Thursday 7 July 2016

Harga Minyak Kembali Jatuh

BESTPROFIT FUTURES (8/7) - Harga minyak kembali turun pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong penurunan harga minyak karena kekhawatiran para pelaku pasar dengan adanya kelebihan pasokan minyak olahan atau Bahan Bakar Minyak (BBM).

Mengutip Wall Street Journal, Jumat (8/7/2016), harga minyak berjangka AS untuk pengiriman Agustus turun US$ 2,29 atau 4,8 persen ke angka US$ 45,14 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia turun US$ 2,40 atau 4,9 persen ke angka US$ 46,40 per barel di ICE Futures Europe.

Kedua harga minyak tersebut berada di level terendah dalam dua bulan terakhir atau terhitung sejak 10 Mei lalu.

Pada musim panas, kilang-kilang pengolahan minyak mentah biasanya meningkatkan permintaan. Alasan pendorong kenaikan permintaan tersebut karena di musim panas merupakan musim liburan yang mendorong kenaikan permintaan akan BBM karena banyak penduduk AS yang berlibur dan mengendarai kendaraan pribadi.

Namun ternyata pada musim panas kali ini berbeda. Terjadi kelebihan pasokan di setiap kilang pengolahan karena permintaan BBM tidak besar. Banjir pasokan tersebut menekan harga minyak.

Berdasarkan data dari The Energy Information Administration (EIA), permintaan akan BBM hanya mengalami kenaikan tipis pada pekan lalu. Namun penurunan stok bahan bakar tidak sesuai dengan harapan. Stok BBM terus berada di atas rata-rata.

"Kami semula berharap dengan adanya libur perayaan kemerdekaan AS konsumen bepergian sehingga bisa meningkatkan konsumsi BBM. Namun pada kenyataannya tidak begitu," jelas Andy Lipow, Presiden Lipow Oil Associates, Houston, AS.

Pasokan BBM yang berlebih tersebut membuat kilang-kilang sedikit memperlambat proses produksi. Dengan perlambatan tersebut tentu saja membuat pembelian minyak mentah berkurang dan memperburuk kelebihan pasokan dari minyak mentah.

Data dari EIA menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di AS hanya turun 2,2 juta barel. Penurunan persediaan itu berada jauh di bawah perkiraan dari analis yang disurvei oleh Wall Street Journal. Realisasi tersebut tentu saja semakin mendorong penurunan harga minyak.

"Tidak ada keraguan, sejumlah data mengecewakan dan berada jauh dari yang diharapkan," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group, Chicago, AS.


Sumber : Liputan6