Bestprofit
(15/11) – Pada pertengahan sore hari Kamis, 14 November 2024, harga
emas diperdagangkan pada level terendahnya dalam dua bulan terakhir,
mencatatkan penurunan untuk sesi kelima berturut-turut. Penurunan ini
dipicu oleh penguatan dolar AS yang melanjutkan reli pasca-pemilu serta
kenaikan ukuran inflasi di Amerika Serikat (AS). Sementara itu, hasil
laporan ekonomi lainnya juga menunjukkan tanda-tanda penguatan ekonomi
AS yang lebih lanjut, menambah tekanan pada logam mulia ini.
Emas di Level Terendah Sejak September 2024
Emas untuk pengiriman Desember tercatat turun sebesar $11,40 menjadi
$2.575,10 per ons, mencapai titik terendah sejak 11 September 2024.
Harga ini mencerminkan tren penurunan yang telah berlangsung selama lima
sesi berturut-turut, sebuah pergerakan yang jarang terjadi dalam pasar
emas. Penurunan harga emas ini sebagian besar dipicu oleh dolar AS yang
kembali menguat, yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset lindung
nilai.
Peningkatan Inflasi AS Mendorong Kenaikan Dolar
Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan emas adalah
penguatan dolar AS. Setelah data ekonomi terbaru dirilis, dolar
melanjutkan reli dan tercatat mencapai level tertinggi dalam lebih dari
dua tahun. Indeks dolar ICE, yang mengukur kekuatan dolar terhadap
sekeranjang mata uang utama lainnya, tercatat naik 0,19 poin menjadi
106,67. Ini adalah level tertinggi indeks dolar sejak Oktober 2022.
Penguatan dolar ini didorong oleh laporan terbaru dari Biro Statistik
Tenaga Kerja AS yang menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen (PPI) untuk
bulan Oktober mengalami kenaikan sebesar 0,2% dibandingkan bulan
September. Meskipun angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar, namun
kenaikan tersebut tetap menunjukkan adanya tekanan inflasi yang lebih
besar di ekonomi AS.
PPI adalah indikator penting untuk mengukur inflasi di tingkat produsen
dan sering kali digunakan sebagai indikator awal untuk memprediksi harga
konsumen. Kenaikan PPI ini, yang lebih tinggi dari 0,1% yang tercatat
pada bulan September sebelumnya, memberikan sinyal bahwa inflasi di AS
mungkin masih akan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang. Ini
menambah ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral AS (The Federal Reserve)
bisa jadi akan terus mempertahankan kebijakan moneter ketat, yang
mengarah pada penguatan dolar.
Data Inflasi AS yang Lebih Tinggi dari Perkiraan
Tidak hanya PPI yang menunjukkan angka yang lebih tinggi, namun angka
PPI inti, yang mengabaikan fluktuasi harga barang-barang volatile
seperti makanan dan energi, naik lebih dari yang diperkirakan. PPI inti
tercatat naik 0,3% pada bulan Oktober, lebih tinggi dari angka
sebelumnya yang hanya naik 0,2%. Kenaikan ini melebihi ekspektasi
konsensus pasar yang memprediksi kenaikan hanya sebesar 0,2%.
Data inflasi ini memberikan tekanan lebih lanjut pada pasar emas.
Biasanya, ketika inflasi meningkat, investor cenderung beralih ke emas
sebagai aset lindung nilai. Namun, dalam situasi ini, penguatan dolar
dan ekspektasi lebih lanjut akan kenaikan suku bunga oleh Federal
Reserve justru memberikan dampak negatif terhadap harga emas. Dolar yang
kuat membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sementara
suku bunga yang lebih tinggi membuat emas yang tidak memberikan imbal
hasil lebih tidak menarik bagi investor.
