Wednesday, 13 November 2024

Bestprofit | Emas Tertekan Dolar dan Imbal Hasil Obligasi

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-6.jpg

Bestprofit (14/11) – Pada hari Rabu, 13 November, harga emas kembali mengalami penurunan untuk sesi keempat berturut-turut. Penurunan ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi yang terjadi setelah laporan inflasi yang menunjukkan harga konsumen AS bulan Oktober meningkat sesuai dengan ekspektasi. Secara keseluruhan, harga emas berjangka AS turun 0,8%, sedangkan harga emas spot mengalami penurunan 0,7%, mencapai level terendah dalam hampir dua bulan. 

 

1. Pengaruh Inflasi terhadap Harga Emas

Departemen Tenaga Kerja AS baru-baru ini melaporkan bahwa inflasi di negara tersebut, berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), mengalami kenaikan seperti yang diperkirakan oleh banyak analis. Data inflasi bulan Oktober menunjukkan bahwa harga barang dan jasa di AS meningkat, meskipun ada sedikit pelambatan dalam laju kenaikannya sejak pertengahan tahun. Inflasi yang tetap tinggi ini, meskipun sedikit menurun, menjadi faktor yang memberi tekanan pada harga emas. Emas sering dipandang sebagai aset yang aman (safe haven) yang dapat melindungi nilai terhadap inflasi yang tinggi. Namun, di tengah kondisi ekonomi yang semakin membaik, sebagian besar investor mulai melihat potensi keuntungan lain yang lebih menarik, seperti obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi atau aset berisiko lainnya. Oleh karena itu, meskipun emas tetap populer dalam portofolio investasi, harganya merosot karena ekspektasi bahwa kebijakan moneter akan lebih ketat di masa depan.
Kunjungi juga : demo bpf, demo bestprofit futures

 

2. Dolar AS yang Menguat Menekan Harga Emas

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan harga emas dalam beberapa hari terakhir adalah penguatan dolar AS. Dolar AS menguat hampir mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan terhadap mata uang utama dunia lainnya. Ketika dolar AS menguat, emas yang diperdagangkan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan terhadap logam mulia ini. Selain itu, dolar yang lebih kuat juga mencerminkan sentimen positif terhadap ekonomi AS. Kepercayaan pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dapat meningkatkan permintaan terhadap dolar, yang pada gilirannya mendorong kenaikan imbal hasil obligasi. Ini adalah faktor penting lainnya yang membuat emas, yang tidak memberikan imbal hasil, kurang menarik dibandingkan instrumen investasi lainnya seperti obligasi atau saham.

 

3. Kenaikan Imbal Hasil Obligasi yang Meningkatkan Tekanan pada Emas

Imbal hasil obligasi AS, terutama obligasi pemerintah 10 tahun, mengalami kenaikan yang signifikan. Imbal hasil yang lebih tinggi ini menarik investor untuk beralih dari emas ke obligasi, yang memberikan pengembalian lebih tinggi. Kenaikan imbal hasil tersebut disebabkan oleh ekspektasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve) mungkin akan lebih lambat dalam menurunkan suku bunga pada tahun 2024, meskipun ada harapan bahwa suku bunga dapat dipangkas pada pertemuan bulan Desember nanti. Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi meningkatkan daya tarik instrumen investasi yang lebih aman, seperti obligasi pemerintah, yang menawarkan imbal hasil tetap. Hal ini menjadi faktor penghalang bagi emas, yang tidak memberikan bunga atau dividen. Oleh karena itu, kenaikan imbal hasil membuat investor lebih memilih aset dengan potensi keuntungan lebih jelas, seperti obligasi jangka panjang, dan meninggalkan emas yang dianggap lebih berisiko.

