BESTPROFIT FUTURES MALANG (17/3) - Harga minyak dunia merosot 2 persen pada perdagangan Senin pekan ini
dengan harga acuan minyak mentah Amerika Serikat (AS) sentuh level
terendah dalam enam tahun.
Hal itu didorong dari kenaikan hasil produksi minyak AS dan Libya.
Ditambah kemungkinan kesepakatan mengakhiri sanksi nuklir terhadap Iran
sehingga mendorong produksi minyak bertambah di pasar.
Harga minyak Brent ditutup melemah US$ 1,23 ke level US$ 53,44 per barel. Level ini terendah dalam enam tahun.
Sementara
itu, harga minyak mentah acuan AS melemah 96 sen ke level US$ 43,88.
Harga minyak itu turun mendekati 2 persen dari level terendah pada Maret
2009 sekitar US$ 42,85. Analis teknikal melihat, harga minyak bisa
sentuh US$ 37.
Penyedia data memperkirakan, ada sekitar 3 juta barel minyak di
Cushing, Oklahoma. Adanya kekhawatiran AS akan menyentuh produksi
tertinggi telah menambah kekhawatiran di pasar.
Menurut sumber, Libya juga mencatatkan produksi minyak mencapai 490 ribu barel per hari. Kenaikan ini mencapai dua kali lipat.
Mengutip laman Reuters, Selasa (17/3/2015), AS dan Iran juga
akan mencapai kesepakatan soal sanksi nuklir. Iran menyatakan akan
menaikkan ekspor minyak bila sanksi telah dicabut. Hal itu menambah
tekanan ke harga minyak.
"AS banjir pasokan minyak, dan produksi lain dari seluruh dunia juga
belum mereview produksinya. Pertanyaannya hingga kapan penampungan
minyak dapat bertahan sebelum full kapasitas," ujar Gene McGillian,
Senior Market Analyst Tradition Energy.
Societe Generale memperkirakan, pasokan minyak sekitar 1,6 juta bpd,
dan akan sentuh 1,7 juta bpd pada kuartal II. "Ini pertanda penurunan
harga minyak," kata Analis Societe Generale, Michael Wittner. (Ahm/)
Sumber : Liputan6