Pengaruh Imbal Hasil Obligasi Terhadap Harga Emas
Selain penguatan dolar dan data inflasi, imbal hasil obligasi AS juga
memainkan peran penting dalam penurunan harga emas. Imbal hasil obligasi
pemerintah AS, terutama obligasi jangka pendek, menunjukkan pergerakan
yang signifikan pada sesi perdagangan ini. Imbal hasil obligasi dua
tahun AS tercatat meningkat sedikit sebesar 0,4 basis poin menjadi
4,296%, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun turun sedikit sebesar
5,8 basis poin menjadi 4,41%.
Kenaikan imbal hasil obligasi jangka pendek menunjukkan bahwa investor
lebih memilih untuk berinvestasi dalam instrumen yang lebih aman dan
memberikan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi pemerintah AS.
Kondisi ini mengurangi permintaan terhadap emas yang lebih cenderung
dianggap sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil langsung,
membuat harga emas semakin tertekan.
Dolar yang Menguat: Dampaknya Terhadap Emas dan Pasar Keuangan Global
Penguatan dolar AS memiliki dampak yang luas di pasar keuangan global,
tidak hanya terhadap emas, tetapi juga terhadap berbagai aset lainnya.
Dengan dolar yang lebih kuat, harga komoditas berdenominasi dolar,
seperti minyak dan emas, cenderung turun karena menjadi lebih mahal bagi
pembeli dengan mata uang lainnya. Hal ini dapat menurunkan permintaan
untuk logam mulia dan komoditas lainnya.
Sementara itu, penguatan dolar juga dapat memengaruhi negara-negara
berkembang yang memiliki utang dalam dolar. Kenaikan dolar berarti
peningkatan beban utang bagi negara-negara ini, yang bisa memengaruhi
stabilitas ekonomi mereka. Dalam jangka panjang, ini bisa berdampak pada
aliran modal global dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan
internasional.
Potensi Kenaikan Suku Bunga AS Masih Menjadi Risiko untuk Emas
Dengan lonjakan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan ekspektasi
pasar yang mengarah pada kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut
oleh Federal Reserve, harga emas bisa terus tertekan. Kenaikan suku
bunga cenderung memperkuat dolar dan membuat aset yang tidak memberikan
imbal hasil, seperti emas, menjadi kurang menarik bagi investor.
Para analis memperkirakan bahwa The Fed mungkin akan terus
mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi hingga tanda-tanda signifikan
dari penurunan inflasi terlihat. Sebagai hasilnya, emas kemungkinan
akan tetap berada di bawah tekanan dalam waktu dekat, meskipun ada
potensi rebound jika ada perubahan kebijakan atau tanda-tanda
perlambatan ekonomi AS. Kesimpulan: Ketidakpastian Ekonomi dan Tekanan terhadap Emas
Saat ini, pasar emas menghadapi berbagai tantangan yang datang dari
penguatan dolar, data inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi, dan
potensi kebijakan moneter yang lebih ketat di AS. Semua faktor ini telah
menyebabkan harga emas turun ke level terendah dalam dua bulan
terakhir. Meskipun emas sering dianggap sebagai aset pelindung di tengah
inflasi, saat ini penguatan dolar dan imbal hasil obligasi yang lebih
tinggi telah mengurangi daya tariknya.
Investor akan terus memantau perkembangan ekonomi AS, terutama terkait
dengan kebijakan The Fed dan data inflasi yang akan datang. Meskipun
emas menghadapi tekanan dalam jangka pendek, volatilitas pasar yang
terus berlanjut mungkin akan memberikan peluang bagi mereka yang ingin
memanfaatkan fluktuasi harga emas. Namun, bagi investor jangka panjang,
dinamika pasar ini menunjukkan bahwa ketidakpastian ekonomi global dan
kebijakan moneter yang ketat mungkin akan terus menjadi tantangan besar
bagi harga emas dalam waktu dekat.
Jangan lupa jelajahi website kami di demo bestprofit dan
temukan beragam informasi menarik yang siap menginspirasi dan memberikan
pengetahuan baru! Ayo, kunjungi sekarang untuk pengalaman online yang
menyenangkan!