Wednesday 9 March 2016

Harga Minyak AS Meningkat 5%

BESTPROFIT FUTURES MALANG (10/3) - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) melonjak hampir 5 persen setelah terjadi keseimbangan pada persediaan bensin di negara ini pada pekan lalu. Kondisi ini meyakinkan pasar bahwa permintaan energi telah meningkat meskipun stok minyak mentah mencapai rekor tertinggi untuk minggu keempat.

Harga minyak mentah juga mendapat dukungan dari spekulasi tentang kemungkinan negara-negara produsen minyak bersepakat mengurangi produksinya.

Melansir laman Reuters, Kamis (10/3/2016), harga minyak mentah berjangka AS naik US$ 1,79 atau 4,9 persen menjadi US$ 38,29 per barel. Sementara minyak mentah berjangka Brent naik US$ 1,29 menjadi US$ 40,94 per barel, setelah menyentuh posisi tertinggi dalam  tiga bulan pada Selasa kemarin di atas US$ 41 per barel.

Lembaga Administrasi Informasi Energi AS mengatakan, stok minyak mentah naik 3,9 juta barel menjadi hampir 522 juta barel, seperti perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters. Namun, persediaan bensin turun 4,5 juta barel, lebih dari jumlah yang disurvei sebesar 1,4 juta barel.

"Bensin adalah bintang pertunjukan hari ini. Kekuatan berkelanjutan dalam permintaan telah menghasilkan imbang besar untuk persediaan bensin meskipun terjadi rebound di kilang," kata Matt Smith, Direktur Riset Komoditas ClipperData, perusahaan penyedia data energi.

Di awal sesi, harga minyak naik setelah pejabat minyak Irak mengatakan jika Organisasi Negara Pengekspor Minyak berencana untuk bertemu di Moskow pada 20 Maret untuk membahas rencana pembekuan produksi. Namun kemudian kementerian energi Rusia mengatakan tidak ada tanggal atau tempat telah ditetapkan untuk pertemuan.

Kekhawatiran tentang pasokan minyak terlalu banyak, sempat membuat harga minyak patokan global, Brent jatuh 3 persen pada Selasa, setelah mencapai posisi tertinggi tahun ini di atas US$ 40 per berel. Tetapi harga minyak mentah kembali naik pada Rabu.

"Harga ini akan kembali menjadi stabil, pasti," jelas Scott Shelton, Broker Energi ICAP di Durham, North Carolina.

Harga minyak telah meningkat sekitar 25 persen sejak Arab Saudi, Qatar, Venezuela dan negara eksportir non OPEC Rusia mengatakan, jika pada pertengahan Februari mereka akan meninggalkan pasokan di tingkat Januari jika mendapatkan cukup dukungan dari produsen lain.

Konsultan energi Wood Mackenzie berharap, harga rata-rata tahunan minyak pada 2016 lebih rendah dari 2015 dan kemudian pulih pada 2017. "Ini yang mencerminkan kelebihan pasokan besar dan tingkat tinggi saham pada paruh pertama 2016," jelas Wood Mackenzie. (Nrm/Ndw)


Sumber : Liputan6