungkas Wood.
Sampai saat ini, RoboBees hanya memiliki satu kekurangan yakni dimana robot tersebut memiliki ukuran yang terlampau kecil. Hal tersebut membuatnya tidak mampu bertahan melawan arus air yang begitu besar dan mengakibatkan robot ini tenggelam.
(jek/isk)
Sumber : Liputan6
'Dapur' Penyokong Ekonomi Negara
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/10) - Bagian mana dalam sebuah rumah merupakan tempat paling penting bagi kelangsungan anggota keluarga? Tentu saja dapur, kenapa? karena dapur ialah tempat untuk meracik bermacam hidangan sebelum disuguhkan kepada seluruh anggota keluarga sebagai sumber energi untuk melakukan segala aktivitas.
Dalam proses memasaknya pun tentu ada orang yang ahli sebagai pengawas, dalam hal ini Chef sebagai pemimpin dapur bertugas akan mengawasi kerja seluruh juru masak yang terlibat di dapur, karena dalam proses memasak tak boleh sembarangan. Hal Itu bertujuan supaya makanan dihidangkan tak hanya lezat tapi juga sehat. Kiranya seperti itulah gambaran Sektor Hulu Migas sebagai sebuah dapur negara.
Dalam penanganan minyak dan gas tanah air dibagi dalam dua bagian besar, yaitu ujung permulaannya disebut Hulu (Up stream), sementara ujung akhirnya disebut Hilir (Down Stream). Pada bagian hulu inilah negara memiliki peran sebagai pemilik kedaulatan yang diwakili oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai pemimpin 'dapur'.
SKK Migas bertugas memastikan semua proses yang dilakukan oleh para 'juru masak' terlibat (baca: Perusahaan Migas)berjalan sebagaimana mestinya. Sebagai lembaga yang berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, SKK Migas berperan sebagai regulator dan pengawas, penentu cost recovery kontraktor kontrak karya migas. Artinya, memiliki tugas dalam mengurusi berbagai kebijakan di sektor minyak dan gas.
Tujuannya, agar pengambilan sumber daya alam milik negara tersebut dapat memberikan manfaat dan penerimaan maksimal untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. SKK Migas juga bertujuan menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha Eksplorasi dan Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan atas Minyak dan Gas Bumi milik negara yang strategis sebagai energi tidak terbarukan melalui mekanisme yang terbuka dan transparan.
Dengan daya saing tinggi, nantinya diharapkan dapat mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional. Karena itulah dalam menjalankan perannya SKK Migas senantiasa membutuhkan kepercayaan serta dukungan penuh dari masyarakat Indonesia.
(Adv)
Sumber : Liputan6
Dalam proses memasaknya pun tentu ada orang yang ahli sebagai pengawas, dalam hal ini Chef sebagai pemimpin dapur bertugas akan mengawasi kerja seluruh juru masak yang terlibat di dapur, karena dalam proses memasak tak boleh sembarangan. Hal Itu bertujuan supaya makanan dihidangkan tak hanya lezat tapi juga sehat. Kiranya seperti itulah gambaran Sektor Hulu Migas sebagai sebuah dapur negara.
Dalam penanganan minyak dan gas tanah air dibagi dalam dua bagian besar, yaitu ujung permulaannya disebut Hulu (Up stream), sementara ujung akhirnya disebut Hilir (Down Stream). Pada bagian hulu inilah negara memiliki peran sebagai pemilik kedaulatan yang diwakili oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai pemimpin 'dapur'.
SKK Migas bertugas memastikan semua proses yang dilakukan oleh para 'juru masak' terlibat (baca: Perusahaan Migas)berjalan sebagaimana mestinya. Sebagai lembaga yang berada di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, SKK Migas berperan sebagai regulator dan pengawas, penentu cost recovery kontraktor kontrak karya migas. Artinya, memiliki tugas dalam mengurusi berbagai kebijakan di sektor minyak dan gas.
Tujuannya, agar pengambilan sumber daya alam milik negara tersebut dapat memberikan manfaat dan penerimaan maksimal untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. SKK Migas juga bertujuan menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha Eksplorasi dan Eksploitasi secara berdaya guna, berhasil guna, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan atas Minyak dan Gas Bumi milik negara yang strategis sebagai energi tidak terbarukan melalui mekanisme yang terbuka dan transparan.
Dengan daya saing tinggi, nantinya diharapkan dapat mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional untuk lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional. Karena itulah dalam menjalankan perannya SKK Migas senantiasa membutuhkan kepercayaan serta dukungan penuh dari masyarakat Indonesia.
(Adv)
Sumber : Liputan6
Laju IHSG Diprediksi Bervariasi Sambut Awal Pekan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/10) - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bervariasi pada awal pekan ini. Sentimen nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan menunggu hasil data ekonomi makro pada pekan ini mempengaruhi laju IHSG.
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan IHSG akan bervariasi dengan kisaran resistance 4.650 dan support 4.550. Saat ini pelaku pasar masih menunggu sentimen baru di pasar modal. Akan tetapi, sentimen positif yang mengangkat IHSG antara lain kenaikan harga minyak dunia dan kondisi bursa saham regional positif.
"Pelaku pasar juga menanti rilis suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate dan neraca perdagangan. Diprediksi neraca perdagangan masih surplus," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Senin (12/10/2015).
Satrio juga memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih membayangi IHSG. Meski rupiah ada tren penguatan dalam jangka pendek tak terlalu besar. "Saat ini ada harapan BI dapat menurunkan suku bunganya," tambah Satrio.
Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya mengatakan, IHSG berpotensi membentuk level resistance 4.749 dalam waktu dekat. Hal itu terjadi bila level support 4.484 dapat dipertahankan dengan baik.
"Optimisme mulai terbentuk dalam perbaikan ekonomi yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi berpotensi untuk mendorong IHSG mengaut. Apalagi dalam jangka pendek IHSG sudah terkonfirmasi uptren," kata William.
Untuk rekomendasi saham, William memilih saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) untuk dicermati pelaku pasar.
Sedangkan Satrio memilih saham perbankan dan konstruksi untuk dicermati pelaku pasar. Saham-saham bank jadi pilihannya seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk.
"Kalau saham konstruksi melihat penyelesaian rights issue PT Adhi Karya Tbk, kita lihat bagaimana pergerakan saham PT Adhi Karya Tbk usai rights issue," kata Satrio. (Ahm/Igw)
Sumber : Liputan6
Kepala Riset PT Universal Broker Securities, Satrio Utomo menuturkan IHSG akan bervariasi dengan kisaran resistance 4.650 dan support 4.550. Saat ini pelaku pasar masih menunggu sentimen baru di pasar modal. Akan tetapi, sentimen positif yang mengangkat IHSG antara lain kenaikan harga minyak dunia dan kondisi bursa saham regional positif.
"Pelaku pasar juga menanti rilis suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate dan neraca perdagangan. Diprediksi neraca perdagangan masih surplus," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com, yang ditulis Senin (12/10/2015).
Satrio juga memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih membayangi IHSG. Meski rupiah ada tren penguatan dalam jangka pendek tak terlalu besar. "Saat ini ada harapan BI dapat menurunkan suku bunganya," tambah Satrio.
Sementara itu, Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya mengatakan, IHSG berpotensi membentuk level resistance 4.749 dalam waktu dekat. Hal itu terjadi bila level support 4.484 dapat dipertahankan dengan baik.
"Optimisme mulai terbentuk dalam perbaikan ekonomi yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi berpotensi untuk mendorong IHSG mengaut. Apalagi dalam jangka pendek IHSG sudah terkonfirmasi uptren," kata William.
Untuk rekomendasi saham, William memilih saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) untuk dicermati pelaku pasar.
Sedangkan Satrio memilih saham perbankan dan konstruksi untuk dicermati pelaku pasar. Saham-saham bank jadi pilihannya seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk.
"Kalau saham konstruksi melihat penyelesaian rights issue PT Adhi Karya Tbk, kita lihat bagaimana pergerakan saham PT Adhi Karya Tbk usai rights issue," kata Satrio. (Ahm/Igw)
Sumber : Liputan6
Rilis Paket Kebijakan Ekonomi Bayangi IHSG Sepekan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/10) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih melanjutkan penguatan pada perdagangan saham sepekan. Penguatan indeks saham ditopang oleh paket kebijakan ekonomi yang dirilis oleh pemerintah.
"Ada dana masuk di saham berhubungan program paket II dan III," kata Analis PT Waterfront Securities Oktavianus Marbun kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Dalam paket kebijakan ekonomi jilid III tersebut, menurut Oktavianus memudahkan emiten untuk melakukan ekspansi. Apalagi, paket itu juga mencantumkan penurunan harga solar yang memangkas beban para emiten.
"Karena yang dulu, sebelumnya industri agak tinggi di solar," tambah Oktavianus.
Penguatan IHSG juga ditopang oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan menunda kenaikan suku bunga acuan pada 2015. Alhasil, dolar AS pun kembali ke negara-negara berkembang.Oktavinuas memprediksi, IHSG bergerak pada support 4.509 dan resistance pada level 4.597.
Kepala Riset NH Korindo Securities, Reza Priyambada mengatakan, IHSG berada pada level support 4.235-4.385 sedangkan resistance pada 4.600-4.676.
Dia mengatakan, setelah melewati target resistance 4.245-4.300 pada pekan lalu serta adanya aksi beli membuat IHSG tertahan pelemahannya. Melihat kondisi tersebut, Reza bilang IHSG pekan ini masih berpeluang kembali menguat.
"Dengan membaiknya sentimen maka IHSG pun kembali berpeluang menguat kembali. Asalkan juga didukung oleh pelaku pasar yang dapat kembali melanjutkan aksi belinya yang tentunya harus didukung dengan rilis data-data ekonomi dan sentimen yang diharapkan dapat lebih positif," kata dia dalam risetnya.
Untuk saham, Oktavianus merekomendasikan PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT PP Tbk (PTPP), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatatkan penguatan sebesar 9,08 persen selama sepekan dari level 4.207,79 pada 2 Oktober 2015 menjadi 4.589,34 pada 9 Oktober 2015.(Amd/Ahm)
Sumber : Liputan6
"Ada dana masuk di saham berhubungan program paket II dan III," kata Analis PT Waterfront Securities Oktavianus Marbun kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Dalam paket kebijakan ekonomi jilid III tersebut, menurut Oktavianus memudahkan emiten untuk melakukan ekspansi. Apalagi, paket itu juga mencantumkan penurunan harga solar yang memangkas beban para emiten.
"Karena yang dulu, sebelumnya industri agak tinggi di solar," tambah Oktavianus.
Penguatan IHSG juga ditopang oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan menunda kenaikan suku bunga acuan pada 2015. Alhasil, dolar AS pun kembali ke negara-negara berkembang.Oktavinuas memprediksi, IHSG bergerak pada support 4.509 dan resistance pada level 4.597.
Kepala Riset NH Korindo Securities, Reza Priyambada mengatakan, IHSG berada pada level support 4.235-4.385 sedangkan resistance pada 4.600-4.676.
