Monday 28 September 2015

Penurunan Saham Biotech Kirim Saham AS Terkoreksi untuk Hari Kelima

BESTPROFIT FUTURES MALANG (29/9) - Saham AS jatuh mingirim ekuitas acuan turun untuk sesi kelima berturut-turut, seiring penurunan saham bahan baku dan energi di tengah tanda-tanda lebih dari perlambatan di China sementara saham perusahaan bioteknologi memperpanjang aksi jual pekan lalu.
Indeks Standard & Poor 500 turun sebesar 2 persen ke level 1,893.76 pukul 12:24 di New York, terendah dalam sebulan terakhir. Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 241,41 poin, atau sebesar 1,5 persen, ke 16,073.26. Indeks Nasdaq Composite anjlok sebesar 2,2 persen.
Pasar ekuitas telah bergejolak dalam beberapa pekan terakhir di tengah kebingungan atas kebijakan pengetatan Federal Reserve dan kekhawatiran atas perlambatan di Asia. Rilis data hari ini menunjukkan laba perusahaan industri China turun tajam sejak pemerintah Tiongkok memulai mengumpulkan data pada tahun 2011 lalu. saham Bioteknologi jatuh pada hari Jumat, diimbangi penguatan didorong oleh keyakinan Ketua The Fed Janet Yellen yang menjamin gejolok di pasar negara berkembang tidak akan merugikan pertumbuhan ekonomi AS.
Presiden Federal Reserve Bank of New York William C. Dudley mengatakan hari ini bank sentral AS akan "mungkin" menaikkan suku bunga tahun ini meskipun ketidakpastian atas pertumbuhan global. "Saya pikir bahwa ekonomi cukup baik," kata Dudley dalam sebuah acara di New York. Ia berharap pertumbuhan di semester kedua akan "sedikit lebih lemah" daripada semester pertama.
Rilis laporan hari ini menunjukkan pengeluaran rumah tangga naik lebih dari perkiraan pada bulan Agustus dan pendapatan juga meningkat seiring bagian terbesar dari ekonomi AS terus menunjukan penguatan melewati perlambatan global. Rilis data terpisah menunjukkan penandatanganan kontrak untuk membeli rumah AS yang sebelumnya dimiliki secara tak terduga turun pada bulan Agustus untuk kedua kalinya tahun ini, menandakan sektor perumahan real estate mungkin mengalami kesulitan membangun momentum baru-baru ini. (izr)
Sumber: Bloomberg