BESTPROFIT FUTURES MALANG (6/4) - Seperti diketahui, pada pekan lalu baru
saja dilaporkan bahwa aktivitas manufaktur di Jepang kembali melambat di
bulan Maret. Hal tersebut diiyakan oleh beberapa perusahaan besar di
Jepang, Daikin Industries ‘(6367.T) yang terkenal dengan produksi AC-nya
misalnya. Pihak Daikin menyampaikan bahwa saat ini memang jumlah
pesanan terhadap pabriknya menurun tajam, disebabkan oleh laju pemulihan
Jepang yang masih terjebak pada tren yang lambat.
Pihak manajemen Daikin pun hingga hari
ini masih mencari bagaimana strategi yang efektif dan efisien dalam
rangka meningkatkan output hingga sekitar 20 persen. Saat ini Daikin
telah mengalihkan sejumlah pabriknya yang ada di Tiongkok ke Jepang
untuk memanfaatkan pelemahan yen. Seperti Daikin juga, sejumlah produsen
Jepang memindahkan produksi kembali ke Jepang dari Tiongkok dan tempat
lain untuk mengambil keuntungan dari pelemahan yen, misalnya saja
perusahaan kompetitotnya seperti Panasonic (6752.T) dan Sharp (6753.T)
akhirnya memutuskan untuk membawa kembali produksi pabrik yang berupa
lemari es ke Jepang.
Namun demikian, saat ini
perusahaan-perusahaan di Jepang masih tetap berhati-hati terhadap
penanaman modal baru di pabrik. Pasalnya, setelah sempat meningkatkan
belanja modal sebesar 6 persen pada tahun fiskal 2014 kemarin, sebagian
besar produsen kecil justru merencanakan penurunan belanja modalnya
hingga 14 persen di tahun 2015 ini.
Dalam strateginya meningkatkan
perekoomian di Jepang agar keluar dari tren stagnasi dan deflasi,
Perdana Menteri Shinzo Abe terus menghimbau seluruh perusahaan di Jepang
agar bersedia untuk menggunakan uang yang mereka miliki untuk
berinvestasi agar siklus uang dan investasi dalam perekonomian Jepang
dapat terus berlangsung.
Sayangnya, yang terjadi saat ini adalah
suku bunga yang sudah dipatok rendah di Jepang nyatanya belum mampu
mengangkat laju investasi di negara tersebut. Para pelaku pasar menilai
dalam jangka waktu dekat perekonomian Jepang masih akan suram sehingga
mereka tetap lebih memilih menyimpan tabungannya di bank dibanding
berinvestasi ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi negaranya.
Sumber : Vibiznews