Dia mengatakan, setelah melewati target resistance 4.245-4.300 pada pekan lalu serta adanya aksi beli membuat IHSG tertahan pelemahannya. Melihat kondisi tersebut, Reza bilang IHSG pekan ini masih berpeluang kembali menguat.
"Dengan membaiknya sentimen maka IHSG pun kembali berpeluang menguat kembali. Asalkan juga didukung oleh pelaku pasar yang dapat kembali melanjutkan aksi belinya yang tentunya harus didukung dengan rilis data-data ekonomi dan sentimen yang diharapkan dapat lebih positif," kata dia dalam risetnya.
Untuk saham, Oktavianus merekomendasikan PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT PP Tbk (PTPP), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatatkan penguatan sebesar 9,08 persen selama sepekan dari level 4.207,79 pada 2 Oktober 2015 menjadi 4.589,34 pada 9 Oktober 2015.(Amd/Ahm)
Sumber : Liputan6
RI Banjir Dolar, Rupiah Bisa Makin Perkasa ke 13.000
BESTPROFIT FUTURES MALANG (12/10) - Penguatan nilai tukar rupiah diprediksi bakal berlanjut hingga berpeluang menembus level 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Potensi ini terbuka sangat besar mengingat Indonesia sedang kebanjiran dana dari pihak asing yang masuk melalui pasar modal.
Pengamat Valas, Farial Anwar, hampir seluruh nilai mata uang negara berkembang mengalami apresiasi karena pelemahan dolar AS, termasuk rupiah. Kondisi tersebut, dinilai merupakan momentum positif bagi Bank Indonesia (BI) untuk menahan penguatan rupiah.
"Nilai dolar AS memang sudah sangat tinggi, jadi BI harus berupaya jangan sampai rupiah balik lagi ke 14 ribu per dolar AS. Karena BI sudah ditolong pasar lho (asing masuk)," jelas dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Lebih jauh dia menerangkan, BI harus menargetkan kurs rupiah bisa bertahan menguat di level 13.500 per dolar AS. Pasalnya [potensi nilai tukar rupiah](2337260"") untuk terus terapresiasi sangat besar. Farial meramalkan, dolar AS bisa melemah hingga level Rp 13.000.
"Rupiah sekarang kan sudah 13.400, jadi dikunci atau ditargetkan 13.500 per dolar AS. Karena sangat memungkinkan, rupiah semakin menguat dan tembus 13.000 per dolar AS," tegasnya.
Farial beralasan, harapan besar itu datang dari derasnya aliran dana asing yang masuk ke Indonesia sejak awal Oktober lalu dengan nilai sekira Rp 3 triliun sampai dengan hari ini.
Investor melakukan pembelian saham di pasar modal, sehingga berhasil mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Karena saham kita sedang murah, investor jual dolar AS buat beli saham. Jadi kita banjir dolar sekarang sebab asing sedang menyerbu masuk lagi ke Indonesia seiring meredanya spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS," tutur dia.
Melihat kinerja pasar uang Indonesia, terutama nilai tukar rupiah sejak 2 Oktober 2015 semakin bersinar. Tak butuh waktu lama untuk rupiah menguat sampai lebih dari Rp 1.000 dalam kurun waktu sepekan.
Menurut Farial, penguatan rupiah dan mata uang negara berkembang lain ditopang karena spekulasi penyesuaian Fed Fund Rate berangsur-angsur surut.
Dia memperkirakan The Federal Reserves akan menunda realisasi kebijakan ini mengingat realisasi data pengangguran AS yang tidak sesuai ekspektasi.
"Penguatan rupiah didominasi faktor eksternal, terutama spekulasi The Fed mereda. Data pengangguran AS 220 ribu orang, tapi yang terserap (bekerja) hanya 141 ribu orang, sehingga menunjukkan bahwa ekonomi AS belum
sepenuhnya membaik. Di tengah devaluasi Yuan, perkiraan kenaikan suku bunga AS kemungkinan tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat," paparnya.
Kendati demikian, dia bilang, Indonesia masih akan menghadapi kondisi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini, terutama maju mundurnya kenaikan Fed Fund Rate.
"The Fed seperti main tebak-tebakkan. Kita bisa jungkir balik karena kebijakan AS tersebut, ini kan konyol, masa setiap menjelang pertemuan FOMC, kita terombang ambing terus. Jadi pemerintah dan BI harus menjaga momentum penguatan ini," harap Farial. (Fik/Ndw)
Sumber : Liputan6
Pengamat Valas, Farial Anwar, hampir seluruh nilai mata uang negara berkembang mengalami apresiasi karena pelemahan dolar AS, termasuk rupiah. Kondisi tersebut, dinilai merupakan momentum positif bagi Bank Indonesia (BI) untuk menahan penguatan rupiah.
"Nilai dolar AS memang sudah sangat tinggi, jadi BI harus berupaya jangan sampai rupiah balik lagi ke 14 ribu per dolar AS. Karena BI sudah ditolong pasar lho (asing masuk)," jelas dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Lebih jauh dia menerangkan, BI harus menargetkan kurs rupiah bisa bertahan menguat di level 13.500 per dolar AS. Pasalnya [potensi nilai tukar rupiah](2337260"") untuk terus terapresiasi sangat besar. Farial meramalkan, dolar AS bisa melemah hingga level Rp 13.000.
"Rupiah sekarang kan sudah 13.400, jadi dikunci atau ditargetkan 13.500 per dolar AS. Karena sangat memungkinkan, rupiah semakin menguat dan tembus 13.000 per dolar AS," tegasnya.
