Monday, 11 November 2024

Bestprofit | Emas Tertekan, Dolar Menguat Usai Kemenangan Trump

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-3.jpeg

Bestprofit (12/11) – Pada awal pekan ini, harga emas terperosok ke level terendah dalam satu bulan terakhir setelah mengalami penurunan tajam pada hari Senin. Kemenangan presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam pemilihan baru-baru ini semakin menguatkan dolar AS, yang pada gilirannya berdampak pada harga emas yang dihargakan dalam mata uang tersebut. Meskipun harga emas stabil pada sesi perdagangan berikutnya, penurunan harga ini menunjukkan tren yang lebih luas yang perlu dianalisis lebih dalam, khususnya terkait dengan pergerakan pasar keuangan global, kebijakan moneter AS, dan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi permintaan terhadap logam mulia ini.

Emas Stabil Setelah Penurunan Tajam, Dolar Menguat

Harga emas batangan pada hari Selasa menunjukkan stabilitas setelah sebelumnya mengalami penurunan signifikan sebesar 2,5% pada sesi perdagangan Senin. Hal ini terjadi karena penguatan dolar AS, yang mencapai level tertinggi dalam setahun terakhir, memberikan dampak langsung terhadap harga emas yang sempat merosot tajam. Kekuatan dolar membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar, sehingga mengurangi daya tarik logam mulia ini sebagai aset investasi. Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, melonjak setelah pasar menanggapi kemenangan Trump yang dianggap bisa mendorong kebijakan perdagangan lebih agresif dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi AS. Banyak investor yang berharap bahwa kebijakan perdagangan dan fiskal Trump akan mendongkrak ekonomi AS, sementara kebijakan pelonggaran moneter oleh Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan terus mendukung penguatan dolar. Hal ini menciptakan situasi yang kurang menguntungkan bagi emas, karena semakin kuatnya dolar akan membuat logam mulia ini menjadi lebih mahal di pasar global.
Kunjungi juga : demo bpf, demo bestprofit futures

Rotasi Dana ke Ekuitas AS Menekan Harga Emas

Emas juga mengalami penurunan lebih dari 4% sejak hasil pemilihan presiden AS pada minggu lalu. Banyak dana lindung nilai yang sebelumnya memiliki posisi beli terhadap emas, kini mulai membatalkan taruhan bullish mereka. Aliran dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) juga semakin berkurang seiring dengan rotasi besar-besaran yang terjadi ke saham-saham ekuitas AS. Pasar ekuitas AS, yang semakin menunjukkan kinerja positif, semakin menarik perhatian investor yang sebelumnya cenderung mengalihkan portofolio mereka ke emas sebagai aset safe haven. Menurut Chris Weston, Kepala Riset dari Pepperstone Group Ltd., penurunan harga emas juga dapat dianggap sebagai penjualan yang “sebagian teknis”. Pasalnya, setelah harga emas menembus di bawah rata-rata pergerakan 50 hari, banyak investor dan dana lindung nilai yang memilih untuk menutup posisi beli mereka. Hal ini menunjukkan bagaimana pergerakan teknikal dalam pasar komoditas dapat mempengaruhi keputusan investor dalam jangka pendek, meskipun faktor-faktor makroekonomi tetap memegang peranan yang lebih besar dalam jangka panjang.

