BESTPROFIT FUTURES MALANG (20/4) - Sepanjang pekan lalu, harga emas untuk pengiriman Juni turun 0,3 persen
dan ditutup di harga US$ 1.203,1 per ounce. Meski begitu, harga emas
diprediksi naik pekan depan, mengambil keuntungan dari pelemahan nilai
tukar dolar AS.
Mengutip laman International Business Times, Senin (20/1/2015), dari 22 profesional di bidang penjualan emas yang disurvei Kitco News survey
pekan ini, sebanyak 13 responden memprediksi harga logam mulia itu akan
naik. Sementara tiga lainnya menilai harga emas akan turun, dan enam
lagi melihat harga komoditas tambang itu tak banyak bergerak.
Sementara
dari 421 suara yang diperoleh pada survei Kitco secara online, sebanyak
45 persen memprediksi harga emas akan naik. Sedangkan 40 persen lain
melihat harga emas akan turun dan sisa 15 persen lain melihat harga emas
bergerak stagnan.
Pekan ini, pergerakan nilai tukar dolar AS
mencatatkan pergerakan terparah setelah rilis inflasi AS ternyata tak
mampu meredakan kekhawatiran para investor. Pasalnya, data-data ekonomi
AS dapat menjadi salah satu cara untuk membuat Bank Sentral AS (The Fed)
menunda keputusannya menaikkan suku bunga.
"Jika dolar berhasil
memanfaatkan.momentum penguatannya, harga emas dapat terdorong ke
kisaran US$ 1.221 dan US$ 1.225 per ounce," ujar ahli strategi pasar
senior iiTrader, Teddy Sloup.
Dia terbilang yakin bahwa harga emas akan terus naik.
Sloup
menjelaskan, penguatan positif pada emas saat ini bertumpu pada dolar
AS yang menunjukkan sinyal bahwa penguatannya telah berakhir.
Menurutnya, agar dolar kembali meraih momentum penguatannya, harga emas
harus menyentuh level US$ 1.221 dan US$ 1.225 per ounce dengan sokongan
pelemahan dolar.
Head of Commodity Strategy Saxo Bank, Ole Hansen
mengatakan, lemahnya dolar dapat mengakhiri momentum pasar modal dan
meningkatkan harga emas.
"Yield obligasi negatif di Eropa terus meningkatkan status emas sebagai nilai lindung investasi," katanya. (Sis/Ndw)
Sumber : Liputan6