Farial beralasan, harapan besar itu datang dari derasnya aliran dana asing yang masuk ke Indonesia sejak awal Oktober lalu dengan nilai sekira Rp 3 triliun sampai dengan hari ini.
Investor melakukan pembelian saham di pasar modal, sehingga berhasil mengangkat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Karena saham kita sedang murah, investor jual dolar AS buat beli saham. Jadi kita banjir dolar sekarang sebab asing sedang menyerbu masuk lagi ke Indonesia seiring meredanya spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS," tutur dia.
Melihat kinerja pasar uang Indonesia, terutama nilai tukar rupiah sejak 2 Oktober 2015 semakin bersinar. Tak butuh waktu lama untuk rupiah menguat sampai lebih dari Rp 1.000 dalam kurun waktu sepekan.
Menurut Farial, penguatan rupiah dan mata uang negara berkembang lain ditopang karena spekulasi penyesuaian Fed Fund Rate berangsur-angsur surut.
Dia memperkirakan The Federal Reserves akan menunda realisasi kebijakan ini mengingat realisasi data pengangguran AS yang tidak sesuai ekspektasi.
"Penguatan rupiah didominasi faktor eksternal, terutama spekulasi The Fed mereda. Data pengangguran AS 220 ribu orang, tapi yang terserap (bekerja) hanya 141 ribu orang, sehingga menunjukkan bahwa ekonomi AS belum
sepenuhnya membaik. Di tengah devaluasi Yuan, perkiraan kenaikan suku bunga AS kemungkinan tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat," paparnya.
Kendati demikian, dia bilang, Indonesia masih akan menghadapi kondisi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini, terutama maju mundurnya kenaikan Fed Fund Rate.
"The Fed seperti main tebak-tebakkan. Kita bisa jungkir balik karena kebijakan AS tersebut, ini kan konyol, masa setiap menjelang pertemuan FOMC, kita terombang ambing terus. Jadi pemerintah dan BI harus menjaga momentum penguatan ini," harap Farial. (Fik/Ndw)
Sumber : Liputan6
Thursday 8 October 2015
Emas Hapus Penurunan Terkait Risalah Pertemuan The Fed
BESTPROFIT FUTURES MALANG (9/10) - Harga emas
hapus penurunannya pasca risalah dari pertemuan terakhir The Fed yang
menunjukkan kutipan dari pembuat kebijakan mengenai risiko global untuk
pertumbuhan ekonomi, terutama dari China, ketika mereka menunda
menaikkan suku bunganya bulan lalu.
Para pejabat "mengantisipasi bahwa
perkembangan global baru-baru ini kemungkinan akan memberikan tekanan
lebih lanjut ke bawah tentang inflasi dalam waktu dekat," menurut
risalah pertemuan sesi Komite Pasar Terbuka Federal pada 16-17 September
lalu, yang dirilis Kamis di Washington. Namun, para pembuat kebijakan
terus mengatakan bahwa mereka berada di jalur untuk menaikkan tingkat
suku bunganya yang ditargetkan akhir tahun ini.
Bullion menuju kenaikan mingguan
ketiganya dalam empat minggu terakhir terkait gejolak pertumbuhan
ekonomi AS yang meningkatkan spekulasi bahwa The Fed dapat menunggu
sampai tahun depan sebelum pengetatan kebijakan moneter. Tingkat suku
bunga yang lebih tinggi mengekang daya tarik emas dengan membuatnya
kurang kompetitif untuk aset yang membayar imbal hasil, seperti
obligasi. Ancaman untuk ekspansi Amerika dari perlambatan global juga
dapat menghidupkan kembali minat pada logam sebagai save heaven. Harga
telah berada di bear market sejak 2013 karena investor kehilangan
kepercayaan dalam logam sebagai penyimpan nilai.
Emas untuk pengiriman cepat naik 0,4
persen menjadi $ 1,149.63 per ons pada 2:07 siang waktu New York. Harga
turun sebesar 0,8 persen jelang dirilisnya risalah pertemuan
tersebut.(mrv)
Sumber: Bloomberg
Saham Jepang Menuju Kenaikan Mingguan Terbesar Pasca Pertemuan The Fed
BESTPROFIT FUTURES MALANG (9/10) - Saham
Jepang naik, bersiap untuk kenaikan mingguan terbesar sejak Juli lalu,
setelah risalah pertemuan Federal Reserve yang menunjukkan bahwa bank
sentral tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga.
Indeks Topix naik 1 %
ke level 1,496.15 pada pukul 09:02 pagi waktu Tokyo, menuju kenaikan
mingguan sebesar 3,5 %. Indeks Nikkei 225 Stock Average menguat 1 % ke
level 18,312.71. Saham global mengalami kenaikan untuk hari kedelapan
setelah harga minyak mencapai level $ 50 per barel untuk pertama kalinya
sejak bulan Juli seiring pejabat The Fed mencatat bahwa sementara
pertumbuhan ekonomi AS terus membaik, gejolak pasar dan ancaman
pelemahan di luar negeri menjadi alasan untuk tetap menjaga kenaikan
suku bunga mendekati nol.
Risalah pertemuan
Federal Open Market Committee (FOMC) pada 16-17 September lalu yang
menunjukkan pembuat kebijakan yakin terhadap perekonomian AS terkait
tingkat pengangguran, belanja konsumen dan penjualan disektor perumahan
hasilnya menggembirakan. Namun, ancaman dari luar negeri cukup bagi para
pejabat untuk menunda kenaikan suku bunga di tengah kekhawatiran bahwa
pertumbuhan ekonomi China melambat yang akan membebani pasar negara
berkembang, sehingga penguatan dolar dan menyeret perlambatan ekonomi
seiring menurunnya ekspor AS.
