BESTPROFIT FUTURES MALANG (3/12) - Ekonomi Rusia diperkirakan menyusut 0,8
persen pada tahun 2015, akibat merosotnya pendapatan dari ekspor minyak
dan sanksi-sanksi Barat.
Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia
Selasa (2/12) menyatakan memprediksi ekonomi Rusia akan menyusut 0,8
persen pada tahun 2015, turun dari proyeksi terdahulu, 1,2 persen.
Kemajuan
ekonomi Rusia terhambat oleh merosotnya pendapatan dari ekspor minyak,
tulang punggung anggaran negara, dan sanksi-sanksi negara Barat terkait
intervensi Rusia di Ukraina.
Sanksi-sanksi tersebut merugikan
bank-bank Rusia dan investasi di negara tersebut berkurang, sementara
itu nilai mata uang Rusia, rubel, terhadap dolar Amerika merosot lebih
dari 40 persen tahun ini.
Kementerian ekonomi menyatakan
sebelumnya, prediksi yang lebih baik memperkirakan sanksi-sanksi yang
diterapkan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa akan dicabut tahun
depan, tetapi proyeksi baru memperkirakan â€Å“berlanjutnya risiko-risiko
geopolitik yang kuat.
Menurut perkiraan tersebut, akan terjadi
lebih banyak lagi pelarian modal dari Rusia, suatu kemerosotan
125 miliar dolar investasi, lebih banyak daripada 100 miliar dolar
perkiraan sebelumnya
Ekonomi Rusia sangat terpukul terutama oleh
merosotnya pendapatan dari minyak. Harga minyak mentah di pasar dunia
turun hingga sepertiga sejak Juni menjadi 70 dolar atau lebih rendah
lagi per barel.
Dengan jatuhnya nilai rubel, inflasi di Rusia
meningkat, dan dapat mencapai 9 persen dalam beberapa pekan mendatang.
Kementerian ekonomi memperkirakan bahwa penghasilan riil warga Rusia
akan berkurang 2,8 persen tahun depan, bukannya pertambahan 0,4 persen
yang diprediksi sebelumnya.
Kemunduran dalam ekonomi Rusia
sejalan dengan prospek suram di berbagai penjuru dunia, kecuali di
Amerika Serikat, di mana ekonomi terbesar dunia itu menunjukkan
perbaikan yang berarti. Blok mata uang euro yang beranggotakan 18
negara, yang secara kolektik merupakan ekonomi terbesar dunia, di ambang
resesi, sedangkan ekonomi Tiongkok melamban dan ekonomi Jepang kini
telah mengalami resesi.
Sumber : VOA