Thursday, 14 November 2024

Bestprofit | Emas Turun, Tertekan Reli Dolar

 https://best-profit-futures-malang.com/wp-content/uploads/2023/08/Bestprofit-Emas-5.jpeg

Bestprofit (15/11) – Pada pertengahan sore hari Kamis, 14 November 2024, harga emas diperdagangkan pada level terendahnya dalam dua bulan terakhir, mencatatkan penurunan untuk sesi kelima berturut-turut. Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar AS yang melanjutkan reli pasca-pemilu serta kenaikan ukuran inflasi di Amerika Serikat (AS). Sementara itu, hasil laporan ekonomi lainnya juga menunjukkan tanda-tanda penguatan ekonomi AS yang lebih lanjut, menambah tekanan pada logam mulia ini. 
 

Emas di Level Terendah Sejak September 2024

Emas untuk pengiriman Desember tercatat turun sebesar $11,40 menjadi $2.575,10 per ons, mencapai titik terendah sejak 11 September 2024. Harga ini mencerminkan tren penurunan yang telah berlangsung selama lima sesi berturut-turut, sebuah pergerakan yang jarang terjadi dalam pasar emas. Penurunan harga emas ini sebagian besar dipicu oleh dolar AS yang kembali menguat, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset lindung nilai. 
 
Kunjungi juga : demo bpf, demo bestprofit futures

 

Peningkatan Inflasi AS Mendorong Kenaikan Dolar

Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan emas adalah penguatan dolar AS. Setelah data ekonomi terbaru dirilis, dolar melanjutkan reli dan tercatat mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun. Indeks dolar ICE, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, tercatat naik 0,19 poin menjadi 106,67. Ini adalah level tertinggi indeks dolar sejak Oktober 2022. Penguatan dolar ini didorong oleh laporan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen (PPI) untuk bulan Oktober mengalami kenaikan sebesar 0,2% dibandingkan bulan September. Meskipun angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar, namun kenaikan tersebut tetap menunjukkan adanya tekanan inflasi yang lebih besar di ekonomi AS. PPI adalah indikator penting untuk mengukur inflasi di tingkat produsen dan sering kali digunakan sebagai indikator awal untuk memprediksi harga konsumen. Kenaikan PPI ini, yang lebih tinggi dari 0,1% yang tercatat pada bulan September sebelumnya, memberikan sinyal bahwa inflasi di AS mungkin masih akan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang. Ini menambah ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve) bisa jadi akan terus mempertahankan kebijakan moneter ketat, yang mengarah pada penguatan dolar. 
 

Data Inflasi AS yang Lebih Tinggi dari Perkiraan

Tidak hanya PPI yang menunjukkan angka yang lebih tinggi, namun angka PPI inti, yang mengabaikan fluktuasi harga barang-barang volatile seperti makanan dan energi, naik lebih dari yang diperkirakan. PPI inti tercatat naik 0,3% pada bulan Oktober, lebih tinggi dari angka sebelumnya yang hanya naik 0,2%. Kenaikan ini melebihi ekspektasi konsensus pasar yang memprediksi kenaikan hanya sebesar 0,2%. Data inflasi ini memberikan tekanan lebih lanjut pada pasar emas. Biasanya, ketika inflasi meningkat, investor cenderung beralih ke emas sebagai aset lindung nilai. Namun, dalam situasi ini, penguatan dolar dan ekspektasi lebih lanjut akan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve justru memberikan dampak negatif terhadap harga emas. Dolar yang kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sementara suku bunga yang lebih tinggi membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil lebih tidak menarik bagi investor. 
 

Pengaruh Imbal Hasil Obligasi Terhadap Harga Emas

Selain penguatan dolar dan data inflasi, imbal hasil obligasi AS juga memainkan peran penting dalam penurunan harga emas. Imbal hasil obligasi pemerintah AS, terutama obligasi jangka pendek, menunjukkan pergerakan yang signifikan pada sesi perdagangan ini. Imbal hasil obligasi dua tahun AS tercatat meningkat sedikit sebesar 0,4 basis poin menjadi 4,296%, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun turun sedikit sebesar 5,8 basis poin menjadi 4,41%. Kenaikan imbal hasil obligasi jangka pendek menunjukkan bahwa investor lebih memilih untuk berinvestasi dalam instrumen yang lebih aman dan memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi pemerintah AS. Kondisi ini mengurangi permintaan terhadap emas yang lebih cenderung dianggap sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil langsung, membuat harga emas semakin tertekan. 
 

Dolar yang Menguat: Dampaknya Terhadap Emas dan Pasar Keuangan Global

Penguatan dolar AS memiliki dampak yang luas di pasar keuangan global, tidak hanya terhadap emas, tetapi juga terhadap berbagai aset lainnya. Dengan dolar yang lebih kuat, harga komoditas berdenominasi dolar, seperti minyak dan emas, cenderung turun karena menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lainnya. Hal ini dapat menurunkan permintaan untuk logam mulia dan komoditas lainnya. Sementara itu, penguatan dolar juga dapat memengaruhi negara-negara berkembang yang memiliki utang dalam dolar. Kenaikan dolar berarti peningkatan beban utang bagi negara-negara ini, yang bisa memengaruhi stabilitas ekonomi mereka. Dalam jangka panjang, ini bisa berdampak pada aliran modal global dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan internasional. 
 

Potensi Kenaikan Suku Bunga AS Masih Menjadi Risiko untuk Emas

Dengan lonjakan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan ekspektasi pasar yang mengarah pada kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve, harga emas bisa terus tertekan. Kenaikan suku bunga cenderung memperkuat dolar dan membuat aset yang tidak memberikan imbal hasil, seperti emas, menjadi kurang menarik bagi investor. Para analis memperkirakan bahwa The Fed mungkin akan terus mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi hingga tanda-tanda signifikan dari penurunan inflasi terlihat. Sebagai hasilnya, emas kemungkinan akan tetap berada di bawah tekanan dalam waktu dekat, meskipun ada potensi rebound jika ada perubahan kebijakan atau tanda-tanda perlambatan ekonomi AS. 
 

Kesimpulan: Ketidakpastian Ekonomi dan Tekanan terhadap Emas

Saat ini, pasar emas menghadapi berbagai tantangan yang datang dari penguatan dolar, data inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi, dan potensi kebijakan moneter yang lebih ketat di AS. Semua faktor ini telah menyebabkan harga emas turun ke level terendah dalam dua bulan terakhir. Meskipun emas sering dianggap sebagai aset pelindung di tengah inflasi, saat ini penguatan dolar dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi telah mengurangi daya tariknya. Investor akan terus memantau perkembangan ekonomi AS, terutama terkait dengan kebijakan The Fed dan data inflasi yang akan datang. Meskipun emas menghadapi tekanan dalam jangka pendek, volatilitas pasar yang terus berlanjut mungkin akan memberikan peluang bagi mereka yang ingin memanfaatkan fluktuasi harga emas. Namun, bagi investor jangka panjang, dinamika pasar ini menunjukkan bahwa ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter yang ketat mungkin akan terus menjadi tantangan besar bagi harga emas dalam waktu dekat.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang menyenangkan!