Spekulasi pembuat
kebijakan akan menahan diri dari pengetatan kebijakan tahun ini memicu
peningkatan permintaan untuk aset berisiko seperti minyak dan ekuitas.
Indeks MSCI All-Country World naik untuk hari kedelapan pada hari Jumat,
menuju pekan terbaiknya sejak November 2012.
Kontrak E-mini pada
Indeks Standard & Poor 500 turun tipis kurang dari 0,1 % setelah
indeks yang mendasari ditutup di atas level 2.000 untuk pertama kalinya
sejak aksi jual pada pertengahan Agustus lalu. (knc)
Sumber : Bloomberg
Saham Asia Bersiap Catat Penguatan Mingguan Terbaik Pasca Rilis Risalah The Fed
BESTPROFIT FUTURES MALANG (9/10) - Saham
Asia menguat mengirim indeks acuan regional menuju kenaikan mingguan
terbesar sejak Desember 2011 lalu didorong rally saham AS pasca rilis
risalah pertemuan terbaru Federal Reserve yang menunjukkan bank sentral
tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga. Saham Perusahaan
energi memimpin kenaikan seiring minyak menuju kenaikan mingguan
tertajam sejak Agustus lalu.
Indeks
MSCI Asia Pacific naik sebesar 0,7 persen ke level 132,13 pukul 09:00
pagi di Tokyo, bersiap untuk catat reli sebesar 4,6 persen pekan ini.
Sementara pejabat The Fed mencatat perekonomian AS terus membaik, komite
memutuskan untuk menunggu data tambahan guna mengkonfirmasikan prospek
pertumbuhan, menurut risalah. Para pejabat mengutip risiko penurunan
telah meningkat, terutama dari China, sementara itu, mereka tetap berada
di jalur untuk meningkatkan suku bunga tahun ini. Kemungkinan The Fed
menaikan suku bunga pada tahun 2015 telah jatuh di bawah 50 persen,
menurut data berjangka, pasca laporan pekerjaan AS lebih lemah dari
perkiraan pekan lalu.
Indeks
Topix Jepang naik sebesar 1,1 persen. Indeks S&P/NZX 50 Selandia
Baru meningkat sebesar 0,7 persen, dan Indeks Australia S&P/ASX 200
menguat 1,1 persen. Pasar finansial di Korea Selatan dan Taiwan ditutup
untuk liburan hari Jumat, sedangkan di China dan Hong Kong belum memulai
perdagangannya.
Indeks
Shanghai Composite melonjak sebesar 3 persen pada Kamis seiring
dilanjutkan kembali perdagangan pasca libur selama sepekan dan investor
berspekulasi pemerintah China akan mengambil langkah-langkah lebih untuk
meningkatkan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut. Indeks FTSE
Cina A50 berjangka naik sebesar 0,8 persen di sebagian besar
perdagangan terakhir, sementara kontrak pada indeks Hang Seng China
Enterprises di Hong Kong menguat sebesar 0,4 persen. (izr)
Sumber: Bloomberg
Indeks Berjangka Asia Indikasikan Gain Dengan Minyak Dekati $ 50
BESTPROFIT FUTURES MALANG (9/10) - Indeks
berjangka Asia meramalkan gain di hari hari kedepan untuk saham di zona
ini, dengan ekuitas global berada di jalur untuk pekan terbaiknya sejak
2012 di tengah bangkitnya minyak. Kurang baik untuk dolar, yang
mendekam mendekati tiga pekan terakhir terhadap mata uang utama setelah
risalah dari pertemuan terakhir Federal Reserve pejabat menunjukkan
bagaimana kekuatan mata uang meredam inflasi dan yang tumbuhnya risiko
global mendorong kenaikan bunga tarif suku bunga di September. Tembaga
berjangka reli
Indeks
S & P / ASX 200 naik 0,6% di sesi pembukaan di Sydney, ditetapkan
untuk peningkatan mingguan 3,7%, sementara Indeks S & P / NZX 50
Selandia Baru, indeks saham utama pertama yang memulai trading setiap
hari di zona Asia, naik 0,6%, menuju kenaikan 1,2% pada pekan ini.
Nikkei 225 Stock Average berjangka naik 0,8% menjadi 18.250 di pre-market Osaka.
Indeks
Berjangka pada Hang Seng dan Hang Seng China Enterprises di Hong Kong
naik setidaknya 0,3%. Pasar China kembali diperdagangkan Kamis untuk
pertama kalinya dalam seminggu, dengan Indeks Composite Shanghai naik
3%, investor telah melihat Enterprises gauge, yang menelusuri saham
China yang terdaftar di Hong Kong, naik 11% pada periode diluar China.
Sementara
Indeks FTSE China A50 berjangka naik 0,8% dalam perdagangan terakhir,
ETF AS terbesar, yang menelusuri saham China AS pada Kamis di New York,
turun 1,3% dari tujuh pekan tertinggi.