Faktor Penggerak Utama: Kebijakan Fed dan Inflasi

Meski harga emas mengalami koreksi, masih ada faktor-faktor fundamental yang mendukung potensi kenaikan harga emas dalam jangka panjang. Salah satunya adalah kebijakan pelonggaran moneter yang terus diambil oleh Federal Reserve. Bank sentral AS telah memangkas suku bunga sebanyak 25 basis poin pada pertemuan terakhirnya, dengan banyak ekonom memperkirakan bahwa dampak kebijakan fiskal dari Trump, seperti pemotongan pajak dan pengeluaran besar-besaran, bisa mengurangi potensi penurunan suku bunga lebih lanjut. Namun, dampak kebijakan Trump terhadap inflasi tetap menjadi perhatian utama. Banyak analis percaya bahwa kebijakan perdagangan proteksionis dan pengeluaran fiskal yang tinggi dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Inflasi yang lebih tinggi cenderung membuat suku bunga riil tetap lebih rendah atau bahkan negatif, yang pada gilirannya dapat mendukung harga emas. Emas sebagai aset yang tidak menghasilkan bunga dapat menjadi pilihan yang lebih menarik ketika suku bunga riil menurun, karena biaya peluang untuk memegang emas relatif lebih rendah. Investor juga akan memantau dengan cermat laporan indeks harga konsumen (CPI) inti yang dirilis pada Rabu mendatang. Laporan ini akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai laju inflasi di AS, yang tidak termasuk makanan dan energi. Data inflasi ini akan sangat penting bagi arah kebijakan pelonggaran Federal Reserve ke depan, karena inflasi yang lebih tinggi dapat mengurangi ruang bagi Fed untuk memangkas suku bunga lebih lanjut, sementara inflasi yang lebih rendah bisa memberikan lebih banyak alasan bagi Fed untuk mempertahankan kebijakan pelonggaran.

Emas Masih Tumbuh Lebih dari 25% Tahun Ini

Meskipun harga emas tertekan dalam beberapa pekan terakhir, logam mulia ini masih mencatatkan kenaikan signifikan sepanjang tahun ini. Harga emas batangan telah melonjak lebih dari 25% pada tahun 2024, didorong oleh kombinasi dari kebijakan pelonggaran moneter global, pembelian emas oleh bank sentral, dan ketidakpastian ekonomi serta geopolitik yang mendorong permintaan terhadap aset safe haven. Terutama, ketegangan geopolitik yang berkelanjutan, termasuk ketidakpastian seputar kebijakan luar negeri AS dan potensi resesi global, telah menguatkan daya tarik emas sebagai penyimpan nilai. Selain itu, kebijakan pelonggaran moneter yang dijalankan oleh sejumlah bank sentral di dunia, termasuk The Fed, telah memperburuk kekhawatiran terhadap inflasi dan melemahnya mata uang fiat. Dalam konteks ini, emas sering dianggap sebagai aset yang lebih aman karena tidak terpengaruh oleh kebijakan moneter atau fluktuasi nilai tukar mata uang.

Perak dan Paladium Ikut Menguat, Platinum Tertekan

Perkembangan harga logam mulia lainnya juga patut dicermati. Perak dan paladium tercatat mengalami kenaikan tipis, meskipun tidak sekuat pergerakan harga emas. Hal ini dapat menunjukkan adanya permintaan terhadap logam-logam tersebut dalam sektor industri, mengingat perak banyak digunakan dalam elektronik dan energi terbarukan, sementara paladium banyak digunakan dalam industri otomotif untuk komponen katalis. Di sisi lain, harga platinum justru tertekan. Platinum, yang sering dipandang sebagai alternatif bagi emas dan perak, tidak mampu mengikuti jejak pergerakan harga logam mulia lainnya dan mengalami penurunan pada perdagangan terakhir. Penurunan harga platinum ini sebagian besar disebabkan oleh adanya surplus pasokan di pasar global dan permintaan yang lebih rendah, terutama dari sektor otomotif.

Kesimpulan: Tantangan dan Peluang bagi Harga Emas

Saat ini, meskipun harga emas sedang menghadapi tantangan dari penguatan dolar dan rotasi dana ke saham ekuitas, logam mulia ini tetap memiliki prospek yang cerah di masa depan. Kebijakan moneter yang akomodatif, risiko geopolitik, serta potensi inflasi yang lebih tinggi tetap menjadi faktor pendorong permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven. Dengan perkembangan pasar yang terus berubah, harga emas diperkirakan akan tetap volatile, tetapi faktor-faktor fundamental seperti kebijakan Fed dan ketidakpastian ekonomi global akan terus menjadi penggerak utama bagi harga emas di masa mendatang.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!