BESTPROFIT FUTURES MALANG (28/10) - Bursa saham Amerika Serikat (AS) cenderung mendatar di awal pekan
setelah indeks saham S&P 500 mencatatkan kenaikan mingguan terbesar
sejak Januari 2013. Harga sektor saham energi tertekan karena harga
minyak jatuh juga mempengaruhi indeks saham.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (Selasa pagi WIB), indeks
saham Dow Jones naik 12,53 poin atau 0,07 persen ke level 16.817,94.
Indeks saham S&P 500 melemah tipis 2,95 poin atau 0,15 persen ke
level 1.961,63. Sementara itu, indeks saham Nasdaq menguat 2,22 poin
atau 0,05 persen ke level 4.485,93.
Volume perdagangan saham tercatat sekitar 6,1 miliar saham di bursa
saham AS. Angka ini di bawah rata-rata bulanan sekitar 8 miliar saham.
Harga minyak melemah menyeret sektor saham energi turun 2 persen.
Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak mentah seiring pasokan
berlimpah dan permintaan meningkat sehingga membuat harga minyak di
bawah US$ 80 per barel.
Selain itu, indeks saham S&P 500 turun tipis setelah menutup
minggu terbaik sejak awal Januari 2013. Indeks saham S&P naik 5,3
persen dari level terendah pada 15 Oktober.
"Setelah hampir koreksi 10 persen pada indeks saham S&P, tanda
bullish kembali muncul. Sekarang indeks saham berada di jalur untuk
menutup di atas level resistance, dan ini merupakan pertanda bullish.
Namun kebijakan bank sentral global mesti akomodatif untuk saham," ujar
Adam Sarhan, CEO Sarhan Capital, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa
(28/10/2014).
Di antara saham mencatatkan kenaikan besar, saham Gilead Sciences
naik 1,7 persen menjadi US$ 112,59 seiring rencana rilis laporan
keuangan. Saham Micro Technology melonjak 4 persen menjadi US$ 32,30
setelah mengumumkan rencana buyback saham sebesar US$ 1 miliar.
Sementara itu, saham Twitter Inc turun 9,6 persen ke level US$ 43,88
setelah melaporkan perkiraan penjualan yang mungkin kehilangan target.
Sedangkan di S&P 500, saham turun tajam yaitu saham Nabors
Industries melemah 6,7 persen menjadi US$ 17,48. Di bursa saham Nasdaq,
saham Tesla Motors melemah 5,8 persen.
Terkait rilis kinerja, mayoritas perusahaan di AS mengalahkan harapan
pelaku pasar. Dari 213 perusahaan yang sudah melaporkan kinerja,
sekitar 71,4 persen mengalahkan perkiraan analis.
Sumber : Liputan6