BESTPROFIT FUTURES MALANG (1/10) - Euro
melemah untuk pertama kalinya dalam tiga hari terakhir karena laju
inflasi di kawasan euro tiba-tiba berbalik negatif untuk pertama kalinya
dalam enam bulan terakhir, menambah tekanan pada Bank Sentral Eropa
untuk memperluas stimulus moneter.
Euro
melemah terhadap semua mata uang utama seiring harga konsumen di zona
euro turun 0,1 persen pada September dari tahun sebelumnya, menurut
laporan dari kantor statistik Uni Eropa. Ekonom dalam survei Bloomberg
memperkirakan tingkat inflasi nol persen.
Euro
jatuh sebesar 0,6 persen ke level $1,1177 pada pukul 5 sore waktu New
York, memangkas keuntungan sejak akhir Juni menjadi 0,3 persen. Dolar
menguat 0,1 persen ke level 119,88 yen pada hari Rabu.
Sementara
program pelonggaran kuantitatif ECB mendorong euro ke level terendah
dalam 12-tahun terakhir dari level $1,0458 pada bulan Maret, mata uang
euro telah rebounded. Penurunan euro menjadi tantangan bagi para pembuat
kebijakan, karena penguatan euro mungkin meredam ekspor dan mengancam
upaya mereka untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi di blok
tersebut.
Presiden
ECB Mario Draghi mengatakan pada 23 September lalu bahwa itu terlalu
dini untuk mengatakan risiko terhadap prospek ekonomi dibenarkan untuk
menambah stimulus. Bank sentral, memulai rencana pembelian aset pada
bulan Maret senilai 1,1 triliun euro ($1.23 triliun), bertujuan menahan
laju inflasi hanya di bawah 2 persen.
Setiap
dorongan untuk program ini, baik melalui memperpanjang durasi atau
skala pembelian yang ada, akan datang karena Federal Reserve bergerak
lebih dekat menaikkan suku bunga AS dari rekor terendahnya, yang dapat
melemahkan euro lebih jauh terhadap dolar.
Estimasi analis euro jatuh ke level $ 1,08 pada akhir tahun ini, menurut survei Bloomberg. (izr)
Sumber: Bloomberg