Tuesday 6 October 2015

PERKUAT NILAI RUPIAH ATAU TERIMA EKUILIBRIUM BARU?

Apapun jawabannya, importir telah menderita bahkan ada yang kolaps akibat depresiasi IDR tercinta. Sudah cukuplah pepesan kosong yang selama ini mengoarkan kekuatan perekonomian Nusantara. Rumusnya sederhanadan tak perlu jenius untuk memahami the naked truth of our economic situation : jika struktur internal perekonomian RI memang benar-benar kuat, maka sensitivitas perekonomian domestik terhadap gejolak eksternal tak akan setinggi ini. Sangat gampang mengkambinghitamkan eksternal apabila terjadi goncangan internal, sama mudahnya dengan menyatakan bahwa jika perekonomian sedang booming maka itu adalah berkat kerja keras domestik. Name of the game nya : Jika perekonomian kuat, hasil kerja keras; jika perekonomian lemah, karena gejolak eksternal.

Secara teknikal, Rupiah kini telah menuju rentang 14750-15000 per USD. Nilai ini cukup signifikan perbedaannya dibanding fluktuasi Rupiah sepanjang bulan Agustus 2015 di 13400-14300 per USD. Stance option bagi Pemerintah: daripada sibuk berupaya menenangkan berbagai macam penjelasan simpang siur, ada baiknya secara tegas memilih sikap di hadapan pasar: maju taj gentar memperkuat Rupiah, atau menerima kondisi ekuilibrium yang baru terhadap Rupiah (terhadap USD)? Pemerintah tak perlu sungkan jika memang terpaksa harus memilih option kedua, karena perubahan ekuilibrium hasil price discovery mechanism Rupiah bukan pertama kali terjadi dalam sejarah moneter Indonesia.

Dalam ranah fundamental, secara statistik hasil regresi linear terhadap data perekonomianIndonesia pasca 2000, fluktuasi Rupiah sangat dipengaruhi oleh 4(empat) variabel utama, yaitu (1) dinamika yield obligasi Pemerintah US; (2) yield oblogasi Pemerintah RI; (3) crude oil prices, (4) indeks DXY (kurs USD ditandingkan dengan basket of currencies : EUR euro, JPY japanese yen, GBP british pound, CAD canadian dollar, CHF swiss franc, SEK swedish krona). Jika yield obligasi Pemerintah US turun, maka Rupiah cenderung melemah. Jika yield obligasi Pemerintah RI meningkat, maka Rupiah cenderung melemah. Jika world crude oil prices turun, maka Rupiah cenderung melemah (data statistik setahun terakhir). Jika DXY menguat, maka Rupiah cenderung melemah. Lalu apa yang terjadi saat ini dengan menilai dinamika ke-4 variabel driver Rupiah tersebut? Dari variabel yield obligasi Pemerintah US, awal tahun 2014 masih di rentang 2.9-3.0%, kini di 2.1-2.3%(turun). Yield obligasi pemerintah RI awal 2014 masih di 8.9-9.1% kini 9.1-9.5%(naik). Crude oil prices awal 2014 masih di 90-110 USD/barrel, kini di 40-60 USD/barrel(turun). DXY awal 2014 masih di 78-82, kini di 95-105(naik). De facto : pelemahan Rupiah disebabkan oleh gejolak faktor eksternal dan rentannya sistem perekonomian domestik.

Tumpal Sihombing
Chief Research Officer
Bestprofit Futures