BESTPROFIT FUTURES (18/7) - Pemerintah
Turki mengambil tindakan tegas untuk menghukum para pendukung percobaan
kudeta yang gagal pada akhir pekan lalu dengan menangkap tak kurang
dari 6.000 personel militer dan pengadilan.
Dua
hari usai drama percobaan kudeta, pemerintahan yang dipimpin Presiden
Recep Tayyip Erdogan menyatakan situasi kini berada dalam kendali, baik
sektor keamanan maupun ekonomi.
Erdogan
menuduh musuhnya, ulama Muslim yang berbasis di Amerika Serikat
Fethullah Gulen, sebagai dalang percobaan kudeta, salah satunya dengan
menciptakan "struktur paralel" di jajaran personel pengadilan, polisi,
angkatan bersenjata dan media.
Hingga
Minggu (17/7) malam, pemerintah Turki telah menangkap hampir 3.000
komplotan militer pelaku kudeta, mulai dari komandan tingkat atas hingga
prajurit berpangkat rendah. Sekitar 3.000 lainnya yang ditangkap
merupakan para hakim dan jaksa.
Di
antara mereka yang ditangkap adalah Jenderal Bekir Ercan Van, komandan
pangkalan udara Incirlik yang selama ini digunakan sebagai markas jet
tempur Amerika Serikat untuk melawan ISIS di Irak dan Suriah.
CNN
Turk melaporkan bahwa asisten kepala militer Erdogan juga termasuk yang
ditahan. Sementara, pemerintah Arab Saudi menahan atase militer Turki
untuk Kuwait atas permintaan Turki, menurut laporan media Saudi, Al
Arabiya TV.
Pada
Sabtu (16/7), Menteri Tenaga Kerja Turki Suleyman Soylu menyatakan
kepada media Haberturk bahwa ia yakin Washington berada di balik upaya
kudeta.
Menteri
Luar Negeri AS John Kerry menegaskan bahwa tuduhan AS mendalangi kudeta
adalah informasi yang "sangat salah" dan menyatakan pada Minggu bahwa
AS tidak memiliki informasi intelijen sebelumnya soal perencanaan
kudeta.
Sementara,
para pendukung Erdogan berkumpul di depan rumahnya di Istanbul,
mendesak agar komplotan kudeta menghadapi hukuman mati. Di Turki,
hukuman mati dilarang pada 2004, salah satu kebijakan Turki yang berubah
sebagai upaya untuk bergabung dengan Uni Eropa.
"Kita tidak bisa mengabaikan permintaan ini," kata Erdogan di tengah para pendukungnya, dikutip dari Reuters.
"Dalam demokrasi, apa pun yang diminta rakyat harus terjadi," ujarnya.
Erdogan
mengatakan "kelompok teror" yang dipimpin Gulen telah merusak angkatan
bersenjata. Ia bersumpah, bahwa aksi "pembersihan" militer akan terus
berlanjut. Gulen sendiri di kediamannya di Pennsylvania, AS, membantah
terlibat dalam kudeta.
Kementerian
Luar Negeri Turki menyatakan korban tewas akibat aksi kekerasan yang
mewarnai kudeta pada Jumat mencapai lebih dari 290 orang, termasuk 100
pemberontak. Jumlah korban luka mencapai 1.400 orang.
Sumber: CNN