Thursday 18 September 2014

Bank Sentral Tiongkok Umumkan Kejutan Mini Stimulus Ke-2

Bank sentral Tiongkok kembali memberikan kejutan kedua di minggu ini dengan memberikan kemudahan kebijakan moneter dengan memotong biaya pinjaman jangka pendek. Diterapkannya kebijakan ini menjadi sebuah sinyal kekhawatiran di Beijing atas melemahnya pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.
Dengan diberlakukannya kebijakan ini maka asumsi yang mengatakan bahwa Beijing akan terjebak dalam kondisi perlambatan ekonomi seolah ditepis. Langkah serupa di masa lalu sebelumnya juga sudah dilakukan oleh Bank Rakyat China yang cukup banyak memakai peranan suku bunga dalam memperbaiki kondisi ekonomi negaranya.
Bank Rakyat China pada hari ini telah menurunkan suku bunga acuan atas repurchase agreement 14-hari, sebesar 20 basis poin menjadi 3,5%. Bank sentral menggunakan operasional pasar,  yang jatuh pada setiap hari Selasa dan Kamis, untuk menyesuaikan pasokan dan biaya dana dalam sistem keuangan.
Kebijakan ini dipandang sebagai sebuah sinyal kebijakan yang signifikan. Kemungkinan penurunan suku bunga acuan juga meningkat karena bank sentral saat ini mempertahankan suku bunga PUAB yang lebih rendah.
Tanda-tanda baru dari perlambatan ekonomi terbesar kedua di dunia ini juga muncul setelah sebuah laporan yang telah rilis menunjukkan harga properti turun memasuki bulan keempat berturut-turut dibulan Agustus lalu.
Data pasar perumahan yang lemah diikuti indikator lain dari perlambatan Tiongkok selama akhir pekan, termasuk penurunan tajam dari perkiraan terhadap hasil final pertumbuhan produksi industri untuk bulan Agustus yang menjadi 6,9% pada basis tahunan dimana kenaikan ini merupakan laju paling lambat sejak 2009 lalu.
Seperti diketahui sebelumnya,  Bank Sentral ini juga telah memberikan “mini” stimulus kepada sektor perbankan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang sedang melambat. Bank sentral menyediakan 500 miliar yuan (8.14 miliar dollar AS) dalam bentuk likuiditas untuk  lima bank terbesarnya. Dengan memberikan likuiditas kepada bank-bank ini diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan kredit sehingga pertumbuhan ekonomi makro bisa tergenjot.
Para pemimpin Tiongkok sejauh ini tampaknya telah berhasil menahan godaan dari penggunaan stimulus fiskal besar atau pelonggaran moneter yang agresif untuk mendongkrak perlambatan ekonomi. Sebaliknya, pihak berwenang justru lebih mengandalkan belanja infrastruktur dan kredit, seperti memotong rasio persyaratan cadangan untuk kreditur pedesaan dan kota.

Sumber : Vibiznews