 

4. Pengaruh Prospek Kebijakan Moneter Federal Reserve

Pasar juga semakin memusatkan perhatian pada kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) ke depan. Meskipun laporan inflasi menunjukkan bahwa harga konsumen AS meningkat, pasar berharap bahwa Fed akan tetap melonggarkan kebijakan moneternya. Saat ini, ada peluang 82% untuk pemotongan suku bunga pada pertemuan bulan Desember, yang lebih tinggi dari sebelumnya yang hanya diperkirakan sebesar 58%. Namun, para pedagang dan analis juga mempertimbangkan bahwa kebijakan pelonggaran moneter oleh Fed dapat dihentikan jika inflasi kembali meningkat, khususnya jika tarif baru yang diharapkan dari Presiden AS Donald Trump diberlakukan. Oleh karena itu, meskipun ada ekspektasi penurunan suku bunga, sentimen pasar tidak sepenuhnya yakin bahwa pelonggaran ini akan berlanjut dalam waktu dekat, yang dapat memberikan dampak negatif terhadap harga emas. Jika inflasi kembali naik atau kebijakan tarif baru memperburuk kondisi ekonomi, Fed mungkin tidak dapat terus mengurangi suku bunga.

 

5. Kinerja Logam Mulia Lainnya: Perak, Platinum, dan Paladium

Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan tren penurunan harga. Harga perak spot turun sebesar 0,5%, berada pada level $30,55 per ons. Meskipun perak sering dipandang sebagai “saudara” emas dalam hal aset yang aman, penurunan harga perak mencerminkan sentimen negatif yang melanda pasar logam mulia secara keseluruhan. Harga platinum, yang juga dipengaruhi oleh faktor yang sama dengan emas, turun 0,9% menjadi $938,60 per ons. Platinum, yang sering digunakan dalam industri otomotif untuk katalis, cenderung terpengaruh oleh tren ekonomi global dan permintaan industri. Penurunan harga platinum juga mencerminkan ketidakpastian yang ada di pasar global, meskipun permintaan di sektor otomotif tetap menjadi pendorong utama harganya. Sementara itu, harga paladium mengalami penurunan paling signifikan di antara logam mulia lainnya, turun sebesar 1,3% menjadi $932,10 per ons. Penurunan ini berhubungan dengan penurunan permintaan dalam industri otomotif, yang menghadapi tantangan di tengah ketegangan perdagangan global dan ketidakpastian ekonomi.

 

6. Apa yang Diharapkan ke Depan: Fokus pada Data Ekonomi dan Kebijakan Fed

Ke depan, pasar akan fokus pada sejumlah data ekonomi yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang. Pada hari Kamis, 14 November, Indeks Harga Produsen (PPI) AS dan klaim pengangguran mingguan akan diumumkan. Data ini dapat memberikan gambaran lebih lanjut tentang tekanan inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja AS. Penurunan klaim pengangguran dapat menjadi sinyal positif bagi perekonomian, sementara lonjakan PPI dapat memperburuk kekhawatiran inflasi. Selain itu, laporan penjualan ritel yang dijadwalkan untuk hari Jumat, 15 November, akan memberikan gambaran tentang daya beli konsumen di AS. Daya beli yang kuat dapat mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meningkatkan inflasi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga Fed. Pernyataan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan pejabat bank sentral lainnya juga akan menjadi fokus utama. Jika Fed memberikan sinyal bahwa mereka akan lebih berhati-hati dalam menurunkan suku bunga, hal ini dapat mengurangi daya tarik emas dan logam mulia lainnya. Sebaliknya, jika mereka menyatakan bahwa kebijakan pelonggaran moneter masih diperlukan, harga emas dapat kembali mengalami lonjakan.

 

Kesimpulan

Harga emas saat ini tengah tertekan akibat penguatan dolar AS, kenaikan imbal hasil obligasi, dan ketidakpastian seputar kebijakan moneter yang akan diambil oleh Federal Reserve. Meskipun ada peluang pemotongan suku bunga pada bulan Desember, faktor-faktor seperti inflasi yang lebih tinggi dan kebijakan tarif baru dari pemerintah AS dapat memengaruhi prospek harga emas di masa depan. Sementara itu, logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan paladium juga mengalami tekanan yang serupa. Pemantauan terhadap data ekonomi dan keputusan kebijakan Fed dalam beberapa pekan mendatang akan menjadi kunci dalam menentukan arah pergerakan harga emas dan pasar logam mulia secara keseluruhan. 
 
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!