BESTPROFIT FUTURES MALANG (30/4) - Untuk mengatasi perlambatan ekonomi
Tiongkok yang kerap melanda negara tersebut hingga hari ini, Bank
sentral Tiongkok (PBOC) kembali melakukan cara untuk menumbuhkan ekonomi
negaranya. Kali ini kembali bank sentral negara tersebut merenovasi
sistem keuangannya dengan memperbolehkan bank-bank komersial menjadikan
obligasi pemerintah daerah sebagai jaminan likuiditas.
Tindakan ini bagi PBOC diyakini sebagai
cara untuk menyalurkan lebih banyak uang ke dalam pasar uang Tiongkok.
Saat ini isu tersebut sudah menyebar di pasar keuangan Tiongkok,
berbagai spekulasi mulai jadi skenario pembicaraan para pelaku
pasar bahwa PBOC akan menyuntikkan dana ke perekonomian Tiongkok melalui
cara konvensional tersebut yang intinya menuju pada “pelonggaran
kuantitatif”.
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi
Tiongkok telah melambat, tapi tidak seperti Eropa dan Amerika Serikat
(AS), karena sebenarnya ada ruang berlimpah di Tiongkok untuk melawan
tekanan ekonomi global melalui cara konvensional selain dengan
mengurangi suku bunga dan pemangkasan cadanagan rasio perbankan. Hingga
saat inipun Tiongkok memang terkenal dengan kebijakan yang cukup
“irasiona” bagi negara lain misalnya dengan program pembelian aset yang
agresif.
Jika kita telaah kebelakang beberapa
kebijakan yang konvensional PBOC antara lain, pertama, pada 19 April
2014 lalu, PBOC telah memompa dana sebesar 1,2 triliun yuan ($
196.000.000.000) menjadi 1,5 triliun yuan ke pasar uang dengan
mengurangi RRR. Kedua, segera setelah RRR dipangkas, PBOC menyuntikkan
sejumlah besar dana ke bank-bank, yaitu sebesar $ 32.000.000.000 ke
China Development Bank (CDB) dan $ 30 miliar ke Bank Ekspor-Impor
Tiongkok. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pinjaman bank di sektor
yang telah ditargetkan seperti pertanian, perumahan bersubsidi dan usaha
kecil dan swasta.
Pada bulan Juli 2014, CDB kembali
menerima 1 triliun yuan, yang merupakan pinjaman berjangka tiga tahun
dari PBOC. Dengan adanya fasilitas ini maka memungkinkan bagi CDB untuk
menggunakan pinjaman sebagai jaminan untuk mendapatkan dana yang
diinvestasikan dalam proyek-proyek perumahan bersubsidi. Kali ini, CDB
bisa menggunakan modal baru untuk membeli obligasi pemerintah daerah dan
kemudian menggunakan efek tersebut sebagai jaminan untuk mendapatkan
dana dari PBOC.
Ke depan kalangan ekonom berpendapat
jika perlambatan ekonomi Tiongkok masih terus berlanjut maka bukan tidak
mungkin jika PBOC kembali memangkas RRR perbankannya dan menyuntikkan
dana lewat pembelian efek. Beberapa contoh diatas cukup memperkuat
bagaiman adopsi kebijakan moneter Tiongkok ke depan.
Sumber : Liputan6