Sunday 3 May 2015

Pemimpin 3 Negara Utama Asia Bicarakan Nasib Ekonomi Mereka

BESTPROFIT FUTURES MALANG (4/5) - Gubernur bank sentral dan menteri keuangan Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan (Korsel) mengadakan pertemuan bilateral ditengah pertemuan tahunan pemimpin ADB (Asian Development Bank) di Baku, Azerbaijan 3-4 Mei 2015. Dalam pertemuan tersebut mereka menyatakan kesepahaman dan komitmen mereka untuk mengaplikasikan kebijakan moneter yang berorientasi mendukung permintaan dalam menghadapi lemahnya pertumbuhan global yang cenderung bergerak moderat dan tidak merata.
Dalam pertemuan tersebut, mereka sepakat bahwa saat ini ekonomi global sedang berada dalam fase yang penuh tekanan sehingga mereka berkomitmen untuk terus menerapkan kebijakan makroekonomi yang tepat waktu dan efektif untuk membantu meningkatkan permintaan. Namun, reformasi struktural untuk meningkatkan pertumbuhan potensial akan tetap menjadi prioritas utama untuk memperoleh pertumbuhan yang berkelanjutan dan seimbang.
Dalam lingkungan yang serba tidak pasti sekarang ini, pengaturan kebijakan moneter dipandang harus diaplikasikan dengan lebih hati-hati dan dikomunikasikan dengan jelas dengan negara-negara lain untuk meminimalkan dampak situasi negatif yang sudah ada, terutama dalam meminimalisir terjadinya assymetric information. Sementara itu, beralih ke Amerika Serikat (AS), banyak ekonom yang menghimbau agar kenaikan suku bunga The Fed AS tidak dinaikkan tahun ini karena justru akan emmperparah kondisi ekonom global.
Informasi tentang kenaikan suku bunga The Fed akan sangat mempengaruhi kebijakan moneter di negara-negara lain. terutama jika negara tersebut berhadapan dengan risiko stabilitas makroekonomi dan keuangan yang timbul dari arus modal yang mudah keluar. Terutama negara-negara di Asia yang hampir kebanyakan masih memegang status negara berkembang. Hingga saat ini ekonomi Asia masih berusaha untuk bangkit namun sayang, belakangan impian tersebut sering terhambat. Pasalnya, pertumbuhan Tiongkok, yang memiliki ekonomi terbesar kedua di dunia saja telah merosot ke posisi terendahnya dalam enam tahun terahir dengan PDB tercatat sebesar 7,0 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Sementara itu, Jepang, yang memiliki ekonomi terbesar ketiga, berhasil mencatat rebound dari fase resesi pada kuartal terakhir tahun lalu, dengan pertumbuhan sebesar 2,2 persen, namun persentase ini masih dinilai lemah dan gejala deflasi masih terlihat.
Menteri Keuangan Korea Selatan sendiri, Choi Kyung-hwan juga menyampaikan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi di negaranya tahun ini kemungkinan masih akan berada pada kisaran pertumbuhan 3,3 persen sesuai dengan proyeksi yang dibuat tahun 2014 lalu. Para pembuat kebijakan di Korsel mengkonfirmasi bahwa kemungkinan besar mereka masih akan menunggu sampai akhir Juni mendatang untuk menilai apakah diperlukan tambahan stimulus atau tidak.
Pekan lalu, berbagai rilis data dari 3 (tiga) negara utama di kawasan Asia Utara ini memenuhi tajuk utama berita internasional. Dilaporkan bahwa kinerja manufaktur Tiongkok dan Jepang memang menunjukkan kondisi yang kurang memuaskan. Sedangkan Korsel dilaporkan dapat terjebak dalam jurang deflasi. Beberapa kondisi yang cukup mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi ke-3 negara ini bisa menjadi alasan pertemuan bilateral ini untuk memperkuat perekonomian di negara nya.

Sumber : Vibiznews