BESTPROFIT FUTURES MALANG (21/9) - Euro
memperpanjang penurunan dari hari Jumat pekan lalu, terbesar dalam tiga
minggu terakhir, karena para pedagang mengantisipasi Pejabat Bank
Sentral Eropa akan terus menandai kesiapan untuk melakukan pelonggaran
kebijakan moneter di tengah risiko pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat
serta inflasi.
Euro
pada hari Jumat turun karena Benoit Coeure, anggota Dewan Eksekutif
ECB, menekankan bahwa lintasan kebijakan AS dan Eropa akan "tetap sangat
berbeda," bahkan setelah Federal Reserve menahan diri untuk
meningkatkan suku bunga pada pekan lalu. Koleganya Ewald Nowotny dan
Peter Praet dijadwalkan untuk berbicara pada hari Senin. Penurunan Euro
mungkin akan terbatas setelah Alexis Tsipras kembali berkuasa di Yunani
menyusul kemenangan pemilu, mempertahankan jadwal reformasi negara
tersebut berada di trek sebelum kajian internasional yang jatuh tempo
pada akhir tahun ini.
Mata
uang umum tersebut berada di level $ 1,1296 pada pukul 08:11 pagi di
Singapura setelah pada Jumat turun 1,2% ke level $ 1,1298. Euro sedikit
berubah terhadap yen di level 135,52 yen. Sementara dolar mmencapai
119,96 yen dari 119,98. Pasar saham Jepang ditutup untuk liburan
nasional pada hari Senin sampai Rabu.
Sementara
The Fed pada hari Kamis menahan diri, Ketua Janet Yellen mengatakan
kebanyakan pejabat masih mengharapkan untuk mengetatkan biaya pinjaman
pada tahun ini untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade.
Para
pengamat mengatakan penundaan bisa menambah tekanan pada ECB untuk
memperluas program pelonggaran kuantitatif untuk melawan penguatan euro
dan lemahnya permintaan global.
Euro
telah Naik 3,4% dalam tiga bulan terakhir, menurut Bloomberg
Correlation-Weighted Indexes. Sementara dolar telah Naik 4,1% dan yen
naik 6,7% selama periode itu.
Hedge
fund dan manajer keuangan lainnya meningkatkan taruhan bearish bersih
terhadap euro untuk minggu ketiga pada periode yang berakhir pada
tanggal 15 September menjadi 84,202 terontraksi dari 81,241, menurut
data dari Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka.(frk)
Sumber: Bloomberg