Pasar
saham di Taiwan dan Korea Selatan ditutup untuk liburan hari Jumat,
dengan data pinjaman rumah Australia jatuh tempo dan Filipina karena
untuk merilis data ekspor. Thailand akan memperbarui pada cadangan
devisa.(yds)
Sumber: Bloomberg
Saham AS Ditutup Naik Ditengah Risalah The Fed Terkait Reli Pada Saham Komoditi
BESTPROFIT FUTURES MALANG (9/10) - Saham AS
naik karena risalah The Fed merefleksikan kehati-hatian atas kenaikan
suku bunga terkait membaiknya ekonomi, lebih meningkatkan produsen
komoditas.
risalah tersebut memperahankan harapan
untuk mendorong kenaikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi ke tahun
depan, melemahnya dolar dan meningkatkan sektor energi, bahan baku dan
perusahaan industri di tengah spekulasi bahwa mata uang AS yang lebih
lemah akan mengangkat keuntungan mereka. Ketiga kelompok industri
menguat setidaknya 1,4 persen pada Kamis ini.
Indeks Standard & Poor 500 naik 0,9
persen menjadi 2,013.40 pada 04:00 sore di New York, naik di atas
tingkat di mana reli baru-baru ini telah terhenti.
Keputusan The Fed pada 17 September lalu
untuk tidak menaikkan suku bunga menyentak investor, terkait kutipan
bank sentral mengenai gejolak pasar global dan perlambatan di China
sebagai alasan untuk berdiam. Ekuitas melemah di tujuh dari delapan sesi
pasca pertemuan, dengan indeks S & P 500 mengalami penurunann
sampai 5,7 persen.
Produsen komoditas dan saham industri
mencapai reli terkuat mereka pada tahun ini sementara dolar telah
merosot sejak yang lebih lemahnya perkiraan dari data pekerja di bulan
September mengatur kembali harapan untuk tingkat yang lebih tinggi.
Bloomberg Dollar Index menuju tiga minggu terendahnya. manfaat
industrials dari lemahnya nilai mata uang adalah ketika pendapatan luar
negeri mereka dikonversi kembali ke dolar, sementara komoditas dalam
mata uang AS yang lebih rendah lebih menarik.
Sebuah laporan hari ini menunjukkan
pengajuan untuk tunjangan pengangguran turun pekan lalu ke level
terendahnya sejak pertengahan Juli, memperpanjang laju aplikasi dekat
posisi terendahnya dalam satu dekade terakhir yang menunjukkan bahwa
pemutusan hubungan kerja akan tetap di periksa. Manajer enggan untuk
memangkas tingkat staf karena permintaan domestik yang masih memegang
peranan dalam menghadapi berkurangnya harapan pertumbuhan global.(mrv)
Sumber: Bloomberg
Wednesday 7 October 2015
Investor Tunggu Pembukaan Bursa China Kirim Sebagian Besar Saham Jepang Jatuh
BESTPROFIT FUTURES MALANG (8/10) - Sebagian
besar saham Jepang turun seiring laporan menunjukkan pesanan mesin
Jepang tiba-tiba menyusut pada bulan Agustus dan karena investor
menunggu pembukaan kembali pasar finansial China pasca libur selama
seminggu.
Indeks
Topix tergelincir sebesar 0,2 persen ke level 1,489.92 pukul 09:02 di
Tokyo seiring dengan dua saham jatuh untuk setiap saham yang naik.
Indeks Nikkei 225 Stock Average turun sebesar 0,1 persen ke level
18,301.18. Indeks MSCI All-Country World melonjak sebesar 1 persen pada
Rabu untuk mencatat penguatan hari keenam, kenaikan terpanjang sejak
April lalu. Pasar finansial China dibuka kemabli untuk pertama kalinya
sejak 30 September lalu untuk liburan, saham China yang diperdagangkan
di Hong Kong naik sebesar 11 persen.
Saham
global rebound dari kuartalan terburuk sejak 2011 lalu akibat
meningkatnya sepkulasi Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga AS
mendekati nol mendorong permintaan untuk aset yang menguntungkan ketika
harga murah. Pasar finansial Shanghai kembali dibuka pukul 10.30 pagi
waktu Tokyo. (izr)
Sumber: Bloomberg
Saham Asia Naik Seiring Bursa China Dibuka Kembali Pasca Liburan
BESTPROFIT FUTURES MALANG (8/10) - Saham
Asia naik untuk hari ketujuh, setelah menguatnya saham AS, dengan pasar
China dibuka kembali pasca liburan selama seminggu yang melihat reli
pada ekuitas global.
Indeks MSCI Asia
Pacific naik 0,2 % ke level 131,95 pada pukul 09:00 pagi waktu Tokyo,
menuju level tertingginya dalam hampir 7 minggu terakhir. Pasar
perdagangan China, yang memicu gejolak global pada Agustus lalu, akan
diperdagangkan untuk pertama kalinya sejak 30 September. Indeks Hang
Seng China Enterprises, yang mengukur saham China daratan yang
diperdagangkan di Hong Kong, telah melonjak 11 % dengan saham di seluruh
dunia membukukan reli terpanjang sejak bulan April. Investor
berspekulasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga
mendekati nol dalam jangka waktu yang lebih lama, meningkatkan
permintaan untuk aset yang menguntungkan karena dana pinjaman murah.
Kemungkinan The Fed
akan menaikan suku bunga pada tahun 2015 telah jatuh di bawah 50 %
setelah melemahnya laporan pekerjaan AS tidak sesuai dengan perkiraan
pekan lalu, yang dapat menekan kasus The Fed untuk menaikkan suku bunga
tahun ini.
Indeks Topix Jepang
turun 0,1 %. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,5 %. Indeks Australia
S&P / ASX 200 menguat 0,9 %. Indeks S&P / Indeks NZX 50 Selandia
Baru sedikit berubah. Sedangkan pasar perdagangan di China dan Hong
Kong belum dibuka. (knc)
Sumber : Bloomberg
Indeks Berjangka Asia Bervariasi Ditengah Reli Saham Terkait Kembalinya Pasar China
BESTPROFIT FUTURES MALANG (8/10) - Indeks
berjangka Asia bervariasi dengan kembalinya pasar China daratan setelah
pasca melewatkan reli pada ekuitas global karena hari liburnya selama
sepekan terakhir kemarin.
