Best Profit (4/11) - Harga emas naik pada penutupan perdagangan Senin
(Selasa pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga emas ini karena
investor masih memilih emas sebagai instrumen lindung nilai di tengah
pandemi yang semakin memburuk.
Di luar itu, investor tengah menunggu hasl pemilihan presiden AS yang akan berlangsung pada Selasa waktu setempat.
Mengutip
CNBC, Selasa (3/11/2020), harga emas di pasar spot naik 0,8 persen
menjadi USD 1.893,13 per ounce. Sementara harga emas berjangka AS naik
0,7 persen ke level USD 1.892,50 per ounce.
“Sepertinya masih akan
ada peningkatan volatilitas dalam 72 jam ke depan. Jadi, karena itu
orang melihat emas dan perak sebagai instrumen safe haven,” kata kepala
analis Blue Line Futures Chicago, Phillip Streible.
Dalam jajak
pendapat nasional, Joe Biden dari Partai Demokrat memimpin atas petahana
Presiden AS Donald Trump. Namun masih tetap terjadi persaingan ketat di
beberapa negara bagian. best profit
Investor cukup
khawatir hasil dari pemilu ini belum bisa dipastikan pada Selasa malam
usai pemungutan suara karena penghitungan suara bisa memakan waktu
berhari-hari.
“Jika hasilnya tidak jelas, harga emas bisa kembali
ke USD 1.940 per ounce. Tapi terlepas dari kandidat mana yang menang,
ada sentimen positif dari stimulus lanjutan dan suku bunga tetap rendah
untuk jangka waktu yang lama,” kata Streible.
Emas dianggap
sebagai instrumen lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai
mata uang. Harga emas telah melonjak 25 persen sepanjang tahun ini di
tengah maraknya pemberian stimulus fiskal global yang belum pernah
terjadi sebelumnya selama pandemi.
Sementara itu, kasus virus
Corona terus meningkat di Amerika Serikat, total infeksi di Eropa juga
telah melampaui 10 juta pada hari Minggu. best profit
“Kesenjangan
antara kedua kandidat pemilu AS semakin menyempit, pasar melihat apakah
ini akan diselesaikan pada 3 November atau berlarut-larut untuk waktu
yang lama dengan penghitungan ulang,” kata analis senior RJO Futures,
Eli Tesfaye.
Eli menambahkan, ada juga sentimen negatif atau
sentimen yang akan menekan harga emas yaitu terobosan jalur cepat
penemuan vaksin.
Pada awal November 2020 ini tampaknya akan
terjadi banyak hal yang dapat mempengaruhi harga emas. Selain pemilu AS,
juga ada pengumuman suku bunga bunga Federal Reserve dan beberapa hal
lainnya. Termasuk angka ketenagakerjaan AS dari Oktober.
Keadaan
tersebut diperkirakan juga akan mempengaruhi harga emas. Saat ini, harga
emas terpantau sangat fluktuatif selama minggu terakhir bulan Oktober.
Harga
emas menutup perdagangan bulan Oktober dengan kehilangan level kunci
USD 1.900 per ons. Ini karena harga emas menyentuk level terendah satu
bulan di USD 1.859 pada perdagangan hari Kamis.
Dilansir dari
laman Kitco, Senin (2/11/2020), harga emas berjangka Comex Desember
diperdagangkan pada USD 1,880.20 per ons, naik 0,65 persen pada Jumat
(30/10). best profit
Direktur perdagangan global Kitco
Metals Peter Hug mengatakan, baik gelombang biru atau gelombang merah di
pemungutan suara, akan memiliki efek positif pada harga emas.
Menurutnya, pasar telah menerima informasi beragam terkait kemampuan Joe
Biden versus Donald Trump untuk memenangkan pemilihan.
"Akan ada
volatilitas yang terjadi pada Senin, Selasa malam. Hari-hari perdagangan
riil adalah Rabu, Kamis, dan Jumat. Tidak peduli siapa yang menang,
akan ada paket stimulus signifikan yang dimasukkan ke pasar, yang akan
menjadi sangat bullish pada logam,” kata Hug.
Hug menambahkan,
ketidakpastian terbear adalah ketika hasil pemilu tak kunjung diumumkan.
"Jika ada pemenang yang jelas, saham akan naik, dan harga emas akan
naik baik sepanjang Selasa malam atau dengan perdagangan semalam di
Eropa," kata Hug.
"Jika kita memiliki gelombang biru, kita
meminjam dan membelanjakan lebih banyak dan harga emas naik. Jika kita
memiliki gelombang merah, kita menghabiskan sedikit lebih sedikit,
tetapi itu masih bagus untuk emas,” kata Malek. best profit
Sementara,
jika belum ada pemenang yang jelas, Hug menyebutkan pasar saham akan
berada di bawah tekanan. Dimana orang-orang akan beralih ke uang tunai,
dan itu bisa menjadi negatif untuk harga emas.
Kepala strategi
global TD Securities, Bart Melek melihat ada konsensus di pasar bahwa
siapapun yang menang, AS akan mendapatkan stimulus fiskal, dan akan
terus memiliki suku bunga rendah. Senada dengan Hug, Malek juga
mengatakan skenario terburuk untuk harga emas adalah ketika belum jelas
siap apemenangnya. Menurutynya, hal ini akan menciptakan ketakutan dan
penundaan paket stimulus fiskal.
“Setelah kita mendapatkan hasil
yang jelas, kita mendapatkan stimulus. Mungkin tidak sebesar jika kita
mendapatkan pemerintahan yang terpecah, tapi kita akan mendapatkan
sesuatu. Dan sekarang, pasar telah dijual karena kita tidak mendapat
apa-apa,” kata Melek. best profit
Presiden Phoenix
Futures and Options LLC, Kevin Grady menuturkan, jika USD 1.925 dapat
ditembus ke atas, harga emas bisa mencapai USD 1.970. Bahkan menurutnya,
harga emas masih mungkin untuk berada di level USD 2.000 per ons minggu
depan.
Selain hingar pemilihan Presiden AS, pasar akan memiliki
sejumlah data ekonomi untuk dicerna, termasuk pengumuman suku bunga
Federal Reserve. Analis memperkirakan The Fed akan terus menekankan
kebutuhan stimulus fiskal pada pertemuan pekan depan.
"The Fed
[kemungkinan] akan mempertahankan bias dovishnya pada pertemuan FOMC
hari Kamis dengan janji untuk bersiap dan menawarkan lebih banyak
stimulus jika diperlukan. Kami berharap untuk melihat mereka mengulangi
poin bahwa kebijakan fiskal adalah alat yang lebih efektif pada saat
ini,” kata kepala ekonom internasional ING James Knightley.
Di
sisi data, pengumuman mengenai ketenagakerjaan AS juga akan menjadi
pusat perhatian. Konsensus pasar memperkirakan telah ada penambahan 600
ribu pekerjaan sepanjang Oktober 2020. best profit
Sumber : Liputan6