Tuesday 19 May 2015

Rilis Data Perumahan Bikin Wall Street Tergelincir

BESTPROFIT FUTURES MALANG (20/5) - Wall Street hanya sedikit berubah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dengan indeks Standard & Poor 500 tergelincir dari rekor tertinggi setelah data perumahan Amerika Serikat (AS) menunjukkan adanya lonjakan ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Data tersebut mendukung spekulasi akan kenaikan suku bunga acuan yang akan direncanakan oleh Bank Sentral AS (The Fed).

Mengutip Bloomberg, Rabu (20/5/2015), Indeks Standard & Poor 500 turun 0,1 persen menjadi 2.127,87 pada pukul 04.00 PM waktu New York, AS. Level tersebut hanya sedikit berubah dari posisi tertinggi yang pernah dicetak pada tiga sesi perdagangan sebelumnya. Indeks Dow Jones Industrial Averange naik 0,1 persen menuju rekor tertinggi sedangkan Indeks Nasdaq COmposite melemah 0,2 persen.

"Saat ada berita atau sentimen yang kuat, muncul kekhawatiran akan adanya kenaikan suku bunga," jelas Kepala Investasi McQueen, Ball & Associates di Bethlehem, Pennsylvania, AS. Ia melanjutkan, pelaku pasar kembali menebak-nebak apakah data ekonomi yang keluar bisa menjadi dasar bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga.

Sebuah laporan menunjukkan bahwa konstruksi rumah baru di Amerika naik pada April 2015 kemarin ke level tertinggi sejak November 2007. Selain itu, data mengenai peningkatan tenaga kerja juga menunjukkan bahwa pelemahan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di awal tahun ini hanya bersifat sementara saja.

Dampak dari membaiknya beberapa data ekonomi tersebut adalah muncul kembali perdebatan kapan waktu yang tepat bagi Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga. The Fed akan mengumumkan hasil pertemuan bulanan yang dilakukan pada April kemarin pada Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta).

Pada perdagangan di awal pekan ini, Wall Street mencetak rekor tertinggi karena didorong kenaikan saham-saham dari perusahaan teknologi. Salah satu saham yang mendongkrak kenaikan indeks di AS adalah saham Apple.

Saham pembuat produk iPhone tersebut naik 1,1 persen ke level US$ 130,19 setelah Carl Icahn, salah satu pemegang saham Apple terbesar mengatakan, saham Apple sebenarnya berada di bawah harga pasar. Menurutnya, saham Apple harusnya ditransaksikan di level harga US$ 240. (Gdn/Igw)


Sumber : Liputan6