Sementara
Indeks berjangka saham Korea Selatan menguat diikuti saham Australia
dan Selandia Baru, kenaikan dua hari pada yen meredam prospek untuk
ekuitas Jepang serta indeks berjangkas Hong Kong juga menurun. Pasar
China, yang menjadi pusat gejolak global Agustus ini, akan
diperdagangkan untuk pertama kalinya sejak 30 September, dengan saham di
seluruh dunia membukukan reli terpanjang sejak April dalam ketidakadaan
Shanghai dan melonjaknya aset emerging-market. Minyak kembali menguat
setelah kenaikan persediaan AS mengirimkannya bawah $ 48 per barel.
Indeks
S & P / Indeks NZX 50 Selandia Baru naik 0,3% di Wellington,
sedangkan Indeks S & P / ASX 200 Australia naik 0,3%. Kontrak pada
indeks Kospi di Seoul memprediksikan kenaikan 0,8%, sedangkan pada
Indeks Hang Seng dan Hang Seng China Enterprises Hong Kong turun
setidaknya 0,3%.
Kontrak
pada Nikkei 225 Stock Average kehilangan 0,2% menjadi 18.340 pada pukul
03:00 pagi di Osaka, dengan penguatan yen 0,4% selama dua hari
terakhir. Mata uang sedikit berubah Kamis pagi di level 119,97 per
dolar. Indeks berjangka berdenominasi yen pada Nikkei 225 naik 0,1%
menjadi 18.355 di Chicago, setelah naik 1% pada sesi terakhir.
Deutsche
X-trackers Harvest CSI 300 China A-share yang diperdagangkan di bursa
dana, ETF terbesar AS yang menelusuri saham China, melonjak 2,8% Rabu
dan telah naik 6,7% bulan ini.(yds)
Sumber: Bloomberg
Saham Biotechs Rebound & Saham Komoditi Naik, Bursa AS Ditutup Menguat
BESTPROFIT FUTURES MALANG (8/10) - Indeks
Standard & Poor 500 menyentuh level tertingginya sejak aksi selloff
pada Agustus lalu, naik terkait reboundnya perusahaan bioteknologi dan
saham energi melanjutkan reli terpanjangnya sejak Desember 2013.
Indeks acuan kembali diuji oleh nilai di
mana kenaikan mereda pada akhir Agustus dan menurunnya reli di
September. Indeks tersebut telah menghapus kenaikan sebelumnya di hari
Rabu setelah sempat naik di atas harga rata-rata selama 50 hari
terakhirnya. Saham komoditas naik untuk sesi ketujuh, penurunan memudar
lewati akhir pagi, dengan jatuhnya daya tarik sektor energi dan kelompok
bahan mentah ditingkatkan dengan pelemahan terbaru dolar.
Indeks S & P 500 menguat 0,8 persen
menjadi 1,995.80 pada 04:00 sore di New York, rebound dari penurunan
tengah hari sebanyak 0,2 persen yang menghapus reli awal. Indeks
tersebut turun sebanyak dua kali setelah mencapai pergerakan rata-rata
50-harinya di 1,996.57.
Laba musiman akan meraih perhatian
invenstor akan peningkatan saham minggu ini, dengan Alcoa Inc secara
tidak resmi menurunkan musim pelaporan pasca penutupan pasar besok.
Perusahaan yang akan memberikan laporannya minggu depan termasuk Johnson
& Johnson, Intel Corp dan JPMorgan Chase & Co
Proyeksi keuntungan analis untuk anggota
S & P 500 turun 6,9 persen pada kuartal ketiga. Namun, tetap saja
indeks pendapatan perusahaan The Fed telah membukukan kenaikan kuartalan
terbesarnya sejak 2012, menunjukkan gambaran keseluruhan untuk
keuntungan yang dapat dipengaruhi oleh penurunan peringkat pada masih
melawannya produsen energi terhadap harga minyak yang lemah.
Berada di antara perusahaan yang
memberikan laporan di awal musim, Yum Brands Inc mengalami penurunan
paling dalam selama 13 tahun terakhir setelah pemilik group perusahaan
KFC, Pizza Hut dan Taco Bell membukukan laba diluar perkiraan analis.
Hasil yang menyakitkan karena penurunan yang berlangsung lama di China.
Saham telah berayun antara keuntungan
dan kerugian sejak penurunan di Agustus kemarin, di tengah kekhawatiran
tentang pelambatan ekonomi global yang dipicu oleh pelemahan ekonomi di
China, dan kebingungan atas niat kebijakan The Fed. Indeks S & P 500
telah kembali pulih 4 persen sejak mengakhiri kuartal terburuknya dalam
empat tahun terakhir, dan naik sebesar 6,9 persen dari terendahnya pada
Agustus lalu disaat koreksi pertama kalinya untuk indeks tersebut sejak
2011.
Harapan untuk biaya pinjaman yang lebih
tinggi tahun ini telah berkurang sejak laporan tenaga kerja September
yang lebih lemah dari perkiraan Jumat lalu. Pedagang memberikan harga di
peluang sebesar 39 persen untuk peningkatan pada bulan Desember dan
probabilitas 61 persen bergerak lebih tinggi pada bulan Maret.(mrv)
Sumber: Bloomberg
Saham AS Berfluktuasi, Indeks S & P 500 Terhenti Mendekati Level Tertingginya
BESTPROFIT FUTURES MALANG (8/10) - Saham
AS berfluktuasi, ditengah perusahaan energi memangkas relinya serta
indeks Standard & Poor 500 yang terhenti mendekati level
tertingginya sejak aksi jual pada Agustus.
