Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (RAPBN) 2015 baru saja disampaikan beberapa waktu lalu.
RAPBN 2015 adalah APBN lama untuk pejabat baru. Pada akhir September
2014 nanti RAPBN tersebut akan disahkan oleh legislatif yang lama,
tetapi akan tetap diawasi oleh anggota legislatif baru. Adapun RAPBN
2015 adalah RAPBN yang disusun dengan paradigma pembangunan pemerintahan
lama, untuk kemudian dilaksanakan pemerintahan baru.
Sebelumnya beberapa media memberitakan
bahwa dengan adanya RAPBN 2015 ini maka masa pemerintahan yang baru akan
memiliki kebijakan fiskal yang cukup sempit ditahun 2015 mendatang
karena sudah hampir sekitar 94 persen dana dianggarkan dan hanya tersisa
Rp 20 triliun. Beberapa pihak menyatakan kekhawatirannya hal ini akan
menghambat pemerintahan yang baru untuk berfokus pada kebijakan utama
mereka karena keterbatasan dana.
Namun nyatanya, pasca diumumkannya RAPBN
2015 ini, para pelaku pasar sepertinya tidak merespon dengan perilaku
yang signifikan. Tidak ada antusiasme yang cukup terlihat dari pasar
dari pasca diumumkannya RAPBN 2015. Reaksi pasar yang dinilai “adem” ini
terjadi karena RAPBBN ini dinilai tidak memiliki misi politik.
Pergerakan indeks saham pasca pembacaan Nota Keuangan APBN oleh SBY pun
tidak mengalami reaksi yang berarti.
Selain itu, RAPBN 2015 adalah APBN
gelondongan tanpa tawaran strategi kebijakan untuk setahun ke depan,
sehingga tidak ada tawaran kebijakan yang kontroversial yang dapat
memicu reaksi negatif pelaku pasar. Apalagi pasar telah terlanjur
meyakini bahwa RAPBN 2015 tersebut hanya bersifat sementara dan akan
mengalami revisi begitu pemerintahan resmi berganti.
Dapat dilihat tidak ada responsnya dari para pelaku pasar terhadap
RAPBN 2015 ini dengan kurs Rupiah yang tidak mengalami tekanan berarti
pasca pengumuman itu. Nilai tukar rupiah hanya sedikit melemah dari Rp
11.725 per dollar AS menjadi Rp 11.751 per dollar AS, melemah 0,2
persen. Adapun pada hari Senin dan Selasa pasca nota keuangan sedikit
menguat masing-masing Rp 11.623 per dollar AS dan Rp 11.624 per dollar
AS.Sumber : Vibiznews