Pemerintah Thailand melaporkan kondisi
perdagangan luar negerinya yang terkini melalui Departemen Kementerian
Perdagangan Promosi Perdagangan Internasional yang menunjukkan
terjadinya defisit oleh masih kontraksinya ekspor pasca kekacauan
politik di negeri gajah tersebut.
Ekspor Thailand dilaporkan telah turun
lebih dari yang diharapkan pada bulan Mei lalu yang menunjukkan bahwa
pilar ekonomi masih lemah pasca militer yang mengambil alih pemerintahan
negara tersebut, dan ini tugas awal yang berat pemerintah militer
menghadapi pertumbuhan setelah tujuh bulan terjadi kekacauan politik.
Sebagai informasi, pada tanggal 22 Mei 2014 lalu tentara Thailand
merebut kekuasaan dalam upaya untuk memulihkan ketertiban dan
mendapatkan solusi ekonomi yang sudah babak belur oleh melemahnya
permintaan dan berkurangnya kedatangan wisatawan.Ekspor yang sebagian besar di antaranya adalah barang-barang industri telah turun 2,14 persen pada Mei dari tahun sebelumnya yang menambah turunnya ekspor bulan April sekitar 0,9 persen secara basis tahunan. Selain itu pada bulan Mei, impor juga turun untuk 10 bulan berturut.
Dilaporkan juga pada bulan Mei, ekspor ke China turun 5,7 persen, namun ekspor ke AS naik 2,8 persen dari tahun sebelumnya. Dan Kementerian juga memperkirakan pertumbuhan ekspor sebesar 3,5 persen tahun ini, meskipun sampai bulan Mei lalu ekspor telah turun 1,22 persen.
Dengan kondisi perdagangan demikian Thailand memiliki defisit perdagangan sebesar $ 810 juta pada bulan Mei, lebih besar dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya untuk surplus $ 300 juta. Dan dalam lima bulan hingga akhir Mei defisit perdagangan mencapai $ 1,56 miliar dengan ekspor yang turun 1,22% dan impor turun 14%.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting melihat turunnya ekspor dibulan Mei ini memberikan kekhawatiran bagi pasar bahwa pertumbuhan ekonomi Thailand kuartal kedua akan mengalami penyusutan dari pertumbuhan 2,1 persen di kuartal pertama. Dan sebelumnya bank sentral Thailand telah memangkas proyeksi pertumbuhan setahun penuh menjadi 1,5 persen dari 2,7 persen.
Sumber : Vibiznews