S
& P 500 naik 0,1% menjadi 1,980.96 pada 12:34 siang di New York,
setelah naik sebanyak 1%. Dow Jones Industrial Average tergelincir 4,5
poin ke level 16,785.65. Dow sebelumnya naik sebanyak 173 poin. Indeks
Nasdaq Composite turun 0,1%.
Saham
telah berayun antara naik dan turun sejak penurunan pada Agustus, di
tengah kekhawatiran mengenai pelambatan ekonomi global dan kebingungan
atas niat kebijakan suku bunga Federal Reserve. S & P 500 telah
kembali pulih 3,2% sejak akhir kuartal terburuk dalam empat tahun, dan
naik 6,1% dari terendah pada Agustus selama indeks mengalami koreksi
pertamanya sejak 2011.
Indeks
Chicago Board Options Volatility sedikit berubah hari Rabu di 19,39.
Ukuran gejolak pasar yang dikenal sebagai VIX turun untuk hari keenam
kemarin, yang terpanjang sejak Juli.
Perhatian
juga akan bergeser ke laporan pendapatan di pekan ini, dengan Alcoa Inc
tidak resmi merilis data lapooran setelah pasar ditutup besok.
Perusahaan-perusahaan akan merilis laorannya pada pekan depan termasuk
Johnson & Johnson, Intel Corp dan JPMorgan Chase & Co
Proyeksi
laba analis untuk anggota S & P 500 turun 6,9% pada kuartal ketiga.
Namun, Indeks Fed laba perusahaan telah membukukan kenaikan kuartalan
terbesarnya sejak 2012, ini menunjukkan keseluruhan mencatat kenaikan
yang dapat dipengaruhi oleh penurunan peringkat pada produsen energi
yang sedang melawan pelemahan harga minyak.(yds)
Sumber: Bloomberg
Tuesday 6 October 2015
PERKUAT NILAI RUPIAH ATAU TERIMA EKUILIBRIUM BARU?
Apapun jawabannya, importir telah menderita bahkan ada yang kolaps
akibat depresiasi IDR tercinta. Sudah cukuplah pepesan kosong yang
selama ini mengoarkan kekuatan perekonomian Nusantara. Rumusnya
sederhanadan tak perlu jenius untuk memahami the naked truth of
our economic situation : jika
struktur internal perekonomian RI memang benar-benar kuat, maka
sensitivitas perekonomian domestik terhadap gejolak eksternal tak
akan setinggi ini. Sangat gampang mengkambinghitamkan eksternal
apabila terjadi goncangan internal, sama mudahnya dengan menyatakan
bahwa jika perekonomian sedang booming maka itu adalah berkat kerja
keras domestik. Name of the game nya : Jika perekonomian kuat, hasil
kerja keras; jika perekonomian lemah, karena gejolak eksternal.
Secara teknikal, Rupiah kini telah
menuju rentang 14750-15000 per USD. Nilai ini cukup signifikan
perbedaannya dibanding fluktuasi Rupiah sepanjang bulan Agustus 2015
di 13400-14300 per USD. Stance option bagi Pemerintah: daripada sibuk
berupaya menenangkan berbagai macam penjelasan simpang siur, ada
baiknya secara tegas memilih sikap di hadapan pasar: maju taj gentar
memperkuat Rupiah, atau menerima kondisi ekuilibrium yang baru
terhadap Rupiah (terhadap USD)? Pemerintah tak perlu sungkan jika
memang terpaksa harus memilih option kedua, karena perubahan
ekuilibrium hasil price discovery mechanism Rupiah bukan pertama kali
terjadi dalam sejarah moneter Indonesia.
Dalam ranah fundamental, secara
statistik hasil regresi linear terhadap data perekonomianIndonesia
pasca 2000, fluktuasi Rupiah sangat dipengaruhi oleh 4(empat)
variabel utama, yaitu (1) dinamika yield obligasi Pemerintah US; (2)
yield oblogasi Pemerintah RI; (3) crude oil prices, (4) indeks DXY
(kurs USD ditandingkan dengan basket of currencies : EUR euro, JPY
japanese yen, GBP british pound, CAD canadian dollar, CHF swiss
franc, SEK swedish krona). Jika yield obligasi Pemerintah US turun,
maka Rupiah cenderung melemah. Jika yield obligasi Pemerintah RI
meningkat, maka Rupiah cenderung melemah. Jika world crude oil prices
turun, maka Rupiah cenderung melemah (data statistik setahun
terakhir). Jika DXY menguat, maka Rupiah cenderung melemah. Lalu apa
yang terjadi saat ini dengan menilai dinamika ke-4 variabel driver
Rupiah tersebut? Dari variabel yield obligasi Pemerintah US, awal
tahun 2014 masih di rentang 2.9-3.0%, kini di 2.1-2.3%(turun). Yield
obligasi pemerintah RI awal 2014 masih di 8.9-9.1% kini
9.1-9.5%(naik). Crude oil prices awal 2014 masih di 90-110
USD/barrel, kini di 40-60 USD/barrel(turun). DXY awal 2014 masih di
78-82, kini di 95-105(naik). De facto : pelemahan Rupiah disebabkan
oleh gejolak faktor eksternal dan rentannya sistem perekonomian
domestik.
Tumpal Sihombing
Chief Research Officer
Bestprofit Futures
Subscribe to:
Posts (Atom)