Tuesday 30 August 2016

Uni Eropa Perintahkan Perusahaan Apple Bayar Pajak di Irlandia

BESTPROFIT FUTURES (31/8) - Perusahaan Apple kemungkinan akan diperintahkan untuk membayar kembali pajak dalam jumlah miliaran euro di Republik Irlandia oleh Komisaris Persaingan Usaha Uni Eropa.
Keputusan akhir, diharapkan akan keluar pada hari Selasa (23/8), menyusul penyelidikan selama tiga tahun soal pajak Apple di Irlandia, yang oleh Uni Eropa sianggap sebagai langkah ilegal.
Surat kabar bisnis, The Financial Times melaporkan bahwa pajak yang akan ditagihkan bisa berjumlah miliaran euro, atau triliunan rupiah, dan akan menjadi denda pajak terbesar di Eropa.
Perusahaan Apple dan pemerintah Irlandia kemungkinan untuk mengajukan banding terhadap putusan itu.
Di bawah undang-undang Uni Eropa, otoritas pajak nasional tidak diperbolehkan untuk memberikan keuntungan pajak bagi perusahaan-perusahaan yang dipilihnya sendiri.
Uni Eropa memandang bahwa hal ini merupakan bantuan keringanan pajak yang tidak sah. Menurut pihak berwenang Uni Eropa, peraturan tersebut dibuat oleh pemerintah Irlandia pada tahun 1991 dan 2007, untuk mengizinkan Apple untuk meminimalkan tagihan pajak di Irlandia.
Struktur perusahaan Apple memungkinkannya secara hukum menyalurkan penjualan internasional melalui Irlandia untuk mengambil keuntungan dari kesepakatan pajak.
Peringatan Amerika Serikat
Penyelidikan terhadap Apple dan perusahaan-perusahaan AS lainnya dikritik oleh Amerika Serikat.
Pekan lalu Departemen Keuangan AS mengatakan, Komisi Eropa berada dalam bahaya menjadi 'otoritas pajak supranasional' yang mengesampingkan kode pajak dari negara-negara anggotanya.
Departemen Keuangan AS menuding Brussels menggunakan kriteria yang berbeda untuk mengkaji kasus-kasus yang melibatkan perusahaan-perusahaan AS, dan memperingatkan, bahwa ancaman denda itu 'sangat mengganggu.'
Tahun lalu, Komisi Eropa memerintahkan Starbucks Belanda dan Fiat di Luksemburg untuk membayar kembali pajak sekitar 30 juta euro (sekitar Rp444 miliar).
Apple berpotensi menghadapi tagihan jauh lebih besar, namun dengan cadangan kas yang berjumlah lebih dari $200 miliar (sekitar Rp2 triliun), nampaknya perusahaan ini tidak bermasalah dalam hal pembayaran.
Sumber : BBC