BESTPROFIT FUTURES MALANG (29/4) - Harga minyak dunia masih di bawah tekanan pada penutupan perdagangan
Selasa (Rabu pagi WIB), dengan Brent menetap lebih rendah dan minyak
mentah Amerika Serikat (AS) cenderung mendatar.
Pelemahan ini akibat kekhawatiran tentang membengkaknya stok minyak
mentah AS yang telah memangkas kenaikan harga di tengah memanasnya
konflik di Timur Tengah dan pelemahan dolar AS.
Sempat reli di awal perdagangan, tekanan jual tumbuh karena investor
khawatir tentang catatan stok minyak AS yang tinggi. Setelah pasar
ditutup, American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri
perminyakan, melaporkan persediaan minyak mentah AS naik ke rekor tinggi
untuk minggu ke-16.
Dilansir dari Reuters, Rabu
(29/4/2015), harga minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI)
ditutup naik US$ 7 sen menjadi US$ 57,06 per barel, setelah menyentuh
level US$ 57,83 per barel.
Minyak Brent, yang lebih banyak
digunakan patokan minyak dunia, tercatat turun US$ 19 sen, atau 0,3
persen menjadi US$ 64,64 per barel, usai menguat sampai US$ 65,49 per
barel.
Sebelumnya, harga minyak naik karena pasukan Iran naik kapal berbendera Marshall Islands, MV Maersk Tigris, di Teluk usai menembakkan tembakan peringatan. Televisi Al Arabiya awalnya mengatakan kapal itu adalah kapal AS.
Penurunan
dolar AS ke level terendah dalam delapan minggu juga mendukung harga
minyak. Pelemahan dolar AS setelah laporan keyakinan konsumen AS yang
melemah pada bulan April, membuat investor berhati-hati tentang
pertemuan Federal Reserve minggu ini.
Harga minyak telah naik
sekitar 20 persen bulan ini untuk pemulihan terkuat sejak aksi jual
minyak antara Juni 2014 dan Januari 2015. Namun kebanjiran stok minyak
telah menahan kenaikan harga.
API melaporkan, persediaan minyak mentah AS naik 4,2 juta barel pekan
lalu, hampir 2 juta barel lebih tinggi dari perkiraan dalam jajak
pendapat Reuters, ke rekor 485,4 juta barel. (Ndw)
Sumber : Liputan6