BESTPROFIT FUTURES MALANG (20/2) - Harga minyak melanjutkan pelemahannya pada Kamis (Jumat pagi WIB),
setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan rekor tertinggi
dalam persediaan minyak mentah.
Dilansir dari Reuters, Jumat (20/2/2015), harga minyak jenis
Brent yang menjadi patokan di pasar internasional turun US$ 32 sen
menjadi US$ 60,21 per barel, dengan level terendah pada hari ini US$
57,80 per barel. Pada hari Selasa, harga minyak Brent sempat menyentuh
level tertinggi dalam dua bulan di kisaran US$ 63 per barel.
Sementara
Harga mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi patokan
minyak di AS ditutup melemah US$ 98 sen menjadi US$ 51,16. Pada awal
sesi, harga sempat turun lebih dari US$ 2 per barel.
Badan
Administrasi Informasi Energi AS melaporkan persediaan minyak mentah di
AS naik 7,7 juta barel pada pekan lalu ke rekor 425,6 juta barel.
Stok minyak AS lebih dari dua kali lipat 3,2 juta barel di atas yang diperkirakan oleh analis dalam jajak pendapat Reuters, tapi jauh di bawah 14,3 juta barel diperkirakan para pelaku industri perminyakan AS.
Harga sempat melonjak selama bulan lalu, dengan Brent tercatat naik
35 persen dari level rendah pada pertengahan Januari. Beberapa analis
meramalkan harga minyak bisa terdongkrak karena berkurangnya jumlah rig
minyak di AS.
Dalam beberapa pekan terakhir mentah telah jatuh akibat menguatnya
laporan stok yang melimpah, kemudian rally dalam seminggu ketika data
dari Baker Hughes menunjukkan jumlah rig pengeboran minyak AS berada di
posisi terendah tiga tahun.
"Namun fokusnya kembali lagi pada
kelebihan pasokan. Pertanyaan besarnya adalah untuk berapa lama?" " kata
Carsten Fritsch, analis minyak di Commerzbank di Frankfurt. (Ndw)
Sumber : Liputan6