Thursday 7 July 2016

Saham Energi Jadi Penekan Indeks S&P 500

BESTPROFIT FUTURES (8/7) - Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Averange (DJIA) berakhir di zona negatif pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Sektor energi menjadi pendorong utama pelemahan dua indeks utama di bursa Amerika Serikat (AS) tersebut.

Sedangkan indeks Nasdaq bergerak kebalikannya. Nasdaq mampu menguat terdorong kenaikan saham perusahaan ritel Costco dan saham-saham di sektor teknologi.

Mengutip Reuters, Jumat (8/7/2016), DJIA turun 22,74 poin atau 0,13 persen ke angka 17.895,88. S&P 500 melemah 1,83 poin atau 0,09 persen ke angka 2.097,9. Berbeda, Nasdaq Composite menguat 17,65 poin atau 0,36 persen ke angka 4.876,81.

Sektor energi menjadi penekan S&P 500. Saham Exxon dan Chevron melemah terdorong penurunan harga minyak yang mencapai 5 persen setelah penurunan stok minyak mentah tak sesuai dengan perkiraan dari para analis.

"Ada beberapa investor yang mengambil posisi jual atau profit taking dan mendorong pelemahan beberapa saham," jelas Analis Solaris Group, Bedford Hills, New York, AS, Tim Ghriskey.

Sedangkan Costco mampu membukukan kinerja yang baik dan menjadi saham dengan penguatan terbesar di indeks Nasdaq dan S&P 500 setelah melaporkan kinerja keuangan yang positif.

Penjualan Costco berada di atas perkiraan para analis untuk periode hingga Juni 2016. Dengan membaiknya kinerja keuangan tersebut mendorong aksi beli dari para pelaku pasar. Saham Costco menguat 4,9 persen.

Sebenarnya ada Sentimen positif di bursa AS selain laporan keuangan Costco. Namun sentimen positif tersebut belum mampu mengalahkan penurunan harga minyak.

Data tenaga kerja AS menunjukkan bahwa terjadi penambahan 172 ribu pekerjaan di sektor swasta pada Juni kemarin. Angka tersebut di atas perkiraan para analis yang ada di angka 159 ribu pekerjaan.

Data tersebut cukup positif karena pada bulan sebelumnya atau pada Mei data yang keluar jauh di bawah perkiraan para analis dan menimbulkan kekhawatiran akan pemulihan ekonomi di AS.

"Saat ini memang harus melihat data karena data tersebut yang akan meyakinkan Bank Sentral AS akan melanjutkan untuk mengetatkan kebijakan moneter atau tidak," kata Kepala Investasi Commonwealth Financial,Waltham, Massachusetts, AS, Brad McMillan.


Sumber : Liputan6