BESTPROFIT FUTURES MALANG (27/2) - Bursa Amerika Serikat (AS) tergelincir pada penutupan perdagangan
Jumat (Kamis) ini, ditunjukkan penurunan pada saham energi pada indeks
indeks Dow dan S & P 500 seiring anjloknya harga minyak dunia. Hanya
indeks Nasdaq yang tercatat menguat setelah adanya berita kesepakatan
di sektor teknologi.
Saham energi memimpin penurunan indeks S
& P 500 dan Dow, dengan indeks energi S & P 500 turun 2,3 persen
usai harga minyak mentah AS turun 5,5 persen menjadi menetap di US$
48,17 per barel, tertekan oleh naiknya persediaan di Amerika Serikat.
Sementara indeks Dow Jones Industrial Average turun 34,26 poin atau
0,19 persen menjadi 18.190,31 poin. Indeks S & P 500 kehilangan 7,11
poin atau 0,34 persen ke posisi 2.106,75, sedangkan indeks Nasdaq
Composite bertambah 4,46 poin, atau 0,09 persen, ke level 4.971,59.
Setelah mengawali tahun dengan lambat, pasar saham AS kembali rebound
tajam pada Februari. Baik Dow dan S & P 500 berada di jalur untuk
kinerja bulanan terbaik sejak Oktober 2011, sedangkan Nasdaq berada pada
kecepatan untuk bulan terbaik sejak Januari 2012.
"Ini salah
satu bulan terkuat dalam beberapa tahun untuk S & P 500, Nasdaq
bahkan yang tertinggi sepanjang masa, dan kami datang sangat jauh,
sangat cepat. Tapi kita sudah punya langkah besar ... dan Anda memiliki
harapan beberapa profit taking, "kata Adam Sarhan, CEO Sarhan Capital di
New York melansir laman Reuters.
Adapun saham yang
kondisinya meningkat antara lain Avago Technologies (AVGO.O) yang
melonjak 13,2 persen menjadi US$ 129,47 dan menjadi pemain terbaik di
kedua indeks S & P 500 dan Nasdaq 100, setelah perusahaan mencapai
kesepakatan untuk mengakuisisi Emulex (ELX.N) sebesar US$ 8 per saham.
Demikian pula saham Apple juga sedikit lebih tinggi dan terakhir naik 0,6 persen pada posisi US$ 129,50.
Data ekonomi AS tercatat bercampu. Ini diperlihatkan data harga
konsumen AS pada Januari memiliki penurunan terbesar sejak 2008 karena
harga bensin jatuh.
Sementara klaim pengangguran mingguan naik, demikian pula barang
tahan lama terakhir pesanan. Data deflasi bisa membuat Federal Reserve
lebih berhati-hati dengan rencana kelonggaran untuk mempertahankan suku
bunga rendah untuk sedikit lebih lama. (Nrm)
Sumber : Liputan6